Para pekerja formal kini bekerja dari rumah. Anak-anak sekolah sudah belajar lewat kelas online. Begitu pula dengan para mahasiswa. Bahkan, ujian tengah semester (UTS) juga dilakukan via sistem online milik universitas.Â
Transisi menuju remote living memang tidak mudah. Apalagi kalau kita sudah terbiasa berkegiatan di luar seperti penulis. Lantas, proses apa yang dilewati dalam transisi ini? Dari pengalaman penulis, proses ini mirip dengan culture shock.
Pertama, kita pasti merasakan fantasia bulan madu. The honeymoon stage. Dalam tahap ini, kita merasakan euforia perpindahan dari kebiasaan lama. Euforia ini muncul karena kita berpindah dari rutinitas lama dan segala kerumitannya.Â
"Hore tidak perlu ngantor," atau "Yes! Kuliah/sekolah dari rumah!" Itulah sebagian kecil ekspresi dari individu yang berada di tahap ini.
Saat sampai ke rumah, rasanya lega. Akhirnya bisa berkuliah dari rumah tercinta. Cukup jauh dari kampus dan hiruk pikuk kehidupan anak kos. Muncul sebuah kesan bahwa remote living adalah break yang penulis butuhkan dari rutinitas yang melelahkan.Â
Akan tetapi, waktu akan membuat kita frustasi dengan remote living.  The frustration stage. Ternyata, utopia yang selama ini kita dambakan tidak sesuai kenyataan.Â
Pada tahap ini, berbagai kekurangan remote working mulai menyita perhatian. Mulai dari jaringan internet yang byar pet, ketiadaan "rasa bekerja" yang mendorong produktivitas, dan lain sebagainya.Â
Penulis sendiri mengalami ini empat hari setelah PJJ dimulai. Koneksi internet sendiri tidak bermasalah. Namun, menjaga disiplin selama kuliah selama PJJ ternyata sangat sulit.Â
Banyak "godaan" yang muncul selama kuliah. Mulai dari media sosial sampai multitasking tugas lain sembari kuliah. Akibatnya, konsentrasi kadang ambyar tanpa sadar.
Sampai saat ini, penulis sendiri masih "frustasi" dengan PJJ. Akan tetapi, berbagai kelebihan dari remote living membuat penulis mulai menyesuaikan diri dengannya. Ada kedekatan yang semakin erat dengan keluarga inti, mendapatkan pengetahuan teknologi baru, dan lain-lain.Â
Belum lagi, remoting masih akan berlangsung sampai Mei/Juni nanti. Sehingga, penulis wajib menjalani the adjustment stage. Jika tidak, penulis bisa stress dan lebih mudah terpapar Covid-19. Adapt or die.