Dengan kata lain, masyarakat menengah ke bawah menerima nilai (value) yang lebih tinggi dari filantropi dibanding bansos.
Inilah alasan penulis condong terhadap pendapat kedua. Adanya bantuan sosial memiskinkan insentif individu untuk mencapai kesuksesan.
Hal ini terjadi karena safety net membuat banyak anggota masyarakat merasa entitled to be helped. Rasa kepatutan yang muncul pun mematikan keinginan mereka untuk bekerja keras dan mencapai strata sosial yang lebih tinggi.Â
Jadi, mending bansos atau filantropi? Filantropi tentunya. Akan tetapi, pemerintah wajib mengadakan minimum safety net bagi golongan masyarakat yang sangat miskin.Â
Untuk itu, dari pada memperbanyak program bansos, pemerintah lebih baik memberikan insentif pajak bagi charitable giving dengan memasukkannya sebagai item penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
Akhirnya, inisiatif individu untuk menolong sesama yang kesulitan menjadi lebih besar. Inilah bentuk sebenarnya dari gotong royong dan keadilan sosial.
REFERENSI
Sumber satu. Diakses pada 3 Januari 2019.
Sumber dua. Diakses pada 3 Januari 2019.
Sumber tiga. Diakses pada 3 Januari 2019.
Sumber empat. Diakses pada 3 Januari 2019.
Sumber lima. Diakses pada 3 Januari 2019.
Disclaimer: Tulisan ini sudah terbit di laman Qureta penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H