Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengukur Efektivitas Bansos dan Filantropi bagi Kemakmuran Masyarakat

4 Januari 2020   08:44 Diperbarui: 4 Januari 2020   16:43 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: actioneconomics.com.au

Sumber: actioneconomics.com.au
Sumber: actioneconomics.com.au
Filantropi terjadi pada kotak nomor 3. Hasilnya memunculkan biaya yang lebih tinggi, namun dengan nilai penerimaan yang tinggi pula. Sementara, bansos terjadi pada kotak nomor 4. Ujung-ujungnya, muncul biaya yang tinggi dan nilai penerimaan yang rendah.

Dengan kata lain, masyarakat menengah ke bawah menerima nilai (value) yang lebih tinggi dari filantropi dibanding bansos.

Inilah alasan penulis condong terhadap pendapat kedua. Adanya bantuan sosial memiskinkan insentif individu untuk mencapai kesuksesan.

Hal ini terjadi karena safety net membuat banyak anggota masyarakat merasa entitled to be helped. Rasa kepatutan yang muncul pun mematikan keinginan mereka untuk bekerja keras dan mencapai strata sosial yang lebih tinggi. 

Jadi, mending bansos atau filantropi? Filantropi tentunya. Akan tetapi, pemerintah wajib mengadakan minimum safety net bagi golongan masyarakat yang sangat miskin. 

Untuk itu, dari pada memperbanyak program bansos, pemerintah lebih baik memberikan insentif pajak bagi charitable giving dengan memasukkannya sebagai item penghasilan tidak kena pajak (PTKP).

Akhirnya, inisiatif individu untuk menolong sesama yang kesulitan menjadi lebih besar. Inilah bentuk sebenarnya dari gotong royong dan keadilan sosial.

REFERENSI
Sumber satu. Diakses pada 3 Januari 2019.
Sumber dua. Diakses pada 3 Januari 2019.
Sumber tiga. Diakses pada 3 Januari 2019.
Sumber empat. Diakses pada 3 Januari 2019.
Sumber lima. Diakses pada 3 Januari 2019.

Disclaimer: Tulisan ini sudah terbit di laman Qureta penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun