Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konsolidasi Bangsa dan Visi Politik Megawati

8 Agustus 2019   21:06 Diperbarui: 8 Agustus 2019   21:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang tadi, pidato Megawati di Kongres V PDI Perjuangan baru saja selesai. Pidato ini disaksikan oleh segenap kader PDIP. Selain itu, menteri-menteri Kabinet Kerja dan ketua-ketua partai besar di Indonesia juga menyaksikannya. Bahkan, ketua Partai Gerindra, Prabowo Subianto juga menerima undangan dan ikut menyaksikan pidato tersebut.

Pidato ini sendiri sesuai dengan tema Kongres V yang bertajuk, "Solid bergerak untuk Indonesia Raya." Dari tema tersebut, ada dua pilar yang bisa kita identifikasi. Pertama, konsolidasi nasionalisme bangsa yang dilakukan dengan penekanan common values. Kedua, eksposisi visi PDIP sebagai partai pelopor, implementasi utama tema Kongres V PDIP.

Di awal pidato, Ibu Megawati menyapa berbagai tokoh penting. Seperti Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, Wapres terpilih Ma'ruf Amin, dan berbagai tokoh lainnya. Tetapi, ada satu anggota PDIP yang disapa juga oleh Ibu Megawati, disejajarkan dengan tokoh-tokoh penting lainnya. Beliau adalah Basuki Tjahaja Purnama (BTP). "Pak Purnama apa kabar?" canda Ibu Mega.

Setelahnya, Ibu Mega lebih banyak berbicara soal persatuan, patriotisme, dan musyawarah mufakat. Common values that bind Indonesia, in that order. Mengapa? Kongres V PDIP sendiri dipercepat karena adanya fenomena disintegrasi yang muncul secara sistematis. Maka dari itu, kongres dipercepat untuk menentukan sikap partai dalam mencegah disintegrasi bangsa agar tidak meluas (Oni dalam harianterbit.com, 2019).

Sementara, patriotisme dalam pidato ini berfokus pada akronim JASMERAH Bung Karno. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Ibu Megawati menegaskan bahwa Indonesia harus bersatu dalam menghargai jasa para pahlawannya. Terlebih lagi, Beliau sendiri memberikan contoh dengan memberikan bunga kepada makam tidak bernama, setiap nyekar ke Taman Makam Pahlawan.

Terakhir, musyawarah mufakat juga ditekankan sebagai cara demokrasi asli Indonesia. Ia adalah bagian dari Pancasila yang berlandaskan toleransi dan kejujuran. Jika toleransi dan kejujuran itu dirusak, demokrasi itu sendiri telah dicederai. Maka dari itu, Beliau menekankan bahwa toleransi dan kejujuran itu tidak boleh dirusak oleh propaganda teror dan kebohongan.

Ketiganya adalah nilai-nilai yang mengikat kita semua sebagai bangsa Indonesia (common values). Turunan dari ideologi Pancasila yang menjadi rumah seluruh manusia Indonesia. Hanya kaum radikal-ekstremis yang tidak percaya kepada nilai-nilai ini. Maka dari itu, kita harus menjaga ketiga nilai ini agar Pancasila bisa dibumikan kembali di masyarakat.

Setelah selesai dengan konsolidasi nasionalisme, tibalah kita pada klimaks pidato. Ibu Megawati langsung berbicara panjang lebar soal partai pelopor. Konsep ini adalah anak pikiran dari Bung Karno, terinspirasi dari Partai Pelopor ala Lenin. Apa itu partai pelopor?

Menurut Bung Karno, partai pelopor adalah partai radikal yang aktif berjuang di tengah massa, membangkitkan aksi massa, dan memimpin perjuangan massa (berdikarionline.com, 2012). Dalam konteks revolusi kemerdekaan Indonesia, partai ini menjadi penghimpun kekuatan rakyat untuk mencapai kemerdekaan. Dalam Bahasa Sukarnois, mendorong machtsvorming dan machttsaanwending.

Kini, Ibu Mega kembali mengangkat dan menginterpretasikan kembali konsep tersebut di zaman sekarang.

Menurut Beliau, partai pelopor adalah partai yang memiliki kristalisasi kesadaran politik ideologis yang dalam. Kesadaran ideologis itu terbentuk dari satu kedisiplinan ideologi, teori, tindakan, dan gerakan. Lebih rinci lagi, Ibu Mega menggambarkan partai pelopor seperti pukulan tinju satu arah. "Langsung DAK!" tandas Beliau. Akhirnya, "pukulan" seperti ini akan mendorong kemenangan.

Selain pukulan tinju, Ibu Mega juga mengibaratkan partai pelopor seperti titanium. "Dia itu ya keras, tapi luwes. Jadi gak patah... gitu loh," kata Beliau. Perumpamaan ini adalah simbolisme dari inti konsep partai pelopor. Sebuah partai yang bersatu kuat untuk mencapai satu tujuan ideologis secara cerdik. Kecerdikan itu terwujud dalam strategi "tonjokan kapas".

"Jadi kalo nonjok umpamanya, supaya gak kerasa gimana ilmunya? Nonjoknya kayak kapas," tegas Beliau. "Jadi, orangnya gak ngerasa. Tapi begitu udah kena, sakit!" Pernyataan ini membuat hadirin yang menyaksikan tertawa lepas. Tetapi, maksud pernyataan ini sungguh serius. PDIP harus menjadi partai yang cerdik dan tidak mudah ditebak dalam menghajar lawan politik.

Beliau ingin PDIP bergerak menjadi partai yang demikian. Partai pelopor berideologi Pancasila dengan kekuatan politik yang besar. Kekuatan tersebut menjadi daya yang mendorong terwujudnya tujuan PDIP. Destinasi Great Indonesia alias Indonesia Raya.

Sebagai penutup, Ibu Mega kembali kepada konsolidasi nasionalisme. "Solid bergerak untuk Indonesia Raya, Indonesia yang sejati-jatinya merdeka!" Meski diutarakan sebagai tema Kongres V PDIP, penulis merasa pesan ini bersifat universal. Berlaku bagi kita semua sebagai manusia Indonesia.

Sebagai manusia Indonesia, kita harus kuat bersatu dalam Rumah Pancasila. Whatever our differences. Jangan pandang perbedaan di antara kita sebagai penghalang persatuan. Justru, pandang perbedaan itu sebagai kekuatan yang saling melengkapi di antara kita. Kekuatan yang mempersatukan kita sebagai manusia Indonesia.

SUMBER

youtube.com. Diakses pada 8 Agustus 2019.

harianterbit.com. Diakses pada 8 Agustus 2019.

berdikarionline.com. Diakses pada 8 Agustus 2019.

Disclaimer: Tulisan ini sudah terbit di laman Qureta penulis.

Link: https://www.qureta.com/next/post/konsolidasi-bangsa-dan-visi-politik-megawati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun