Selain pukulan tinju, Ibu Mega juga mengibaratkan partai pelopor seperti titanium. "Dia itu ya keras, tapi luwes. Jadi gak patah... gitu loh," kata Beliau. Perumpamaan ini adalah simbolisme dari inti konsep partai pelopor. Sebuah partai yang bersatu kuat untuk mencapai satu tujuan ideologis secara cerdik. Kecerdikan itu terwujud dalam strategi "tonjokan kapas".
"Jadi kalo nonjok umpamanya, supaya gak kerasa gimana ilmunya? Nonjoknya kayak kapas," tegas Beliau. "Jadi, orangnya gak ngerasa. Tapi begitu udah kena, sakit!" Pernyataan ini membuat hadirin yang menyaksikan tertawa lepas. Tetapi, maksud pernyataan ini sungguh serius. PDIP harus menjadi partai yang cerdik dan tidak mudah ditebak dalam menghajar lawan politik.
Beliau ingin PDIP bergerak menjadi partai yang demikian. Partai pelopor berideologi Pancasila dengan kekuatan politik yang besar. Kekuatan tersebut menjadi daya yang mendorong terwujudnya tujuan PDIP. Destinasi Great Indonesia alias Indonesia Raya.
Sebagai penutup, Ibu Mega kembali kepada konsolidasi nasionalisme. "Solid bergerak untuk Indonesia Raya, Indonesia yang sejati-jatinya merdeka!" Meski diutarakan sebagai tema Kongres V PDIP, penulis merasa pesan ini bersifat universal. Berlaku bagi kita semua sebagai manusia Indonesia.
Sebagai manusia Indonesia, kita harus kuat bersatu dalam Rumah Pancasila. Whatever our differences. Jangan pandang perbedaan di antara kita sebagai penghalang persatuan. Justru, pandang perbedaan itu sebagai kekuatan yang saling melengkapi di antara kita. Kekuatan yang mempersatukan kita sebagai manusia Indonesia.
SUMBER
youtube.com. Diakses pada 8 Agustus 2019.
harianterbit.com. Diakses pada 8 Agustus 2019.
berdikarionline.com. Diakses pada 8 Agustus 2019.
Disclaimer: Tulisan ini sudah terbit di laman Qureta penulis.
Link:Â https://www.qureta.com/next/post/konsolidasi-bangsa-dan-visi-politik-megawati