Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Paradoks Seorang Megawati

3 Agustus 2019   21:35 Diperbarui: 5 Agustus 2019   17:12 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tribunnews.com

Namun, Prabowo Subianto juga pernah merasakan teganya seorang Mega. Masih ingat dengan Perjanjian Batu Tulis? Mungkin perjanjian ini sudah tenggelam dari benak publik karena Megawati membuangnya. Dengan 'tega', Megawati mengusung Joko Widodo sebagai capres dari PDIP di Pemilu 2014. Padahal, perjanjian ini mengikat PDIP untuk mendukung Prabowo Subianto di Pemilu 2014.

Memang, masih ada kontroversi tentang langkah politik ini. Namun, dibuangnya Perjanjian Batu Tulis menunjukkan sosok Ibu Mega sebagai ruthless political operator. Ketika janji lama menghalangi kepentingan politik, hancurkan saja perjanjian tersebut. Bahkan, Beliau bersedia menyakiti beberapa pihak dalam proses penghancuran itu (pemilu.tempo.co, 2014).

Itulah sosok Megawati sebagai pemimpin. Penuh dengan paradoks yang menciptakan enigma bagi orang banyak. Termasuk kader PDIP sendiri. Beliau adalah Angela Merkel-nya Indonesia. You feel you know her, but no one is. Kecuali orang-orang terdekat Beliau.

Dalam politik, pemimpin paradoksal dan enigmatik adalah kekuatan besar bagi partai. Ia membuat gerak partai sulit diterka lawan politik. Lalu, enigma tersebut membuat lawan terpancing untuk melakukan berbagai spekulasi politik. Spekulasi inilah yang dapat dimanfaatkan partai untuk menciptakan gonjang ganjing di antara lawan. Semacam devide et impera yang menghancurkan kekuatan politik lawan.

Selain itu, pemimpin semacam ini juga menarik di mata publik. Menarik dalam konteks ini bukan mengacu kepada popularitas. Tetapi membuat Beliau menjadi sosok pemimpin politik yang unik. After all, tidak banyak pemimpin politik yang mampu menahkodai sebuah partai selama dua dekade. Apalagi dia seorang wanita. It made her position uniquely heralded in politics.

Kesimpulannya, paradoks Megawati sebagai pemimpin adalah kekuatan besar PDIP. Ia adalah aset berharga yang sayang kalau dibuang. Itulah sebabnya regenerasi kepemimpinan tidak kunjung terjadi. Selagi Ibu Mega sanggup, buat apa diganti?

Maka, kepemimpinan PDIP hanya bisa diserahkan pada pemimpin yang sama-sama enigmatik. Pemimpin itu ditemukan dalam sosok Joko Widodo.

SUMBER

https://www.merdeka.com/peristiwa/kongres-pdip-v-penuh-budaya-dan-tak-pakai-barang-plastik.html. Diakses pada 3 Agustus 2019.

https://www.youtube.com/watch?v=-smj3tMNhUY. Diakses pada 3 Agustus 2019.

https://pemilu.tempo.co/read/562981/ini-isi-lengkap-perjanjian-batu-tulis. Diakses pada 3 Agustus 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun