Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Implementasi Revolusi Pangan 4.0 untuk Memakmurkan Rakyat

15 Juni 2019   07:51 Diperbarui: 15 Juni 2019   07:55 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas, bagaimana bentuk kebijakannya? Revolusi Pangan 4.0 memiliki lima kebijakan utama. Berikut adalah kebijakan-kebijakan tersebut. 

  1. Menghapus larangan impor bahan pangan 

  1. Menghapus subsidi pupuk dan bibit 

  1. Menghapus batas maksimal investasi asing di bidang hortikultura 

  1. Membuka kompetisi dalam bidang distribusi bahan pangan melalui deregulasi 

Mari kita kupas dari menghapus larangan impor bahan pangan. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19 Tahun 2014, yang boleh mengimpor beras hanyalah Bulog dan perusahaan lain yang ditunjuk pemerintah. Regulasi ini membuat para importir skala kecil dihalangi untuk melakukan impor pangan di Indonesia (CIPS, 2019:1). 

Ketika hal ini terjadi, terbentuklah sebuah struktur oligopolis yang berperan sebagai kartel bahan pangan. Mereka bisa membuat kesepakatan harga dan menentukan harga jual terhadap pedagang eceran. Umumnya, harga tersebut lebih mahal dibanding harga pasar yang seharusnya. Akhirnya, harga bahan pangan yang diterima konsumen semakin mahal. 

Kalau ingin harga pangan turun, kartel oligopolis ini harus dimusnahkan dengan meningkatkan kompetisi. Regulasi ini harus dihapus, agar semakin banyak importir kecil yang terlibat dalam usaha impor bahan pangan. Ketika kompetisi meningkat, maka setiap importir akan berusaha mengimpor bahan pangan yang paling kompetitif, dan harga pun bisa menurun. 

Kedua, hapus subsidi pupuk dan benih. Sekarang, subsidi sudah menjadi "insentif yang mematikan insentif". Mengapa? Kualitas bibit dan pupuk yang diberikan rendah. Itulah sebabnya daya serap subsidi menjadi rendah. Kalau program ini terus dijalankan, kita sama saja "bunuh diri" dalam bidang pangan. 

Lalu, apa kebijakan penggantinya? Daripada mensubsidi benih agar terjangkau, lebih baik permudah akses petani terhadap bibit unggul dengan harga terjangkau. 

Perbanyak pilihan bibit bagi para petani dengan harga yang beragam, agar mereka bisa mencapai keputusan produksi yang paling efisien. Namun, permudahan akses ini hanya dapat terjadi jika jumlah produsen hortikultura semakin banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun