Lantas, bagaimana bentuk kebijakannya? Revolusi Pangan 4.0 memiliki lima kebijakan utama. Berikut adalah kebijakan-kebijakan tersebut.Â
Menghapus larangan impor bahan panganÂ
Menghapus subsidi pupuk dan bibitÂ
-
Menghapus batas maksimal investasi asing di bidang hortikulturaÂ
Membuka kompetisi dalam bidang distribusi bahan pangan melalui deregulasiÂ
Mari kita kupas dari menghapus larangan impor bahan pangan. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19 Tahun 2014, yang boleh mengimpor beras hanyalah Bulog dan perusahaan lain yang ditunjuk pemerintah. Regulasi ini membuat para importir skala kecil dihalangi untuk melakukan impor pangan di Indonesia (CIPS, 2019:1).Â
Ketika hal ini terjadi, terbentuklah sebuah struktur oligopolis yang berperan sebagai kartel bahan pangan. Mereka bisa membuat kesepakatan harga dan menentukan harga jual terhadap pedagang eceran. Umumnya, harga tersebut lebih mahal dibanding harga pasar yang seharusnya. Akhirnya, harga bahan pangan yang diterima konsumen semakin mahal.Â
Kalau ingin harga pangan turun, kartel oligopolis ini harus dimusnahkan dengan meningkatkan kompetisi. Regulasi ini harus dihapus, agar semakin banyak importir kecil yang terlibat dalam usaha impor bahan pangan. Ketika kompetisi meningkat, maka setiap importir akan berusaha mengimpor bahan pangan yang paling kompetitif, dan harga pun bisa menurun.Â
Kedua, hapus subsidi pupuk dan benih. Sekarang, subsidi sudah menjadi "insentif yang mematikan insentif". Mengapa? Kualitas bibit dan pupuk yang diberikan rendah. Itulah sebabnya daya serap subsidi menjadi rendah. Kalau program ini terus dijalankan, kita sama saja "bunuh diri" dalam bidang pangan.Â
Lalu, apa kebijakan penggantinya? Daripada mensubsidi benih agar terjangkau, lebih baik permudah akses petani terhadap bibit unggul dengan harga terjangkau.Â
Perbanyak pilihan bibit bagi para petani dengan harga yang beragam, agar mereka bisa mencapai keputusan produksi yang paling efisien. Namun, permudahan akses ini hanya dapat terjadi jika jumlah produsen hortikultura semakin banyak.Â