Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengamalan Pancasila dalam Hidupku

20 Agustus 2018   22:29 Diperbarui: 28 Agustus 2018   22:48 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.

"Pancasila dasar negara kita, kita semua wajib menjaganya," senandung Pujiono dalam lagu "Manisnya Negeriku." Menjaga Pancasila sebagai sebuah ideologi terbuka adalah kewajiban setiap kita sebagai manusia Indonesia. Mengapa? Sebab Pancasila tercipta dari nilai-nilai Bangsa Indonesia. "Aku tidak mengatakan bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami tradisi-tradisi kami sendiri dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah," tandas Sang Pemimpin Besar Revolusi, Ir. Sukarno. Maka, setiap manusia Indonesia harus menjaga mutiara-mutiara tersebut, agar terus bertahan seiring perkembangan zaman.

Bagaimana cara untuk menjaga Pancasila sebagai sebuah ideologi terbuka? Kita harus mengamalkannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengamalan tersebut bisa bersifat objektif dan subjektif. Objektif, jika pengamalan tersebut dilakukan secara bersama-sama dengan menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang berdasar kepada Pancasila sebagai ideologi terbuka. Subjektif, jika pengamalan tersebut dilakukan secara individual, dalam wujud norma etik secara pribadi atau kelompok sebagai pedoman berperilaku dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Dalam tulisan ini, penulis akan membahas tentang pengamalan Pancasila secara subjektif yang dilakukan oleh penulis sendiri. Penulis mengamalkan nilai-nilai ini untuk menjaga keberadaan Pancasila sebagai ideologi terbuka yang mempersatukan Bangsa Indonesia. Berikut adalah 5 pengamalan yang penulis lakukan.

1. Berdoa setiap pagi di Altar.

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.
Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.
Penulis adalah seorang penganut Agama Buddha. Sehingga, sudah menjadi kewajiban penulis sebagai seorang umat beragama untuk berdoa kepada Sang Maha Pencipta. Penulis melakukannya setiap pagi sebelum memulai kegiatan sehari-hari. Tindakan ini adalah salah satu bentuk penerapan Sila Pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa (belief in God). Jika kita percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai entitas yang mengatur seluruh kehidupan di alam semesta, maka kita harus menjalin komunikasi dengan Dia setiap hari melalui doa. Tanpa komunikasi tersebut, maka kita sudah menafikan Sila Pertama Pancasila dalam hidup kita.

2. Membangun relasi pertemanan di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) SMA 2018.

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.
Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.
Olimpiade Sains Nasional (OSN) SMA 2018 di Padang, Sumatera Barat adalah salah satu perhelatan paling berkesan yang pernah diikuti penulis. Selain berkompetisi, penulis dapat bertemu dengan siswa-siswi berprestasi dari 34 provinsi di Republik ini. Pertemuan tersebut menimbulkan perkenalan dengan banyak orang yang seusia dengan penulis. 

Sehingga, perkenalan ini menimbulkan pertemanan dengan individu-individu tersebut. Ketika kita sudah berteman dengan seseorang, maka kita telah memanusiakan orang tersebut. Mengapa? "Tak kenal maka tak sayang," bunyi sebuah pepatah lama. Ada sebuah keterikatan/interdependensi yang muncul dari sebuah perkenalan, yang akhirnya berujung pada pertemanan. Memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, itulah salah satu penerapan Sila Kedua Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab (humanity).

3. Mengibarkan Sang Saka Merah Putih pada bulan Agustus.

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.
Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.
Bulan Agustus adalah bulan di mana Bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya. Sehingga, sudah menjadi kewajiban kita sebagai manusia Indonesia untuk ikut mengisi kemerdekaan tersebut dengan mewujudkan Sila Ketiga Pancasila, yaitu persatuan Indonesia. Presiden Sukarno, dalam pidatonya pada United States Congress tahun 1956, menginterpretasikan persatuan Indonesia sebagai nasionalisme. Nasionalisme ini dapat kita wujudkan melalui tindakan riil dan simbolis. Salah satu yang paling mudah untuk dilakukan adalah mengibarkan bendera merah putih pada bulan Agustus.

Tindakan simbolis inilah yang dilakukan oleh keluarga penulis, untuk menunjukkan rasa nasionalisme kami, kecintaan kami pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Menandatangani berbagai petisi online.

Sumber: Screenshot penulis pada www.change.org.
Sumber: Screenshot penulis pada www.change.org.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa petisi adalah sebuah permohonan resmi kepada pemerintah. Surat ini berisi tanda tangan banyak orang yang meminta tindakan dari pemerintah atas sesuatu yang terjadi di masyarakat. Petisi adalah salah satu instrumen penting dalam berdemokrasi. Mengapa? Ketika kita sebagai anggota masyarakat ikut memberikan tanda tangan kepada suatu petisi, maka kita ikut menyampaikan aspirasi secara kolektif. Penyampaian aspirasi inilah yang menjadi bahan bakar bagi jalannya demokrasi. 

Sehingga, ketika penulis ikut menandatangani suatu petisi, maka penulis sudah menerapkan Sila Keempat Pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan (democracy).

5. Memberikan sumbangan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Sumber: Screenshot penulis pada aplikasi Kitabisa.
Sumber: Screenshot penulis pada aplikasi Kitabisa.
Sumber: Screenshot penulis pada aplikasi Kitabisa.
Sumber: Screenshot penulis pada aplikasi Kitabisa.
"Until the great mass of the people shall be filled with the sense of responsibility for each others welfare, social justice can never be attained," tegas Helen Keller. Sila Kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (social justice) tidak dapat dipenuhi melalui paksaan yang dilakukan oleh negara. Keadilan sosial akan terwujud jika kita sebagai manusia Indonesia berinisiatif untuk membantu sesama kita yang membutuhkan. Mentalitas inisiatif individu (individual initiative) inilah yang harus dibangun di antara manusia Indonesia, dan pembangunan itu harus dimulai dari diri kita sendiri. 

Maka dari itu, penulis menyisihkan sebagian uang yang penulis miliki untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, serta adik-adik kita yang membutuhkan media pembelajaran flashdisk edukasi. Sehingga, penulis mulai membangun inisiatif tersebut di dalam diri penulis, untuk mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Itulah hal-hal yang penulis lakukan sebagai pengamalan/aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan penulis. Tindakan-tindakan di atas memang cukup sederhana. Namun, tindakan tersebut mencerminkan kecintaan dan penghargaan penulis terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka Bangsa Indonesia. Mengapa Pancasila harus dicintai dan dihargai oleh setiap manusia Indonesia?

Jika Pancasila hilang, maka identitas kita sebagai sebuah bangsa juga ikut menghilang. Jika Pancasila semakin kuat berakar dalam kehidupan manusia Indonesia, maka identitas kita sebagai sebuah bangsa juga semakin kuat. Kekuatan identitas inilah yang kita perlukan untuk menjadi bangsa yang maju dan bermartabat.

Maka dari itu, mari kita ciptakan peng-amal-an Pancasila dalam hidup kita sebagai manusia Indonesia!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun