"Loh, mengapa kemauan sangat penting untuk mewujudkan energi baik dalam kehidupan?" (mungkin) pembaca bertanya.
Pertama, kemauan adalah unsur utama yang membuat manusia terdorong untuk melakukan segala aktivitas dalam kehidupannya, dan memperoleh pengalaman dalam hidup. Individu tidak bisa eksis di dunia ini tanpa adanya kemauan.
Kedua, kemauan juga mendorong pertumbuhan diri seorang insan. Meningkatnya pengalaman hidup membuat individu semakin mampu untuk belajar menjadi insan yang lebih baik.
Ketiga, kemauan juga menciptakan mental seorang penolong yang peduli, peduli terhadap diri sendiri dan peduli terhadap orang lain.
"It is our duty to look after ourselves, and then, also, to look after our neighbors," tegas Margaret Thatcher.
Mentalitas ini muncul dari meningkatnya pengalaman hidup dan pertumbuhan diri, yang sangat dipengaruhi oleh kemauan. Akhirnya, mentalitas ini menjadi dasar pembangunan sukma (jiwa) individu sebagai ciptaan Tuhan. Mengapa?
Ketika terbentuk mentalitas seorang penolong yang peduli melalui pertumbuhan diri dan pengalaman hidup, maka kita sudah melaksanakan misi dalam kehidupan. Kita sudah berkontribusi kepada diri kita sendiri melalui self-help, dan kepada dunia yang kita tinggali dengan menolong orang lain dalam kesusahan (helping others).
Kontribusi inilah yang akan menciptakan dunia yang lebih baik bagi anak dan cucu kita, yang adalah visi dari setiap manusia. Maka, kita perlu mempertahankan kemauan sebagai aktualisator energi tersebut, agar kontribusi itu tetap bertahan. Tetapi bagaimana cara untuk mempertahankan kemauan tersebut?
Bagi penulis, ada tiga cara yang dapat dilakukan setiap individu untuk mempertahankan kemauan di dalam diri.
Pertama, ketahuilah passion and interest masing-masing diri kita. Kedua hal ini adalah pondasi paling kokoh untuk mempertahankan kemauan di dalam diri kita.
Kedua, jangan mencari musuh di antara manusia, namun carilah musuh berupa masalah-masalah yang menimpa di antara manusia. Penulis sendiri hanya memiliki dua musuh bebuyutan dalam hidup ini, yaitu kemalasan dan sosialisme. Keinginan untuk bertempur dan mengalahkan kedua entitas ini memacu kemauan penulis untuk terus menyebarkan energi baik kepada orang-orang lain di sekitar penulis.