Tak cuma di area kampus dan hostel pula ternyata. Â Beberapa hari berselang, kami diajak mengunjungi salah satu tempat wisata dekat Kuala Lumpur. Â Memasuki area parkir dan area tempat wisata, banyak tanda larangan yang menunjukkan hal sama: dilarang merokok di tempat umum.
Pengelola tempat wisatanya patut dikasih acungan jempol kiri kanan. Keren sekali. Â Orang yang berwisata pun tak perlu terganggu oleh asap yang menyesakkan napas, hidung dan paru-paru. Â
Walaupun akhirnya menjelang pulang, ketemu juga sama manusia nakal yang tak tahan mengisap dan mengeluarkan asap di dekat-dekat situ. Â Ada-ada saja.
Beranjak dari tempat wisata tersebut, menuju Pasar Sentral. Semacam pasar seni di tengah kota. Â Lagi-lagi aku dibuat tersenyum dengan tanda larangan yang tak berbeda dengan hostel, kampus, dan tempat wisata. Ada larangan merokok juga di sekitar situ.
Indah sekali melihatnya. Â Berjalan-jalan pun rasanya nyaman dan senang. Â Tempat yang seharusnya biasa saja. Â Pasar, jadi memiliki nilai lebih karena menghargai kesehatan orang-orang yang berkunjung ke sana.
Larangan merokok di area pasar itu, juga ditambah peringatan denda bagi yang melanggar. Â Nilainya pun cukup tinggi. Â Siapa yang tak keder membacanya. Â Walaupun lagi-lagi, di pinggir jalan,sekitar beberapa ratus meter dari situ, masih saja bertemu dengan manusia yang tak sabar meracuni udara, di pinggir jalan dan di tengah orang ramai pula.
Jadi, negara tanpa asap rokok itu mungkin saja. Â Asal semua kompak membuat dan mentaati peraturan yang dibuat bersama, demi kemaslahatan bersama. Â Jangan cuma bikin larangan tapi kadang yang bikin peraturan juga tak menghormati napas orang banyak di tengah publik. Â
Kalaulah masih ingin merokok, nikmati saja sendiri, tak perlu berbagi. Â Tak semua senang dengan asap yang dibagi. Â