Minggu. 14 Juli 2024. Pagi jam 06.00. Memutuskan untuk berlari sekali lagi di Jakarta. Sekaligus penasaran dengan keramaian di Jl. Sudirman yang menurut informasi ditutup sampai jam 11 siang.
Jalanan yang masih belum ramai kembali membuat lari sepagi itu lancar tanpa kendala. Dari wilayah Kuningan menuju Sudirman ternyata lurus hanya sekitar 1 kilometer saja.
Sesampainya Sudirman, barulah terlihat keriuhan di area yang bernama CFD (car free day) yang hanya ada di akhir pekan.
Walaupun beberapa kali ke Jakarta, namun ini untuk yang pertamakalinya tenggelam dalam ratusan, mungkin ribuan manusia yang tumplek blek di sepanjang jalan utama tersebut.
Ternyata hari itu ada event Fun Run, dan rupanya tak cuma satu. Paling tidak aku lihat ada tiga perhelatan lomba lari yang digelar di hari yang sama.
Tak pelak aku juga masuk ke rombongan manusia yang berlari bersama-sama dengan bermacam kecepatan.
Rupanya, sekali lagi semangat itu menular. Berlari tak begitu terasa melelahkan. Benar-benar menyenangkan sesuai istilah fun run.
Seperti juga di kampungku. Di Jakarta tentu saja bertebaran fotografer yang tersebar nyaris di semua sudut jalanan. Bahkan di atas jembatan penyeberangan. Bedanya harga per foto cukup mahal, berkali lipat dibanding di Banjarbaru.
Mungkin karena mereka juga harus menbayar kontribusi pada aplikasi yang mengkordinir para fotografer tersebut.
Tak apa apa sesekali, walau aku hanya menebus satu foto untuk dokumentasi.
Tak terasa pada pukul 06.47 langkah sampai pada tugu Patung Pemuda Membangun. “Tugu Obor” kata seorang rekan beberapa tahun silam, saat kami sesekali bertugas ke kantor Kementerian dekat tugu tersebut.
Ah malah nostalgia jadinya.
Setelah menyempatkan melewai seruas jalan di Semanggi, tak terasa 6 kilometer sudah berlari.
Jakarta minggu pagi ternyata ramai dan bersahabat. Tak seburuk pikiranku pada awal mula.
Para peserta fun run rupanya finish di dapam kawasan Gelora Bung Karno. Aku memutuskan untuk putat balik kembali ke penginapan saja.
Menjelang sampai penginapan, ada saja pemandangan menarik. Seekor kambing terlihat dekat deretan penjaja sarapan.
Sempat-sempatnya orang meneliharabternak di tengah padatnya bangunan. Jakarta memang beda ternyata.
Tak terasa sudah 8.27. Artinya sekitar dua jam lebih berlari menikmati pagi di Jakarta. Menyenangkan. Mungkin suatu saat, aku akan kembali menikmati lari di sana, sembaru berlari tentu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H