Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pengalaman dan Tips Tidur di Masjid Saat dalam Perjalanan

29 April 2024   14:29 Diperbarui: 1 Mei 2024   09:54 2179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Agung Tanjung (sumber gambar: wikipedia.org)

Salah satu keuntungan hidup di negara yang mayoritas beragama muslim adalah banyaknya tempat ibadah berupa masjid atau musholla di mana-mana. Ini jadi hal positif bagi para musafir yang sedang berjalan jauh dan memerlukan tempat istirahat, terutama yang tidak memungkinkan untuk menginap di hotel atau tempat penginapan berbayar lainnya.

Saya teringat akan pengalaman beberapa kali saat harus menginap di masjid atau musholla di beberapa tempat dikarenakan beberapa hal, utamanya karena keterbatasan biaya saat berada di tempat tersebut.

Oleh karena itu terpikir untuk berbagi pengalaman sekaligus memberikan tips bagaimana agar menginap dengan aman dan nyaman di tempat ibadah, seandainya terpaksa harus singgah di tempat tersebut.

Beginilah cerita dan tempat singgah saat menjadi musafir beberapa waktu silam:

1. Bermalam di teras Masjid Agung Ash-Shiratal Mustaqim Tanjung

Tanjung adalah ibukota Kabupaten Tabalong, kabupaten paling ujung utara Provinsi Kalimantan Selatan yang berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Di tengah kota ini terdapat masjid raya atau masjid agung kebanggaan warga kota Tanjung.

Di teras belakang itulah sekitar tahun 1999, saya bersama dua orang kawan kuliah, terpaksa bermalam. Kejadian yang tak diduga, karena harusnya sesampai kota itu, rencananya akan dijemput oleh pihak perusahaan menuju lokasi magang yang merupakan kewajiban dari kampus di akhir masa kuliah.

Entah ada masalah apa dengan komunikasi dengan pihak perusahaan. Alih-alih dijemput, tak ada satu kontak pun yang bisa dihubungi, lebih-lebih di masa itu belum ada teknologi komunikasi seperti sekarang. 

Karena kebingungan, sementara perut juga keroncongan menunggu waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan saat itu, akhirnya saya selaku ketua rombongan memutuskan untuk menginap di teras belakang masjid malam itu.

Hal tersebut dikarenakan masa-masa itu masih berstatus mahasiswa kere, sehingga tak memungkinkan untuk menginap di hotel atau penginapan terdekat.

Untunglah dua hari kemudian, akhirnya bertemu dengan pihak perusahaan yang akan mengantar ke tempat magang nun jauh di tengah hutan, dengan menggunakan transportasi traktor. Satu-satunya yang bisa menembus lokasi magang.

Tips pertama: Cek lokasi masjid tempat menginap.

Agar aman menginap di masjid berdasarkan pengalaman pertama ini adalah cek lokasi masjid tempat menginap. Usahakan aman dan berada di tempat ramai untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Walaupun asumsinya tempat ibadah aman, tapi tetap saja waspada harus terus dijaga.

2. Rencana bermalam di Masjid Agung Jami Malang

Sekitar akhir tahun 2009, mendadak harus bepergian ke Kota Malang, dan nyaris memutuskan untuk menginap di masjid besar di dekat alun-alun kota.

Walaupun sebenarnya perjalanan tersebut dalam rangka mendaftar program kuliah doktor di kota tersebut, nyatanya urusan yang tak selesai dalam hari itu mengharuskan untuk menginap.

Bukannya langsung mencari penginapan, malah kepikiran untuk menginap di masjid Agung Jami Malang. Lokasinya di tengah kota yang ramai. Kepikiran daripada repot-repot dan harus mengeluarkan uang cuma untuk menginap satu malam, lebih baik bermalam di masjid saja.

Ternyata di Masjid Agung tersebut, tak sesederhana saat menginap di masjid Tanjung sepuluh tahun sebelumnya, yang tinggal menggelar alas untuk tidur di teras. Di kota besar rupanya relatif lebih ketat untuk bisa bermalam.

Di tempat inilah harus digunakan tips kedua: Minta izin baik-baik dengan pengurus masjid untuk bermalam. Biasanya diizinkan, dengan catatan bermalam di teras, bukan di dalam ruangan utama masjid.

Saat itu tapi saya mengurungkan niat untuk menginap di teras masjid, dan memutuskan menginap di hotel dekat alun-alun, dikarenakan ternyata tetap saja tidak nyaman jika menginap di bawah pengawasan hehe.

Masjid Agung Malang (sumber gambar: duniamasjid.islamic-center.or.id)
Masjid Agung Malang (sumber gambar: duniamasjid.islamic-center.or.id)

3. Gagal Terlelap di Musholla Pelabuhan Tanjung Perak 

Ini salah satu pengalaman yang kurang menyenangkan sebenarnya. Rasanya ini kejadian di sekitar tahun 2003-2005 saat mengambil program magister di Kota Surabaya. Tak lama setelah kapal sandar, memutuskan untuk sholat subuh di musholla dekat pelabuhan. 

Setelah selesai sholat, memutuskan untuk leyeh-leyeh sebentar di teras musholla. Apa daya ternyata malah semacam diusir dengan cukup kasar untuk menjauh dari situ, padahal sekedar senderan saja. Entah apa yang ada di pikiran pengurus mushola saat itu, mungkin akibat ulah buruk pengunjung terdahulu, entahlah.

Karena memang bagaimanapun itu adalah wilayah orang lain, maka harus dicamkan tips ketiga ini, yaitu, walaupun sejatinya tempat ibadah adalah tempat publik, kita wajib baca situasi. Jika memang tak memungkinkan, sebaiknya pindah tempat saja, tak usah berlama-lama di situ.

Bagaimanapun kita sebagai pengunjung statusnya tetaplah tamu, yang harus menghormati kemauan tuan rumah.

4. Gagal Bermalam di Masjid Wonogiri 

Kala itu sekitar tahun 2015, bersepeda dari Jogja ke Ponorogo. Rencana dadakan, akhirnya setelah lepas isya bersepeda dari Jogja, tengah malam baru sampai di Kota Wonogiri. Akhirnya memutuskan untuk bermalam di kota tersebut. Lagi-lagi masjid adalah pilihan utama. Karena alasan keamanan dan relatif nyaman.

Apa daya rencana tersebut gagal total, hal tersebut waktu itu dikarenakan masjid agung yang berada di tengah kota tersebut ternyata dalam keadaan terkunci di malam hari. Entahlah kalau sekarang.

Oleh karena itu, tips keempat adalah: Menghormati keputusan empunya rumah.

Memang nyatanya harus diingat kalau ada beberapa tempat ibadah yang dikunci oleh pengurusnya saat tidak berlangsung kegiatan ibadah.

Oleh karena itu, lagi-lagi selaku pengunjung harus menghormati keputusan empunya rumah apa pun itu. Jadinya kudu bersabar dan berusaha mencari tempat lain untuk bermalam.

Seperti pengalaman saya tersebut yang akhirnya memutuskan untuk kembali mengayuh sepeda dan mencari tempat alternatif bermalam lain, yaitu sebagaimana di poin no. 5 di bawah ini.

Masjid Agung Wonogiri di malam hari (sumber gambar: traveval.com)
Masjid Agung Wonogiri di malam hari (sumber gambar: traveval.com)

5. Isitrhat di Musholla SPBU Pokoh

Setelah tak jadi menginap di masjid Wonogiri, akhirnya pelan-pelan meneruskan kayuhan sepeda ke arah luar kota. Alhamdulillah bertemu dengan tempat alternatif yang tak kalah nyaman untuk bermalam bagi pejalan jauh atau musafir.

Itulah SPBU alias POM Bensin. Standar tiap SPBU pasti ada bangunan musholla, dan tempat itu juga biasa digunakan untuk bermalam bagi para pengendara yang memutuskan untuk beristirahat di tempat tersebut.

Nah, tips kelima untuk menginap di SPBU adalah: Meminta izin pada pengurus SPBU.

Pastikan untuk meminta izin pada pengurus SPBU, rata-rata diperbolehkan untuk menginap. Baik itu di dalam ruangan musholla maupun di teras. Tentu saja kita harus tahu diri, menjaga kebersihan musholla tempat menginap.

Tentu saja lagi-lagi harus membaca situasi, karena tak semua SPBU dalam keadaan terbuka di malam hari, ada beberapa yang dikunci. Sebagian lagi ada pula yang dikunci cuma mushollanya saja (kejadian ini saya temui saat mampir di sebuah SPBU saat motoran di rute Bandung-Jogja).

Intinya pastikan untuk meminta izin untuk istirahat. Rata-rata pengurus SPBU baik-baik, kok.

SPBU Pokoh, lokasi musholla ada di sudut kanan atas (sumber gambar: solo.tribunnews.com)
SPBU Pokoh, lokasi musholla ada di sudut kanan atas (sumber gambar: solo.tribunnews.com)

Jadi begitulah, pengalaman dan beberapa tips singkat cara menginap yang aman dan nyaman di masjid atau musholla saat harus singgah di tengah-tengah perjalanan. Jangan ragu untuk bertanya dan meminta ijin pada pengurus setempat.

Tempat alternatif tersebut sangat efektif saat di perjalanan jauh sendirian, karena tidaklah efisien jika harus menginap di hotel hanya untuk beberapa jam saja.

Demikianlah, semoga ada manfaatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun