Mohon tunggu...
R. Syarani
R. Syarani Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Deja Vu

21 April 2024   21:22 Diperbarui: 21 April 2024   21:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: grid.id

Kepalaku rasanya membeku, otak membatu, sementara jantung berhenti berdetak.  Lelaki itu Agus, panitia yang nyaris setiap hari hadir saat pelatihan di kantor setahun silam.  Tapi raut mukanya jauh dari ramah, walau saat menjadi panitia pelatihan sepertinya dia menjaga wibawa, sehingga terkesan datar dan menjaga jarak.

Bukankah beberapa lalu dia mengirim pesan whatsapp,  menanggapi perihal novel Solo Leveling yang barusan aku baca,  menuduh bahwa aku mengikuti selera bacaannya. Enak saja!

Tapi kenapa menjelang ashar, mantan panitia itu menetakkan FN berkaliber 9 milimeter di punggung kiriku? Walau belakangan tersebar berita kalau beberapa kawan satu angkatan pelatihanku hilang tanpa kabar dan beritanya masih beredar.  Dua belas orang kurasa.  Dan aku orang yang ke 13? 

"Maaf, Om.  Aku hanya menjalankan perintah".  Suara datar itu  seakan menembus badanku begitu saja.  Aku masih belum bisa mencerna kejadian barusan.  Saat membuka pintu kayu dan tiba-tiba saja badanku ditekan ke dinding teras depan rumah, kedua tanganku entah bagaimana bisa tiba-tiba terikat erat keduanya.

Aku hanya memejamkan mata saja. Membayangkan kejadian di film-film, saat tubuh tertembus peluru tanpa ampun, dan perlahan cairan merah pekat keluar dari lubang kecil yang tertembus proyektil.

Anehnya aku justru sempat-sempatnya bertanya pula.

"Ini masalahnya kenapa? Kenapa kami?"

Aku mengingat-ingat kedua belas kawanku yang entah dimana rimbanya.  Roy, Anya, Dewo, Junta, Rigit, Bestaf, Karim, Jabar, Dekri, Bia, Zi dan Nirt.  Tiba-tiba ingatanku menjadi terang.

"Ini hanya prosedur, lanjutan masalah Covid-19"

Dahiku mengkerut.

"Masalahnya apa? Kenapa kami?"

Pertanyaan yang mirip dengan pertanyaan pertama sebenarnya.  Hanya mengubah kenapa menjadi apa.

"Aku hanya menjalankan perintah, om.  Maaf"  Seperti mengulang kalimat pertamanya saja.  Suara datarnya membuatku kesal saja. Tapi apalagi.  Sekarang dia adalah penentu hidup dan matiku.  Tekanan di punggung kiriku semakin menjadi, ujung beceng itu seakan-akana makin melesak menembus kulit.

"Kenapa, kami?"  Sekali lagi pertanyaan itu aku lontarkan. Kali ini dengan setengah berteriak.

Tak ada lagi jawaban.   Hanya dengus napas, dan gerakan halus pelatuk yang tertarik.  

Aku memejamkan mata.  Membayangkan nanti hidup selanjutnya ke dunia macam apa, bagaimana dunia yang aku tinggalkan. Bagaimana dengan segala hutang janji maupun fisik yang belum terlunasi.

Aku menahan napas.  Mencoba mengikhlaskan semuanya.  Walau..

..

Dan suara azan ashar terdengar.

Tiba-tiba hawa panas terasa.  Badanku bersimbah peluh. Mengerjapkan mata, menatap sekaliling. Tak ada tangan yang terikat, tak ada pistol yang terhunus di punggung.  Tak ada Agus yang menyebalkan.

Yang ada hanya laptop yang masih menayangkan John Wick, sedang semangat menghabisi musuh-musuhnya.   Film yang baru aku tonton seperempat jalan.  Sebelum akhirnya terlelap dan nyaris mati di dalam mimpi.

Spontan tanganku mengambil telepon genggam yang tergeletak di sisi kiri tempat tidur.  Ada beberapa pesan masuk dan belum terbaca.  Salahsatunya dari Agus si panitia pelatihan.  Pesan aku buka.

"Om, baca Solo Leveling ngikutin aku, ya?"

Lah?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun