Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Belajar Sabar Menunggu Umpan Dihajar

28 Februari 2024   07:56 Diperbarui: 1 Maret 2024   00:07 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
spot pancing belakang rumah acil (dokpri)

Rasanya lama sekali tak memancing ikan. Hal yang sewaktu kecil justru sering dilakukan di kampung halaman.

Saat kemarin sore mampir ke rumah acil (bibi, bahasa Banjar), tiba-tiba mendadak tercetus keinginan untuk memancing. Lokasinya tak jauh-jauh, di belakang rumah beliau saja. Rumah yang sebenarnya berada di dekat persawahan, dulunya. Tapi sekarang tanah persawahan banyak yang beralih fungsi menjadi perumahan dan berganti kepemilikan.

Saat mencari-cari peralatan memancing, ternyata hanya menemukan tantaran (joran, bahasa Banjar) yang disampirkan di samping lemari kayu di dapur. Joran tradisional yang terbuat dari bambu berdiameter kecil, karena ikan yang dipancing juga tak begitu besar ukurannya.

Kebetulan di depan rumah, ada yang jualan peralatan pancing. Jadi saja beli kawat pancing, nilon, umpan beserta pelampung kecil yang belakangan justru tak terpakai.

Umpan yang dibeli adalah telur dan larva telur semut kararangga/rang-rang (Oecophylla sp.), salah satu umpan yang biasa digunakan untuk memancing ikan papuyu (betok), ikan yang biasa dipancing di daerah Kalimantan Selatan.

Sebenarnya ada pilihan umpan lainnya, seperti larva tawon dan belatung. Tapi sepertinya telur semut lebih menyenangkan, walau kalau tidak pas saat menyangkutkannya di mata kail bisa pecah tak karuan.

umpan telur semut (dokpri)
umpan telur semut (dokpri)

Total habis modal cuma sembilan ribu rupiah, dengan rincian tiga ribu untuk satu set benang nilon dan mata kail pancing ukuran nomor 6, umpan telur semut lima ribu untuk satu takar, dan seribu rupiah untuk pelampung pancingan (yang akhirnya tak terpakai itu).

Setelah mata kail dan nilon terpasang, umpan dipasang. Proses mengail alias memancing ikan pun dimulai. Target sasaran iwak papuyu berusaha didapatkan. Apa daya saya yang tak sabaran, tak betah berlama-lama menunggu di satu spot saja. Baru beberapa menit memutuskan untuk pindah ke spot kanan kiri rumah. Dan hasilnya nihil.

belajar sabar (dokpri)
belajar sabar (dokpri)

Sungguh diam-diam muncul rasa kagum sama orang-orang yang tahan berjam-jam menekuri joran pancingan, rupanya perlu ilmu ikhlas tingkat tinggi untuk memancing. Sembari tetap berharap mendapatkan rejeki,walau harus menahan sabar dan pegal selama beberapa waktu.

Sampai akhirnya satu ikan berhasil didapat, setelah berkali-kali mengganti umpan yang sepertinya habis dimakan oleh ikan sepat yang mulutnya kecil itu. Sensasi saat umpan dipatuk ikan itu memang luar biasa,seakan-akan mendapatkan harta karun saja saat tali pancing terasa berat oleh tarikan ikan. Penantian bermenit-menit rasanya terbayar lunas.

ikan papuyu (Anabas testudineus)| dokpri 
ikan papuyu (Anabas testudineus)| dokpri 

Tapi yang namanya memang tidak bakat dan tidak sabaran. Rasa bosan kembali datang, sampai akhirnya dapat ikan kedua yang berukuran lebih kecil. Pancing pun diletakan ogah-ogahan begitu saja tanpa dipegang. Sampai beberapa menit kemudian memutuskan, kegiatan memancing dicukupkan.

Memancing di musim penghujan memang kudu bersabar lebih banyak lagi, karena keberadaan ikan papuyu agak langka di air yang cukup dalam.

joran yang tak lagi terpegang (dokpri)
joran yang tak lagi terpegang (dokpri)

Jadi begitulah. Jika ingin melatih kesabaran, cobalah memancing di musim penghujan, saat ikan-ikan sepertinya sedang malas-malasan memakan umpan.

Kegiatan memancing sepertinya memang diciptakan untuk orang-orang yang punya stok sabar berlebihan. Sepertinya nanti akan dicoba lagi sesekali.

Sepertinya harus belajar sabar lagi nanti suatu saat pada ahlinya, entah kapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun