Mohon tunggu...
R. Syarani
R. Syarani Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mencicipi Tanjakan Curam Dengan Sepeda Menuju Pematang Kaca

12 Februari 2024   13:47 Diperbarui: 12 Februari 2024   20:15 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rute perjalanan. sumber gambar :strava.com

Setelah sekian lama tak bersepeda yang tanjakannya cukup bikin kesal, lebih-lebih setelah daerah Tahura Mandiangin yang merupakan destinasi untuk menjajal tanjakan ditutup di akhir pekan akibat ada pesepeda yang mengalami kecelakaan, akhirnya mendapat informasi kalau ada destinasi sepedaan yang menarik.  Konon jalan menuju ke sana sudah mulus di aspal, tanjakannya pun lumayan menarik.

Akhirnya hari minggu kemarin menetapkan diri untuk menjajal tanjakan di destinasi baru tersebut.  Namanya Pematang Kaca,tempat yang cukup viral di sosial media lokal akhir-akhir ini.  Menjadi tempat yang sering dituju karena tempatnya yang masih alami dan suasananya seperti di hutan purba.  Banyak tanaman rambat yang merajalela menutupi pohon-pohon di sekitar sana.  Walaupun konon daerah situ masih masuk kawasan perusahaan.

Makanya selagi ada kemungkinan ditutup oleh perusahaan dari akses masyarakat umum.  Maka menyempatkan diri untuk kesana.

Melihat rekaman singkat di youtube akan jalur menuju ke sana, yang tanjakan dan rollingnya lumayan curam, akhirnya diputuskan untuk menggunakan sepeda Federal Mt Everest yang menggunakan 21 kombinasi percepatan.  Tak lupa menggunakan sepatu dan pedal cleat yang terpasang, demi efisiensi mengayuh di tanjakan nantinya.  Rencananya demikian.

Start dari rumah sekitar jam 7.30, melewati KGB (Kantor Gubernuran)  sambil melihat orang yang rajin jogging di kawasan tersebut.  Berbelok kemudian melewati SMA 3 ke arah persimpangan jalan menuju Cempaka.  Daerah yang terkenal dengan pendulangan intan.   Mampir sejenak di minimarket untuk membeli air minum dan snack buat di jalan.

mampir minimarket yang parkirannya gratis (dokpri)
mampir minimarket yang parkirannya gratis (dokpri)

Setelah rehat sejenak, perjalanan dilanjutkan ke arah selatan.  Sempat kelewatan sekitar 1 kilometer, akhirnya putar arah dan menuju jalan ke arah tujuan semula.   Melewati beberapa tempat wisata seperti d'Legenda yang ada kastil buatan dan area permainan Alaska yang bersimbolkan dinosaurus.

d'legenda (dokpri)
d'legenda (dokpri)

Beberapa kilometer dari situ menemukan pertigaan kembali, wilayah Kiram namanya, untuk kemudian ke persimpangan menuju Gunung Mawar, daerah yang tanjakannya juga tak kalah suram kecuramannya.  Melewati pertigaan villa Aranaway, lurus menuju jembatan besi dan tak seberapa jauh dari situ melewati semacam peretmpatan tak simetris untuk terus lurus ke arah tenggara.

pertigaan villa Aranaway (dokpri)
pertigaan villa Aranaway (dokpri)

Dan dari situlah mimpi buruk dimulai.  Semenjak bertemu jembatan pertama, sudah dihadang tanjakan dengan kecuraman yang tidak bersahabat.   Ragu dengan pedal cleat yang terpasang membuat perjalanan terasa melelahkan. Kaki kiri yang dilepas dari cleat,sementara kaki kanan masih terpasang, membuat kaki tidak imbang.  Menanjak semakin terasa letih dan mulai terasa nyeri pada otot kaki.

awal tanjakan (dokpri)
awal tanjakan (dokpri)

Setelah bertemu jembatan kedua, tanjakan semakin terasa menggila.  Kecuramannya terlihat sangat tidak logis.  Jalanan seakan mengarah ke langit.  Perjalanan semakin menyebalkan karena saat mampir sejenak mengambil napas, badan yang sudah basah oleh keringat rupanya menjadi sasaran yang menarik dari vampir-vampir penghuni kebun karet yang banyak tersebar di kanan kiri jalan.

Untunglah ada sungai yang airnya jernih yang lumayan menghibur untuk dinikmati beberapa jenak sebelum perjalanan dilanjutkan.

sungai yang jernih dan tenang (dokpri)
sungai yang jernih dan tenang (dokpri)

Kombinasi tanjakan yang tak habis-habis, badan yang mulai panas dan gatal dirubung nyamuk hutan ditambah keraguan menggunakan sepasang cleat, menjadikan putus asa pun tercipta.  Sampai akhirnya 3 kilometer sebelum titik tujuan, akhirnya memutuskan untuk menunda keinginan mencapai Pematang Kaca dan akan mengulanginya di lain waktu.  

tanjakan gila yang membuat putus asa (dokpri)
tanjakan gila yang membuat putus asa (dokpri)
 

Putar balik dan mampir sejenak di warung dekat villa Aranaway untuk mengisi perut dengan mie goreng, dan kemudian melanjutkan perjalanaan balik.  Memutar lewat jalan tahura dan menyusuri daerah Sungai Ulin yang membujur dari timur ke arah barat menuju pusat kota Banjarbaru.

Sesampai kota, ternyata hujan deras menyambut dan tak juga berhenti sampai balik ke rumah.   Untunglah dapat bonus lebatnya hujan, badan basah kuyup tak mengapa, paling tidak mengobati niat menuju puncak yang belum kesampaian.

Jadi begitulah sekilas perjalanan hari minggu kemarin.  Semoga nanti muncul niat untuk kembali mengulangi perjalanan yang belum tuntas tersebut.  Doakan saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun