Hal lainnya adalah mental yang terasa makin tahan banting, karena proses perkuliahan yang benar-benar menguras pikiran, tenaga dan mental sekaligus adalah ujian yang tak kan pernah didapatkan dimanapun.Â
Tentu saja bisa lolos melewatinya adalah suatu kebanggan sendiri, sebuah privilege langka yang tak semua orang bisa dan mampu menjalaninya.Â
5. Bagaimana relevansi ilmu tersebut dengan pekerjaan yang kini dilakoni?
Semakin tinggi strata pendidikan yang diikuti, semakin bergeser pula fokus dari hal-hal teknis menuju hal-hal konseptual. Pola pikir yang dituntut untuk memandang sebuah hal sebagai suatu sistem, akan selalu membuat lulusan pendidikan pasca sarjana selalu relevan saat bekerja di bidang apapun.
Tentunya harus pula disertai dengan dukungan sistem birokrasi di lingkungan yang bersangkutan bekerja. Mengingat poin-poin diatas, utamanya poin nomor empat, relevansi adalah hal yang tak lagi patut dipertanyakan.Â
Lebih-lebih saat hakikat dan konsep dalam mata kuliah filsafat ilmu bisa dipahami dan dikorelasikan dengan mata kuliah yang bersifat teknis.
Intinya ada pada pola pikir secara sistem dan konseptual, maka dimanapun tempat bekerja, akan terus relevan dan optimal sepanjang pekerjaan yang dilakoni benar-benar sesuai dengan perencanaan dan peraturan yang mendasarinya.
***
Jadi demikianlah, hakikatnya tak ada kata rugi dalam menuntut ilmu, karena selalu ada hal-hal positif saat mendapatkan hal-hal baru dan pola pikir deduktif yang tentu saja diajarkan oleh guru-guru terbaik yang sangat berpengalaman di bidangnya.
Saat ada kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, raihlah sesegera mungkin, secepat mungkin, dan jadilah bagian dari orang-orang yang beruntung dan jumlahnya masih teramat sedikit di negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H