Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Saran dan Kritik untuk Poster Caleg di Pinggir Jalan

9 Januari 2024   12:03 Diperbarui: 14 Januari 2024   06:00 1608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu terakhir ini mata disuguhi oleh warna warni poster di pinggir jalan yang bergambarkan para calon-calon senator maupun calon anggota legislatif yang akan bertarung pada kontestasi di hari valentine tahun ini.

Bermacam tampang dan gaya terpampang, lengkap dengan jargon masing-masing, nomor urut, terkadang pakai bawa-bawa foto calon presiden yang diusung atau malah ada yang mencantumkan nama panggilan di masyarakat.

Ada lagi yang mencantumkan hubungan kekerabatan dengan seseorang yang lebih dikenal, entah orangtua, saudara ataupun pasangan. Segala cara dicantumkan untuk memperkenalkan diri ke masyarakat, tak ada yang salah memang dengan hal tersebut.

Cuma masalahnya terkadang ada beberapa hal yang mengganjal di mata dan pikiran saya saat melihat alat peraga kampanye (APK) berupa jejeran poster, baliho ataupun spanduk yang bertebaran tersebut.

Terutama pada tampilan tokoh yang tercetak pada media berlatar warna warni tersebut, rata-rata tentu saja berlatar warna partainya, kadang-kadang ditingkahi gestur tangan yang merujuk pada angka partai yang didukungnya.

Mungkin ada beberapa hal yang sebenarnya mungkin patut menjadi perhatian para calon penghuni gedung anggota dewan tersebut sebelum membuat dan mencetak poster dan ditebarkan di sepanjang jalan, seperti :

1. Layout

Kalau bisa, bikin layout yang enak dipandang mata, komposisi dan jenis huruf yang digunakan, penggunaan warna pakaian yang jangan sampai tabrakan dengan warna latar dan unsur lainnya. 

Paling tidak mengurangi pusing saat melihat poster yang dipasang di jalan. Jangan cuma diserahkan begitu saja tanpa ada konsep yang jelas.

Poster atau spanduk yang enak dipandang paling tidak menjadi perhatian masyarkat untuk fokus melihat keseluruhan isinya. Bukankah tujuannya adalah biar dilihat orang, bukannya bikin pusing orang.

2. Jargon

Terkadang jargon-jargon yang dipasang terlalu bombastis, terkadang ada yang kurang logis. Tolonglah bikin jargon yang wajar dan kira-kira bisa diwujudkan saat nanti misal terpilih. 

Boleh saja optimis dan punya keyakinan diri yang berlebih, tapi menjanjikan hal-hal yang sulit diwujudkan bukannya terkesan cuma kopi paste kalimat entah dari mana.

Tapi jangan juga terlalu biasa dan datar, seperti imbuhan kalimat 'lanjutkan', 'pilihan terbaik'dan yang sejenisnya, mungkin bisa kreatif sedikit memilih kalimat. Harus ada ide yang positif dan kreatif untuk meyakinkan calon pemilih, kan?

3. Pakaian

Nah, bagian ini yang kadang membuat saya mengernyitkan dahi, saat ada saja calon yang berpakaian terkesan 'seadanya' di poster ataupun banner. 

Bukankah itu salah satu bentuk citra diri yang ingin ditampilkan ke masyarakat. Pilihlah pakaian terbaik, jangan pakaian seadanya saja, dan yang rapi. 

Jikalau usaha berpakaian yang rapi saja tidak mampu, bagaimana nanti bisa merapikan aspirasi masyarakat dengan baik pula. Tak perlu berlebihan yang penting terlihat pas di badan dan nyaman dilihat saat terlihat dipajang.

4. Senyum

Bagian ini nih yang sering dilupakan, jarang ada yang bisa menampilkan bagaimana cara senyum yang baik dan terkesan 'menjanjikan'. Senyum yang terlalu lebar dan terkesan main-main tidaklah apik. 

Senyum yang terkesan arogan malah bikin malas melihatnya, lebih-lebih yang malas senyum atau tak ada senyum sekali.

Wajah yang ditampilkan itu calon wakil rakyat, lho. Paling tidak ada sesuatu yang dijanjikan dari senyum yang sederhana namun terkesan powerful dan bisa menjanjikan hal-hal baik ke depannya bagi calon pemilihnya. 

Soal bagaimana contoh senyum terbaik, itu bisa ditanyakan pada orang terdekat, mana senyum yang kira-kira paling bagus dan tidak menyebalkan untuk dilihat orang banyak.

Ayolah, senyum yang bagus, kalau senyum saja yang mudah dibikin susah, bagaimana nanti saat memperjuangkan hak-hak rakyat misal terpilih.

5. Foto

Ini semacam gabungan dari nomor 3 dan 5 ditambah dengan estetika pencitraan yang baik. 

Ekspresi calon ditambah pakaian yang baik, adalah nilai tambah yang mungkin akan menjadi pertimbangan terbaik bagi calon pemilih, lebih-lebih banyak pemilih yang tak semuanya rajin mencari latar belakang calon yang akan didukungnya.

Bukankah katanya kebanyakan cinta jatuh pada pandangan pertama? Maka dari itu harusnya penampilan secara keseluruhan diperbaiki,kalau perlu menyewa jasa foto profesional, gunakan sudut foto terbaik, senyum terbaik, pakaian terbaik, yang akhirnya bisa meyakinkan bahwa dialah calon yang terbaik.

Mengenai hal terakhir ini, saya jadi teringat akan foto seorang calon legislatif yang sekilas dilihat saja enak dipandang, dan setelah saya survei dengan penduduk setempat, benar saja mereka kebanyakan cenderung memilih calon dimaksud karena penampilannya yang menjanjikan di poster calon.

Setelah calon tersebut nyatanya benar-benar terpilih, terungkap bahwa foto tersebut adalah yang dianggap terbaik dan dipilih dari ratusan jepretan yang dilakukana pada sesi foto khusus untuk poster/banner/spanduk calon yang bersangkutan.

6. Pohon

Ini bagian terakhir yang seringkali dilupakan, yaitu lokasi pemasangan poster/baliho. Tolonglah tak usah brutal memasangnya sampai dipaku ke pohon pinggir jalan, masih ada saja yang melakukan hal tak baik seperti itu rupanya, seakan tak ada space lain untuk memasang poster. 

Kalau untuk pribadi saya, tak bakal akan saya coblos. Sama pohon dan lingkungan saja sudah tak peduli, bagaimana pula nantinya saat terpilih, tak ada kepastian apakah nanti bakal menjaga lingkungan sekitar atau tidak, ini juga terkait dengan etika. 

Walaupun tentu yang memasang adalah tim sukses bukan calon yang bersangkutan, kan bisa diberi pesan untuk tidak memasangnya di pohon hijau rindang yang tak punya salah apa-apa untuk dilukai demi poster yang hanya terpasang sementara di saat-saat diperlukan saja.

***

Jadi begitulah, semoga lain waktu, poster-poster yang terpampang akan lebih bagus lagi, banyak referensi yang bisa diikuti, tak perlu warna warni yang mencolok mata, justru yang terlihat sederhana dengan penampilan dan senyum sederhana.

Namun, terlihat menyejukkan jiwa dan menjanjikan masa depan masyarakat yang lebih baik, yang bakal dipilih masyarakat tanpa ragu.

Bukankah ada kalimat di sebuah pariwara yang bisa dijadikan patokan : 'kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda.."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun