Beberapa waktu terakhir ini mata disuguhi oleh warna warni poster di pinggir jalan yang bergambarkan para calon-calon senator maupun calon anggota legislatif yang akan bertarung pada kontestasi di hari valentine tahun ini.
Bermacam tampang dan gaya terpampang, lengkap dengan jargon masing-masing, nomor urut, terkadang pakai bawa-bawa foto calon presiden yang diusung atau malah ada yang mencantumkan nama panggilan di masyarakat.
Ada lagi yang mencantumkan hubungan kekerabatan dengan seseorang yang lebih dikenal, entah orangtua, saudara ataupun pasangan. Segala cara dicantumkan untuk memperkenalkan diri ke masyarakat, tak ada yang salah memang dengan hal tersebut.
Cuma masalahnya terkadang ada beberapa hal yang mengganjal di mata dan pikiran saya saat melihat alat peraga kampanye (APK) berupa jejeran poster, baliho ataupun spanduk yang bertebaran tersebut.
Terutama pada tampilan tokoh yang tercetak pada media berlatar warna warni tersebut, rata-rata tentu saja berlatar warna partainya, kadang-kadang ditingkahi gestur tangan yang merujuk pada angka partai yang didukungnya.
Mungkin ada beberapa hal yang sebenarnya mungkin patut menjadi perhatian para calon penghuni gedung anggota dewan tersebut sebelum membuat dan mencetak poster dan ditebarkan di sepanjang jalan, seperti :
1. Layout
Kalau bisa, bikin layout yang enak dipandang mata, komposisi dan jenis huruf yang digunakan, penggunaan warna pakaian yang jangan sampai tabrakan dengan warna latar dan unsur lainnya.Â
Paling tidak mengurangi pusing saat melihat poster yang dipasang di jalan. Jangan cuma diserahkan begitu saja tanpa ada konsep yang jelas.
Poster atau spanduk yang enak dipandang paling tidak menjadi perhatian masyarkat untuk fokus melihat keseluruhan isinya. Bukankah tujuannya adalah biar dilihat orang, bukannya bikin pusing orang.