Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pada Rekah Ingatan

29 November 2023   23:26 Diperbarui: 29 November 2023   23:34 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: indoplaces.com  

Jogja, HUT RI 2009.

Daerah barat kota itu sedang penuh semilir angin, sementara ada keriuhan di sana sini, seluruh kota sedang riuh menikmati kenduri tahunan, atas nama kemerdekaan negara, atas nama pesta yang entah punya siapa.  Begitu pun gadis itu, sedang senang karena merayakan cinta yang dinikmatinya dalam bentuk ikatan, sebuah rencana yang tersusun sebentar lagi, sangat sebentar.  Semua keresahannya dituliskannya dalam blog pribadinya.  Sampai ada seseorang yang rajin menuliskan komentar di postingannya, seseorang yang tanpa disadarinya akan menjalin kisah di waktu yang tak pernah diduganya.

Jauh dari arah timur kota itu, seorang pemuda sedang bimbang menentukan pilihannya, tentang tempat dia akan belajar lagi beberapa tahun ke depan, menimbang-nimbang untuk berguru di kota paling timur, ataukah mendekat ke tengah pulau.  Jarinya malah ringan membalas komentar di blog pribadinya, tanpa sadar bahwa ada seseorang yang meninggalkan jejak komentar di sana, adalah seseorang yang membuat hari-harinya menjadi lapang di beberapa tahun mendatang.

--

Purna Budaya, Hari Pos Sedunia, 2010

Adalah pesta blogger yang diadakan di kota tua itu, dengan berbagai acara beberapa pekan sebelumnya, sampai puncak acaranya dirayakan sepanjang malam.  Kumpulan berbagai komunitas atas nama blog pun menegaskan dirinya di sudut-sudut aula yang cukup luas.  Pemuda di timur kota itu rupanya telah menentukan putusan untuk nekat belajar di sana, dan ikut sibuk memeriahkan kegiatan yang tak ada sangkut pautnya dengan kuliahnya.  Malam yang riuh, menyerupai saat setahun silam..

Beberapa waktu acara berjalan, ada seorang gadis yang diam-diam datang memasuki ruangan, berkeliling sebelum akhirnya memutuskan untuk menuntaskan keinginan, mengenal sosok yang sering meninggalkan komentar di blognya nyaris tanpa jeda.  Telapak tangan pun bertaut, sang gadis dengan raut ingin tahu, sementara si pemuda lebih sering menunduk tak berani menatap lawan bicaranya.

"Hey, kamu Aksara, kan?"  Begitu, telapak tangan terulur, yang dipanggil menatap setengah ragu dan setengahnya lagi tak percaya diri.
"Hehe iya, dan kamu? .."
"Rindu.."  Katanya sambil sedikit tersipu, entah kenapa harus begitu..

Begitulah pertemuan singkat, yang terekam memori mereka, tak ada satu pun yang mengingat detil pertemuan mereka, dormant di pikiran mereka, dan tak pernah terpikirkan bahwa itu bukanlah pertemuan terakhir antara mereka..

--

Kota Tua, Hari Hangeul, 13 tahun kemudian ..

"Tiga belas adalah angka favoritku" Tandas Aksara tanpa ragu-ragu.
"Kok, bisa begitu?" Adalah Rindu yang menanyaka, juga tanpa ragu.

Percakapan rahasia yang sebenarnya tak pernah terencana, walaupun tak juga sebuah kebetulan, apalagi Aksara pernah berucap:
"Tak ada satu pun hal yang terjadi secara kebetulan di atas dunia ini.."

Rindu masih menyimak.
"Termasuk pertemuan denganmu.." Sambung Aksara kemudian, yang hanya berujung pada tersipu, dan malu tanpa bisa dicegah, oleh pikirannya sekalipun.

Mereka berdua, berbincang, tanpa pernah ingat kejadian tiga belas tahun silam, sampai akhirnya membuka kisah tentang blog lama yang lama tak terjamah..

Sampai akhirnya menemukan komentar mereka masing-masing, di blog masing-masing, saat semuanya telah terjalin, saat Aksara tak bisa lepas dari Rindu, pun sebaliknya, sampai semuanya semakin dalam tenggelam..

Mereka hanya bisa terperangah. dengan sedikit sesal, akan waktu yang berputar cepat dan tak bisa lagi diulang kembali, hanya ada kata kenapa yang tak habis-habis .. kecuali ada sedikit titik kompromi yang akhirnya mereka rasakan, yang Rindu ungkapkan, saat senja menyapa kota tua yang mereka akrabi..

"Mungkin, aku dipertemukan kembali, denganmu, setelah sekian jeda dan kejadian, tak lebih menunggu aku pantas untukmu.."

Aksara hanya menyahut pelan.

"Pun, mungkin akupun demikian, dipaksa waktu untuk berpantas diri dan bertahan sebelum kembali datang untuk membawamu pulang, saat waktunya telah benar-benar siap dan tiba.."

Mereka pun pada akhirnya hanya menghela napas, sembari bersyukur atas napas yang masih ada sehingga bisa kembali menapak ruas jalan yang sama dan menghirup udara yang sama, berdekatan, dan tak pernah ingin lepas ..

--

Bjb, penghujung bulan hujan 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun