Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kisah Orang-orang yang Sulit Dinilai Hanya dari Penampilannya Saja

1 Juli 2023   19:48 Diperbarui: 1 Juli 2023   20:06 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : andonix.com

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu dan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.  Dengan kata lain bagaimana seseorang memandang sebuah objek dengan panca inderanya.

Masalahnya adalah manusia mempunyai kerbatasan kemampuan panca indera dalam membentuk persepsi, sehingga tak jarang terjadi biasa saat memberikan penilaian terhadap sesuatu, lebih-lebih menilai seseorang yang seringkali tak ubahnya seperti lapisan paling atas dari sebuah puncak gunung Iceberg.

Hal tersebut seringkali terpikirkan oleh saya yang beberapa kali ditipu oleh panca indera sendiri akan kelebihan seseorang yang sama sekali tak kelihatan dari sekilas penampakannya, apalagi mata seringkali ditipu oleh hal-hal fisik dan embel-embelnya semata.

Seperti salah seorang sahabat saya sewaktu masih kecil, orang yang tak mengenalnya dari dekat, mungkin hanya melihat dia sebagai anak kecil rapuh yang badannya bongok dan tuna rungu, sehingga tentu saja harus berkomunikasi dengan bahasa isyarat seadanya.   

Kagum saya tumbuh begitu besar, saat melihat kemampuannya saat menggambar.  Bahkan tak perlu menarik garis dua kali untuk satu kerangka gambar, garis-garis yang dia bikin dengan tangannya begitu sempurna.  Kelebihannya ini sering menjadi hiburan bagi saya, yang seringkali meminta dia menggambar macam-macam, dengan bahasa isyarat tentunya, dan dia dengan tulus dan senang hati mengabulkan permintaan saya.  

Satu lagi sahabat saya sewaktu duduk di sekolah dasar, yang secara fisik terlihat memiliki ukuran kepala yang sedikit lebih besar dari teman-teman sepantaran, dan telinga yang tak henti didera infeksi.  Rasanya kemampuan akademis kami pun sama, rata-rata saja waktu itu.  

Tapi kawan saya itu, amboi pemberaninya luar biasa.  Saat ada kegiatan vaksinasi di sekolah menjelang ulangan, di saat teman-teman yang lain pucat pasi karena takut akan jarum suntik.  Dia malah tunjuk tangan maju duluan untuk disuntik lengannya paling pertama, hal yang akhirnya membuat kami tak lagi dilanda takut dan berani mengangsurkan tangan untuk divaksin.  

Lain waktu, saat kuliah di kota Surabaya, saya beruntung mendapatkan dosen pembimbing tesis yang sangat sederhana, yang seringkali menekankan kalimat : "ingat ya, mas. pegawai negeri itu lebih banyak kewajiban dibanding hak, jadi jangan menuntut hak berlebih dari pekerjaan, ingat akan kewajiban".  

Penampilan beliau sangat sederhana, bercelana kain biasa dan kemeja putih yang sama sekali jauh dari kesan necis.  Jika sekilas bertemu beliau sama sekali tak mengesankan kalau sedang berhadapan dengan ahli statistik senior lulusan dari negeri Inggris.  Gaya bicara beliau pun begitu santun dan terkesan merendah, tapi selalu berhasil meninggikan semangat mahasiswa-mahasiswa bimbingannya, membuat yakin kalau kami akan bisa melalui proses perkuliahan dengan baik.

Soal penampilan ini juga, saya pernah mendengar cerita dari seorang kawan sewaktu merintis usaha.  Mendapat informasi bahwa dia bisa mendapatkan modal dari seseorang yang kaya raya di sebuah kota.  Saat mendatangi rumah orang yang dimaksud, dia bertemu dengan seorang tua yang asik menyapu dedaunan yang gugur di pekarangan rumahnya, dengan pakaian keseharian yang sangat biasa.  

Siapa sangka ternyata beliau lah orang kaya raya, calon pemodal yang sedang dicarinya.  Beruntung orang tua itu pun ternyata mempercayai teman saya tersebut, katanya kalau tidak salah karena teman saya pun berlaku santun saat mengemukakan maksudnya dengan beliau.

Satu lagi, jika suatu saat kalian singgah di sebuah warung makan di kota Banjarbaru, di waktu-waktu tertentu mungkin akan dilayani oleh seorang lelaki kurus tinggi yang biasanya memakai kemeja berwarna kalem.  Tanpa sungkan memotongkan buah semangka dan menyodorkannya ke meja pelanggan.  

Jika sempat bertemu lelaki itu, artinya kalian beruntung dilayani oleh ahli urban manajemen dari Erasmus dan lulusan doktor tercepat di salah satu universitas di negeri ini.

Terakhir, jika kalian di Jogja bertemu seorang bapak tua yang berkumis cukup lebat dan hanya mengendarai sepeda motor ke kampus, atau mungkin sedang masuk ke sebuah gang cukup sempit di mana rumah beliau nyempil di salah satu sudutnya.  

Kalian beruntung berpapasan dengan salah satu orang pintar yang pola pikir dan hidupnya sangat sederhana tapi jenius luar biasa yang menganggap mahasiswa bimbingannya akan mampu menyelesaikan proses kuliah walaupun sebandel apapun.  Kerendahan hati doktor lulusan Gottingen itu tak pernah salah untuk ditiru.

Jadi, jika suatu saat mungkin merasa jumawa dan mungkin menilai orang lain lebih rendah dari diri sendiri, percayalah keterbatasan panca indera dalam menilai sesuatu mungkin hanya akan mempermalukan diri sendiri sahaja.  Lebih baik terus belajar memperbaiki diri sembari terus belajar dari orang-orang yang terlihat biasa-biasa saja di permukaan tapi sebenarnya sangat luar biasa di inti bumi dirinya.

Begitulah, sungguh tulisan ini sebenarnya bentuk kekaguman oleh orang-orang yang terbiasa melapisi ketinggian derajat yang dimilikinya dengan selaput kesebersahajaan di kesehariannya, begituah sebaik-baiknya manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun