Setelah dirasa istirahat cukup, menjelang jam 11 lewat memutuskan kembali turun dan pulang, tapi menyempatkan diri mampir sebentar di spot yang sedang hits, yaitu landasan Paralayang yang posisinya tak jauh dari tempat rehat. Â Walau tak ada yang terbang dengan paralayang saat itu. Â Tarif sekali terbang lumayan juga sih, sekitar 500 ribu dan katanya nanti mau dinaikkan setelah masa promosi habis. Â Bagi yang suka ketinggian tentu sangat menarik, tapi tidak bagi saya, itu terasa menakutkan.
Setelah mampir dan foto sebentar, perjalanan pulang dilanjutkan. Â Kalau awalnya menanjak, endingnya tentu menurun dan merasa ragu juga karena rem cuma terpasang di roda depan. Akhirnya saat turunan curam dan panjang, saya pun mengakalinya dengan rem manual, yaitu pakai sendal gunung yang ditempelkan di roda belakang, seperti masa-masa kecil dulu. Â Kata kawan saya di belakang, rem manual saya menerbitkan bau sangit dan terbakar akibat gesekan ban dan sandal. Â Untunglah aman sampai dasar bukit.
Melewati gerbang tahura lagi, terus saja menuju barat, sayang sekali udaranya panas sekali, sampai akhirnya memutuskan untuk mampir di minimarket karena langit sudah terlampau panas dan haus. Â Beberapa kali juga kembali mampir di bawah pohon di pinggir jalan saat panas terasa membakar kulit.
Setelah istirahat dirasa cukup, perjalanan dilanjutkan, mengatasi beberapa tanjakan yang lumayan sebelum sampai kembali di Simpang Empat dan akhirnya sampai pulang kembali ke rumah tepat jam 1 siang. Â Total perjalanan dan istirahat sekitar 6 jam dengan jarak tempuh sekitar 27 km sekali jalan, jadi pulang pergi sekitar 50 km. Â Perjalanan yang cukup menyenangkan.
Mungkin lain waktu akan dicoba lagi perjalanan berikutnya, tapi dengan menggani freewheel dengan gigi yang lebih besar biar lebih ringan saat dikayuh. Demikianlah sedikit catatan perjalanan bersepeda hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H