Aku pun terhenyak, terdiam, terluka, terpukul, terpana. Â Bagaimana bisa kawan satu kamar selama satu tahun bisa melupakan kenangan-kenangan indah selama bersama. Â Aku sampai sekarang tak bisa menerima kenyataan itu. Berusaha memendamnya, sampai akhirnya membaca tulisan Indah itu tadi, yang menggerakkan tanganku untuk mengetikkan kisah ini secara sekilas.
Sudahlah, begitu saja. Pedih. Asem!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!