Tentunya tidak aneh melihat atau membaca tentang bagaimana ketangguhan anggota pemadam kebakaran yang biasa disingkat menjadi damkar saat berjibaku saat memadamkan api dalam sebuah kebakaran, karena itu memang tugas pokok mereka.
Tapi kadangkala ada yang masih bingung kenapa selain hebat dalam urusan memusnahkan api, tapi juga seringkali muncul di media bagaimana anggota damkar juga bisa menangkap ular, membantu memotong pohon tumbang, menangkap tawon, bahkan sampai memotong cincin warga yang nyangkut tak bisa lepas dari jemarinya.
Hal tersebut karena banyak yang tidak ngeh, bahwa nama lengkap instansi resmi yang menangani urusan kebakaran adalah Dinas Kebakaran dan Penyelamatan,  yang selain melakukan evakuasi dan penyelamatan terhadap korban kebakaran, juga menangani urusan penyelamatan non kebakaran.
Sebagaimana tertuang pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2018 bahwa lembaga yang menangani urusan kebakaran juga mempunyai tugas terkait dengan bantuan dalam penanganan banjir, evakuasi korban hanyut, evakuasi korbanterjatuh ke sumur, penanganan pohon tumbang, evakuasi sarang tawon,penanganan penyelamatan hewan yang berdampak pada keselamatanmanusia (animal rescue), dan hal lainnya yang dianggap membahayakan keselamatan manusia.
Kerennya anggota damkar itu aktif bekerja selama 24 jam, hal tersebut memungkinkan karena mereka bekerja dengan sistem shift atau bergiliran dan biasanya terbagi atas beberapa regu.
Selain dibekali dengan keahlian dasar tentang pemadaman kebakaran, mereka juga dibekali kemampuan cara penyelamatan dalam berbagai kondisi, misalnya penyelamatan dalam air, juga penanganan terhadap hewan berbisa seperti ular. Â
Biasanya secara berkala para anggota mengikuti pelatihan yang dibimbing oleh para ahlinya, misalkan terkait penyelamatan di air yang bekerjasama dengan Tim SAR setempat, atau pelatihan penanganan ular oleh Yayasan Sioux Indonesia yang expert dalam urusan binatang melata tersebut.
Kalaupun ada anggota yang tak sempat mengikuti pelatihan terkait pengelolaan terhadap sistem penyelamatan, maka seringkali dilakukan semacam coaching dari sesama anggota damkar yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Â Rekan yang telah mendapatkan sertifikasi pelatihan menjadi mentor bagi rekan yang lainnya, hingga bisa dikatakan kemampuan para anggota damkar nyaris merata.
Paling tidak dalam sebuah regu, formasinya selain terdiri para ahli pemadam kebakaran juga ada beberapa yang sudah ahli dalam hal penanganan penyelamatan non kebakaran, termasuk di dalamnya pengemudi khusus mobil pemadam yang cukup susah dikendalikan oleh orang awam.
Dengan segala keterbatasan fasilitas sarana prasarana pun, kehandalan mereka teruji di lapangan. Â Walau dalam urusan pemadam kebakaran memang bekerjasama dengan Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) warga setempat, tapi kalau urusan penyelamatan non kebakaran, seringkali bekerja secara independen.
Hal yang membuat saya salut adalah semangat mereka dalam menjalankan tugas, selalu siap sedia dipanggil warga selama 24 jam dan anti dengan bayaran, semua layanan terhadap masyarakat dilakukan secara cuma-cuma tanpa imbalan. Â Jiwa penyelamat para anggota damkar rata-rata sudah menyatu dalam diri mereka.
Delapan bulan bekerja bersama mereka, mengamati kemampuan teamwork yang di atas rata-rata, kompetensi anggota yang bisa diandalkan, menjadikan mereka layak mendapatkan trust dari masyarakat yang memerlukan bantuan dari mereka. Â Semoga bisa terus semangat melayani masyarakat dan jiwa besar tanpa pamrihnya bisa terus terjaga. Â Tentu saja terselip doa agar pemerintah bisa terus memperhatikan kesejahteraan mereka. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H