Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Perjalanan ke Perbatasan Malaysia di Badau

13 November 2022   06:49 Diperbarui: 17 November 2022   17:56 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto dari bppd.kalbarprov.go.id

foto dari mapio.net
foto dari mapio.net

Penanda di gerbang menuju pos perbatasan waktu itu pun masih sangat sederhana, lokasi tempatnya pun sangat sepi, walau ada semacam terminal di sekitar pos batas.

Hanya sampai situlah ujung perjalanan kami. Menyesal juga tak bisa lanjut ke negara tetangga karena saat itu tak kepikiran untuk membawa paspor.

foto dari mapio.net
foto dari mapio.net

Rasanya tak sempat berfoto waktu itu, karena masih pakai hape dengan kamera jadul, jadi tak terdokumentasikan. Untunglah di internet masih ada yang menyimpan arsip keadaan pos batas sewaktu masih belum direnovasi dan menjadi megah. Pos lintas batas negara yang baru itu konon telah diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Juli 2022 kemarin.

sumber foto dari bppd.kalbarprov.go.id
sumber foto dari bppd.kalbarprov.go.id

Mungkin suatu saat pos perbatasan yang baru itu harus ditengok lagi sekalian jalan-jalan ke negeri tetangga. Soalnya dilihat di peta dari situ selain tembus sampai Serawak juga bisa berlanjut ke negara satunya lagi di utara pulau Kalimantan, yaitu Brunei Darussalam.

Penduduk setempat menurut informasi tak perlu menggunakan paspor hijau untuk ke Malaysia, tapi cukup menggunakan surat sejenis paspor yang biasa disebut Pas Merah. Tapi itu hanya berlaku untuk penduduk di sekitar perbatasan untuk menuju wilayah LUbok Antu yang berbatasan langsung dengan Badau.

Lebih dekatnya jarak antara kecamatan dan perbatasan Malaysia dibanding dengan ibukota kecamatan sekalipun, membuat penduduk setempat selain mendapatkan pasokan pangan dari negara tetangga, katanya juga lebih suka berobat ke Serawak, karena fasilitas di kecamatan yang terbatas sementara fasilitas di sebelah perbatasan lebih bagus.

Setelah cukup puas menengok pos perbatasan, akhirnya mampir di masjid yang ada di Badau untuk sholat. Toleransi beragama cukup baik di sini karena tempat ibadah antar agama letaknya cukup berdekatan.

Menurut penelitian Safitri (2017), selain penduduk setempat yang dari suku Dayak, Badau juga dihuni oleh pendatang dari berbagai suku seperti Minangkabau, Bugis dan Jawa. Keberagaman hidup di sana sukurnya tidak menimbulkan masalah yang berarti di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun