Membaca status seorang kawan, tentang tweet seseorang yang mempermasalahkan buku Lupus karya Hilman yang dicetak ulang. Â
Yang menjadi masalah adalah ada beberapa kalimat yang diganti dengan konteks di masa sekarang, akhirnya seakan-akan maksa karena akhirnya jadi tidak nyambung.
Buku Kejarlah Daku Kau Kujitak yang terbit tahun 1986, tentu saja menggambarkan bagaimana situasi anak SMA di jaman itu, waktu gaya rambut Lupus pun ceritanya mengikuti anggota band Duran-Duran yang sedang hits.Â
Di tangkapan layar terlihat bagaimana rambut lupus malah disamakan jadi Siwon, anggot boyband Super Junior yang baru lahir setahun setelah buku Hilman tersebut diterbitkan.
Mungkin maksudnya bagus, menyesuaikan dengan kondisi di era generasi alfa, karena berdasarkan klarifikasi dari Gramedia Pustaka Utama yang menerbitkan ulang buku tersebut.
 Hilman sendiri yang mengubah beberapa kalimat dalam cerita klasiknya tersebut di tahun 2013.  Tentu saja pembaca yang berharap bisa bernostalgia dengan kisah aslinya menjadi ada yang janggal.
Saya sendiri pernah kecewa dengan serila Noni karya bung Smas yang dicetak ulang dengan gambar sampul yang sama sekali tidak menggambarkan seorang Noni dalam cerita aslinya.Â
Ada pula beberapa ilustrasi di dalamnya yang berubah, walaupun rasanya secara garis besar alur kisahnya tidak berubah, tapi tetap saja perombakan yang niatnya mengikuti perkembangan jaman jadinya malah aneh.Â
Akhirnya buku tersebut akhirnya terabaikan dan memilih berburu buku-buku aslinya, walau harus mengumpulkannya dengan sabar lewat pencarian di toko online.
Selain perubahan konten, ada satu hal lagi yang merupakan kekecewaan pribadi akibat memesan buku jauh-jauh hari, tapi setelah pesanan sampai, sama sekali tak sesuai bayangan.Â
Memang pada saat PO (pre order) sama sekali tidak ada gambaran seperti apa buku terbaru karya Pidi Baiq, yang bukunya selalu ditunggu tiap kali terbit.
Saat datang dan dicek, sedikit terkejut menemukan kenyataan bahwa buku yang ditunggu selama sebulan lebih, ternyata bukanlah berisi cerita atau novel, melainkan cuma berisi kutipan kalimat-kaliman Pidi Baiq di berbagai media.Â
Iya kutipan-kutipan yang sudah sering dibaca juga, cuma kali ini dicetak dengan huruf besar-besar di kertas dan dijilid untuk dijadikan buku.
Serasa ditipu penerbit saja jadinya, tidak sesuai dengan masa menunggu dan harga yang ditawarkan. Â Memang banyak yang menggemari karya beliau, tapi pasti tidak berharap pada buku tipis dengan makna yang tak jelas. Â Masih mending buku Al Asbun rasanya. Â
Tapi ya sudah lah, memang resiko kalau tak sabar membeli buku tanpa membaca review dari orang-orang yang telah membeli sebelumnya. Â Lagian, sudah menjadi kalimat jamak, bahwa kenyataan yang tak sesuai dengan harapan, seringkali memang mengecewakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H