Sebenarnya ini perjalanan sekitar 8 tahun silam, tak diniatkan karena rencananya cuma ingin mengambil mobil rental seorang kawan. Â Jadi ceritanya sewaktu masih wara wiri di Joga, seorang sahabat landing di Jogja lalu minta carikan rental mobil untuk ke Ponorogo, tapi nanti minta tolong mobilnya dijemput karena dari sana perjalanannya akan lanjut ke Surabaya.Â
Kebetulan belum pernah sepedaan ke arah timur, makanya muncul niat mendadak untuk mengambil mobil rental pakai sepeda saja. Â Jarak yang ditempuh sebenarnya tak begitu jauh, kira-kira 163 km dan cuma sekali perjalanan pergi, kan pulangnya bakal naik mobil.
Kebetulan waktu itu punya sepeda touring  Surly Disc Trucker, frame set saja sih sebenarnya SDT, isi groupset nyatanya adalah pindahan dari sepeda Federal Rivera Terrain. Â
Kebetulan lainnya lagi, waktu itu perlengkapan untuk touring kebetulan lengkap, ada pannier, matras dan  sleeping bag, perlengkapan standar untuk sepedaan jarak jauh.  Nanti mungkin dibahas tersendiri terkait perlengkapan touring tersebut.
Hari Pertama
10 Januari 2014 sore, setelah semua barang bawaan dikemas di tas pannier, lalu dicantolin di rear rack alias boncengan, sepeda menuju arah Solo tapi kemudian berbelok ke arah stasiun Srowot, tak berapa lama selepas Prambanan.  Sempat nyasar sebentar karena sok tau, tapi akhirnya kembali ke arah yang benar, melewati daerah yang namanya unik-unik : Wedi, Bayat, Cawas, Bulu.
Tak terasa malam hari tiba, saat sampai di pertigaan hutan jati yang dilematis, kata penduduk setempat kalau jalan lurus itu agak datar tapi jauh memutar, kalau belok ke kiri itu lebih singkat tapi melewati hujan jati. Â
Sudah pasti jalan singkat yang dipilih, walau akhirnya kudu banyak berdo'a sepanjang jalan yang gelapnya bukan main, sampai kemudian hutan jati berakhir dan melewati jalan di tengah persawahan yang tak kalah gelap. Untungnya udara kala itu terasa nyaman.
Akhirnya sampai pertigaan terminal Krisak menuju Wonogiri, tak sadar kalau sudah melewati dua provinsi karena memasuki wilayah Jawa Tengah. Â Sampai Wonogiri menjelang tengah malam, sempat mampir sebentar di warung untuk makan seadanya, lalu mencari tempat menginap dan memutuskan tidur di pom bensin yang letaknya sedikit ke arah luar kota. Â Menyenangkannya di pom bensin adalah mushollanya yang bersih dan seringkali dibolehkan untuk menginap bagi para musafir.
 Hari Kedua
Pagi-pagi sekali, setelah mengucapkan terimakasih dan pamit sama petugas pom bensin yang baik hati. Â Meneruskan perjalanan pelan-pelan karena tanjakan di Wonogiri elevasinya benar-benar ngajak becanda. Â
Begitu terus melewati daerah Ngadirojo, lalu mampir sarpan soto ayam di Sidoharjo dan lanjut melewati Jatisrono. Di daerah terakhir ini sempat mampir di sebuah bengkel sepeda dan berkenalan dengan penduduk setempat, yang kemudian setelah ngobrol melepas kepergian dengan kalimat : "Nanti ada dua tanjakan yang cukup tinggi di depan sana, mas". Ealah.
 Untungnya tanjakan di sekitar Slogohimo dan  Purwantoro bisa dilewati, sampai akhirnya sampai di provinsi ketiga Jawa Timur!
Sedari perbatasan jalan akhirnya datar, walau cukup membosankan dan terasa lebih capek. Â Walaupun tanjakan itu awalnya melelahkan tapi sehabisnyua pasti ada turunan, yang merupakan bonus yang menyenangkan bagi pesepeda. Â
Siang hari akhirnya sampai di kota Ponorogo, dimana sudah ditunggu oleh sahabat yang cuma bisa geleng-geleng kepala karena awalnya dia meminta untuk naik kereta atau bisa saja.Â
Rencana membawa mobil rental malam itu dibatalkan, karena teringat jalur Ponorogo-Wonogiri yang sepertinya cukup menyeramkan jika dijalani sendirian naik mobil, baru kemudian pagi besoknya baru pulang dengan Surly yang beristirahat di bagasi belakang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H