Mohon tunggu...
Rizky C. Saragih
Rizky C. Saragih Mohon Tunggu... Administrasi - Public Relations

Lihat, Pikir, Tulis. Communications Enthusiast | @rizkycsaragih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Branding in Digital Era" dalam Kacamata Humas

16 Februari 2018   02:43 Diperbarui: 16 Februari 2018   09:51 3975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media sosial dan PR sangat erat dewasa ini. Dok. Blue Fountain Media

Bagaimana Humas Melihatnya?

Berdasarkan data statistik yang saya terima seputar perkembangan digital di Indonesia, sungguh mengejutkan ternyata internet users di negeri khatulistiwa ini tidak bisa dipandang sebelah mata.

Ranking pengguna internet global 2013-2018. Sumber: www.emarketer.com
Ranking pengguna internet global 2013-2018. Sumber: www.emarketer.com
Saya dapatkan berdasarkan riset dari salah satu situs luar negeri bahwasaanya Indonesia menempati urutan pengguna internet terbesar ke-6 secara global. Lalu pertanyaanya apakah relevansi tren ini terhadap dunia praktisi kehumasan/public relations?

Statistik landskap digital di Indonesia 2018 versi Hootsuite.com
Statistik landskap digital di Indonesia 2018 versi Hootsuite.com
Bisa dibayangkan bagaimana pekerjaan humas 30 tahun lalu seperti apa, belum adanya media daring apalagi media sosial seperti saat ini. Sepertinya lebih mudah pastinya beban kerja humas pada saat itu, ya bukan? 

Jika dibandingkan dengan keadaan sekarang, media daring di Indonesia saja sudah menyentuh puluhan ribu, belum lagi berbagai macam media sosial. Humas/PR baik secara perseorangan maupun korporasi dihadapkan pada tantangan yang besar dalam era distrupsi dan derasnya arus informasi.

Branding in Digital Era

PERHUMAS Muda Bandung berkolaborasi dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati berinisiasi untuk menggelar acara bernama #prclub2 yang pada kali ini mengusung tema "Branding in Digital Era". Singkatnya memberikan gambaran secara riil kepada mahasiswa/i tentang kondisi kerja humas/PR di lapangan terutama yang berkaitan dengan tema tersebut.

Era digital, lalu apa yang harus humas/PR lakukan? Dok. PERHUMAS Muda Bandung
Era digital, lalu apa yang harus humas/PR lakukan? Dok. PERHUMAS Muda Bandung
Saya bersama Yuni Miyansari (Corcomm PT Bio Farma) berkesempatan untuk berbagi dengan para calon-calon humas dari anggota PERHUMAS Muda Bandung maupun UIN Sunan Gunung Djati. Pada sesi pertama saya dengan presentasi sederhana mencoba mendefinisikan apa itu pengertian daripada personal branding, corporate branding dan tentunya branding in digital era. Namun sebelum itu semua saya kembali mengingatkan esensi dasar tugas dan strategi seorang humas/PR.

Strategi branding ada pada sisi perencanaan PR. (@rizkysanagih)
Strategi branding ada pada sisi perencanaan PR. (@rizkysanagih)
Branding berada poin strategi, namun sebelum membuat strategi serta memutuskan apakah harus begini begitu, research merupakan satu hal terpenting untuk seorang humas/PR.

Banyak hal dalam melakukan riset, salah satu riset sederhana yang dapat PR lakukan ialah melalui hashtag pada media sosial seperti Facebook, Twitter maupun Instagram. Ketik saja semisalnya nama produk atau perusahaan tersebut melalui hashtag dan nanti bisa terlihat positioning produk/perusahaan seperti apa di media sosial.

Hal tersebut bisa menjadi salah satu bahan acuan riset sebelum memutuskan melakukan action strategy branding seperti apa agar efektif dan tepat sasaran.

Media sosial dan PR sangat erat dewasa ini. Dok. Blue Fountain Media
Media sosial dan PR sangat erat dewasa ini. Dok. Blue Fountain Media
Mulai dari pemanfaatan semua lini media sosial sampai strategi melalui full barter partnership dengan media daring bisa menjadi salah satu cara efektif agar mewujudkan low budget, high exposure. Ini yang seringkali dilakukan seorang humas/PR di era digital agar campaign mereka bisa sampai tanpa harus membeli spot iklan di media daring yang tidaklah murah.

Lalu, apakah humas/PR harus menyampingkan offline branding? Sekarang kan digital era? Apakah masih efektif memasang spanduk, banner, baliho, billboard, stiker? Jawabannya adalah tentu saja masih dan perlu.

Jangan lupa, humas/PR juga harus berpikiran taktis, tidak berhenti sampai dimana brand/korporasi Anda bisa terlihat secara offline oleh masyarakat, akan tetapi bila unsur kreatifitas, value, uniqueness dalam branding tersebut maka masyarakat yang juga berselancar di dunia maya pun bisa mengabadikan hal tersebut dan mengunggahnya di dunia maya. Offline dapet, onlinenya juga dapet bukan?

Billboard Go-Jek. Dok. sukita.info
Billboard Go-Jek. Dok. sukita.info
Ini contoh yang saya lihat pada studi kasus GO-JEK. Mungkin ada yang pernah tahu iklan baliho ini yang sempat viral? Inilah yang saya katakan offline dapet, onlinenya juga dapet, dapat apa? Coba hitung berapa PR value pada artikel dan penyebutan, menampilkan Go-Jek di media daring dan media sosial secara cuma-cuma mengenai kreatif ini.
Billboard Lazada yang terbalik. Dok. indowarta.com
Billboard Lazada yang terbalik. Dok. indowarta.com
Liputan6.com membahas fenomena ini. Dok. www.liputan6.com
Liputan6.com membahas fenomena ini. Dok. www.liputan6.com
Warganet pun berkomentar di media sosial (screenshot pribadi)
Warganet pun berkomentar di media sosial (screenshot pribadi)
Lalu yang berikutnya adalah Lazada, saya pribadi sempat heran ketika di jalan melihat satu buah baliho besar Lazada terpampang di pinggir jalan raya ibu kota nampak terbalik, singkat pikiran saya pikir habislah sudah sang vendor yang memasang baliho tersebut, bagaimana tidak, fatal sekali bisa terbalik dan masih terpampang.

Akan tetapi, beberapa hari kemudian ketika saya melewati jalanan Jakarta lainnya saya menemukannya lagi. Benar saja saya cari melalui hashtag di media sosial sudah ramai membicarakan billboard iklan Lazada yang terbalik. Bahkan tidak sedikit media daring merilis artikel untuk membahasnya.

Campaign pre-event KNH 2017. Dok. Instagram PERHUMAS
Campaign pre-event KNH 2017. Dok. Instagram PERHUMAS
Beberapa bulan lalu PERHUMAS merayakan perhelatan humas terbesar di Indonesia dengan menyelenggarakan Konvensi Nasional Humas (KNH) dengan tema "Indonesia Bicara Baik" di kota Bogor.

Pastinya langkah strategis dengan menggandeng media partner, social media promotion sampai offline branding pun dilakukan. Seperti foto yang terpampang di atas, salah satu pengurus pusat PERHUMAS memanfaatkan keramaian event lari Jakarta Marathon sambil membawa banner acara KNH 2017. Lalu kami unggah melalui media sosial Instagram. Terintegrasi bukan? 

Branding dalam Logo Perusahaan

Esensi humas/PR dalam perusahaan tidak semata-mata hanya sesederhana "ini lho perusahaan dan produk kami, ini lho event-event kami, ayo semua jangan lupa follow dan mention socmed kami bla bla bla.. "tapi jauh yang tidak tersurat adalah bagaimana masyarakat bisa aware dengan melihat logo dari perusahaan. Bisa dilihat dari banyak perubahaan logo yang dilakukan banyak perusahaan demi bertahan di persaingan era digital ini.

Perubahan logo TRANS TV (trans.tv)
Perubahan logo TRANS TV (trans.tv)
Contoh perubahan logo TRANS TV yang saya bahas ini dalam kacamata PR mengisyaratkan bahwasanya dengan ramainya persaingan televisi hiburan di Indonesia, TRANS TV berusaha mengantar gelombang pesan dengan mengubah logo dari berbentuk berlian menjadi tulisan dengan huruf "A" berwarna-warni. Harapannya agar logo tersebut benar-benar menjadi logo sekaligus tulisan yang mudah dibaca dan diingat para pemirsa dan masyarakat.

Sedangkan huruf "A" yang berwarna-warni mengisyaratkan Bhineka Tunggal Ika, televisi untuk seluruh penduduk Indonesia dengan beragam suku, budaya, bahasa dan agama.

Cukup lama semenjak TRANS TV mengudara sampai mereka merubah logonya dengan perubahan yang ekstrim seperti itu. Humas/PR tentunya memliki harapan corporate awareness asyarakat akan semakin tinggi dengan branding logo barunya tersebut.

Perubahan logo KOMPASIANA (screenshot pribadi)
Perubahan logo KOMPASIANA (screenshot pribadi)
Contoh selanjutnya adalah Kompasiana, tidak sedikit yang masih belum bisa membedakan media arus utama dengan media tulis warga seperti Kompasiana ini. 

Hal tersebut tidak semata-mata perkiraan atau pertanyaan kepada satu sampai dua orang saja, Kompasiana tentunya melakukan riset terlebih dahulu dengan sangat mendalam dan serius. Sampel riset berdasarkan demografi, usia, gender, asal daerah, tingkat pengeluaran bulanan dan sebagainya. 

Akhirnya perubahan logo pun dilakukan serta merta dengan mengusung tagline baru dari "Sharing, Connecting" menjadi "Beyond Blogging". Merupakan strategi agar netizen dan masyarakat bisa benar-benar aware ketika melihat atau mendengar Kompasiana yang menjadi top of mind mereka adalah "Blog". 

Tagline pun diposisikan menempel bersama dengan logo menjadi satu kesatuan, agar apa? Agar setiap kali Kompasiana melakukan branding atau menaruh logo pada medium apapun, siapapun yang melihatnya akan berpikiran "Oh Kompasiana, blogging ya".

Skema sederhana saya seputar branding untuk humas/PR. (@rizkysanagih)
Skema sederhana saya seputar branding untuk humas/PR. (@rizkysanagih)
Akhirnya saya pun membuat skema singkat dan sederhana tentang humas/PR dalam branding in digital era. Awareness, Top of Mind, Action dan Trust menjadi parameter keberhasilan humas/PR dalam melalukan strategi ini. Jangan sampai lupa juga, humas/PR dituntut tidak hanya bisa mem-branding perusahaannya secara baik dan efektif, akan tetapi pribadi humas/PR itu sendiri (personal branding)

Sedikit tentang Personal Branding

Satu pertanyaan singkat kepada senior saya yakni Bang Edhy Aruman;

"Bang, dalam hal branding, ketika seseorang menjadi praktisi PR dalam suatu organisasi/instansi apakah posisi ia dalam bermedia sosial (pribadi) akan mempengaruhi brand organisasi/instansi yang ia naungi?"

dan begini jawabannya:

"Image dan reputasi seseorang maupun perusahaan merupakan hasil dari tindakan, tampilan dan simbol-simbol yang ditampilkan oleh orang atau perusahaan tersebut. Audience menangkap, memperhatikan, merespon secara spontan dalam pikirannya kemudian menginterprestasikan. Seseorang atau perusahaan tidak bisa memastikan interprestasi tersebut. Yang bisa dilakukan hanya mengatur tampilan, tindakan, ujaran dan simbol-simbol lainnya. Persepsi apa yang ada di pikiran orang lain atas tampilan itu sepenuhnya adalah wewenang audience.".

Bersama dengan pemateri, pengurus PM Bandung dan beberapa anggota PM Bandung. Dok. PERHUMAS Muda Bandung
Bersama dengan pemateri, pengurus PM Bandung dan beberapa anggota PM Bandung. Dok. PERHUMAS Muda Bandung
Jadi sederhananya adalah, ketika seseorang menjadi humas/PR pada suatu instansi, organisasi, korporasi, komunitas atau apapun itu maka hendaknya juga memperhatikan personal branding-nya terutama saat ini bagaimana tindak tanduknya di media sosial. Dalam era digital ini sadar atau tidak kita sudah menjadi "Media" dan "Brand" sekaligus. 

Manage your online reputation, that's your digital footprint!

#IndonesiaBicaraBaik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun