Bagaimana Humas Melihatnya?
Berdasarkan data statistik yang saya terima seputar perkembangan digital di Indonesia, sungguh mengejutkan ternyata internet users di negeri khatulistiwa ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
Jika dibandingkan dengan keadaan sekarang, media daring di Indonesia saja sudah menyentuh puluhan ribu, belum lagi berbagai macam media sosial. Humas/PR baik secara perseorangan maupun korporasi dihadapkan pada tantangan yang besar dalam era distrupsi dan derasnya arus informasi.
Branding in Digital Era
PERHUMAS Muda Bandung berkolaborasi dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati berinisiasi untuk menggelar acara bernama #prclub2 yang pada kali ini mengusung tema "Branding in Digital Era". Singkatnya memberikan gambaran secara riil kepada mahasiswa/i tentang kondisi kerja humas/PR di lapangan terutama yang berkaitan dengan tema tersebut.
Banyak hal dalam melakukan riset, salah satu riset sederhana yang dapat PR lakukan ialah melalui hashtag pada media sosial seperti Facebook, Twitter maupun Instagram. Ketik saja semisalnya nama produk atau perusahaan tersebut melalui hashtag dan nanti bisa terlihat positioning produk/perusahaan seperti apa di media sosial.
Hal tersebut bisa menjadi salah satu bahan acuan riset sebelum memutuskan melakukan action strategy branding seperti apa agar efektif dan tepat sasaran.
Lalu, apakah humas/PR harus menyampingkan offline branding? Sekarang kan digital era? Apakah masih efektif memasang spanduk, banner, baliho, billboard, stiker? Jawabannya adalah tentu saja masih dan perlu.
Jangan lupa, humas/PR juga harus berpikiran taktis, tidak berhenti sampai dimana brand/korporasi Anda bisa terlihat secara offline oleh masyarakat, akan tetapi bila unsur kreatifitas, value, uniqueness dalam branding tersebut maka masyarakat yang juga berselancar di dunia maya pun bisa mengabadikan hal tersebut dan mengunggahnya di dunia maya. Offline dapet, onlinenya juga dapet bukan?
Akan tetapi, beberapa hari kemudian ketika saya melewati jalanan Jakarta lainnya saya menemukannya lagi. Benar saja saya cari melalui hashtag di media sosial sudah ramai membicarakan billboard iklan Lazada yang terbalik. Bahkan tidak sedikit media daring merilis artikel untuk membahasnya.
Pastinya langkah strategis dengan menggandeng media partner, social media promotion sampai offline branding pun dilakukan. Seperti foto yang terpampang di atas, salah satu pengurus pusat PERHUMAS memanfaatkan keramaian event lari Jakarta Marathon sambil membawa banner acara KNH 2017. Lalu kami unggah melalui media sosial Instagram. Terintegrasi bukan?Â
Branding dalam Logo Perusahaan
Esensi humas/PR dalam perusahaan tidak semata-mata hanya sesederhana "ini lho perusahaan dan produk kami, ini lho event-event kami, ayo semua jangan lupa follow dan mention socmed kami bla bla bla.. "tapi jauh yang tidak tersurat adalah bagaimana masyarakat bisa aware dengan melihat logo dari perusahaan. Bisa dilihat dari banyak perubahaan logo yang dilakukan banyak perusahaan demi bertahan di persaingan era digital ini.
Sedangkan huruf "A" yang berwarna-warni mengisyaratkan Bhineka Tunggal Ika, televisi untuk seluruh penduduk Indonesia dengan beragam suku, budaya, bahasa dan agama.
Cukup lama semenjak TRANS TV mengudara sampai mereka merubah logonya dengan perubahan yang ekstrim seperti itu. Humas/PR tentunya memliki harapan corporate awareness asyarakat akan semakin tinggi dengan branding logo barunya tersebut.
Hal tersebut tidak semata-mata perkiraan atau pertanyaan kepada satu sampai dua orang saja, Kompasiana tentunya melakukan riset terlebih dahulu dengan sangat mendalam dan serius. Sampel riset berdasarkan demografi, usia, gender, asal daerah, tingkat pengeluaran bulanan dan sebagainya.Â
Akhirnya perubahan logo pun dilakukan serta merta dengan mengusung tagline baru dari "Sharing, Connecting" menjadi "Beyond Blogging". Merupakan strategi agar netizen dan masyarakat bisa benar-benar aware ketika melihat atau mendengar Kompasiana yang menjadi top of mind mereka adalah "Blog".Â
Tagline pun diposisikan menempel bersama dengan logo menjadi satu kesatuan, agar apa? Agar setiap kali Kompasiana melakukan branding atau menaruh logo pada medium apapun, siapapun yang melihatnya akan berpikiran "Oh Kompasiana, blogging ya".
Sedikit tentang Personal Branding
Satu pertanyaan singkat kepada senior saya yakni Bang Edhy Aruman;
"Bang, dalam hal branding, ketika seseorang menjadi praktisi PR dalam suatu organisasi/instansi apakah posisi ia dalam bermedia sosial (pribadi) akan mempengaruhi brand organisasi/instansi yang ia naungi?"
dan begini jawabannya:
"Image dan reputasi seseorang maupun perusahaan merupakan hasil dari tindakan, tampilan dan simbol-simbol yang ditampilkan oleh orang atau perusahaan tersebut. Audience menangkap, memperhatikan, merespon secara spontan dalam pikirannya kemudian menginterprestasikan. Seseorang atau perusahaan tidak bisa memastikan interprestasi tersebut. Yang bisa dilakukan hanya mengatur tampilan, tindakan, ujaran dan simbol-simbol lainnya. Persepsi apa yang ada di pikiran orang lain atas tampilan itu sepenuhnya adalah wewenang audience.".
Manage your online reputation, that's your digital footprint!
#IndonesiaBicaraBaik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H