Mohon tunggu...
R.Budi Ariyanto Surantono
R.Budi Ariyanto Surantono Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media Online & Digital Indonesia, Pemerhari Sosial, Kemasyarakatan, Seni dan Budaya, Praktisi Perlindungan Hak Konsumen & Pelayanan Publik

R.Budi Ariyanto Surantono, Praktisi Media Digital, Pemerhati Sosial, Kemanusiaan, Kemasyarakatan, Seni dan Budaya. Masyarakat Peduli Penyiaran Publik, Perlindungan Hak Konsumen dan Pelayanan Publik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Anomali Hasil Sementara Pemilu 2024, Sebuah Keniscayaan

16 Februari 2024   11:12 Diperbarui: 16 Februari 2024   11:29 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, karena PDIP adalah pemenang pemili "incumban" yang sudah juara  pemilu berkali-kali dan berturut-turut sehingga caleg-calegnya sudah punya nama dan kiprah nyata di masyarakat. Dan inilah penyebab anomali tersebut.

Rakyat pilih figur caleg-caleg yang sudah punya kiprah nyata di masyarakat yang dalam hal ini caleg-caleg "incumban" PDIP yang jumlahnya terbanyak. Wajar kalau PDIP berpotensi menang lagi kali ini. Karena suara yang didapatkan caleg otomatis masuk ke suara partai.

Sementara untuk pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran wajar jika berpotensi juara dalam pemilu kai ini, karena masyarakat condong menyuksi figur ini. walaupun untuk DPR/DPRF Provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten nys milih partai tertentu, namun untuk Presiden dan Wakil Presidennya condong ke Prabowo Gibran.

Salah satu penyebab pasangan ini adalah karena munculnya empati rskyat setelah pasangan ini banyak dihujat, difitnah dan dizolimi, justru ini jafi lompatan tinggi pasangan ini.

Kondisi menangnya empati rakyat diatas kekuatan partai politik inipun pernah terjadi di era Presiden Megaeati Soekarno Putri dan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dimana keduanya juga pernah terbantu dengan terdongkraknya elektabilitas karena empati rakyat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun