Ya, karena PDIP adalah pemenang pemili "incumban" yang sudah juara  pemilu berkali-kali dan berturut-turut sehingga caleg-calegnya sudah punya nama dan kiprah nyata di masyarakat. Dan inilah penyebab anomali tersebut.
Rakyat pilih figur caleg-caleg yang sudah punya kiprah nyata di masyarakat yang dalam hal ini caleg-caleg "incumban" PDIP yang jumlahnya terbanyak. Wajar kalau PDIP berpotensi menang lagi kali ini. Karena suara yang didapatkan caleg otomatis masuk ke suara partai.
Sementara untuk pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran wajar jika berpotensi juara dalam pemilu kai ini, karena masyarakat condong menyuksi figur ini. walaupun untuk DPR/DPRF Provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten nys milih partai tertentu, namun untuk Presiden dan Wakil Presidennya condong ke Prabowo Gibran.
Salah satu penyebab pasangan ini adalah karena munculnya empati rskyat setelah pasangan ini banyak dihujat, difitnah dan dizolimi, justru ini jafi lompatan tinggi pasangan ini.
Kondisi menangnya empati rakyat diatas kekuatan partai politik inipun pernah terjadi di era Presiden Megaeati Soekarno Putri dan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dimana keduanya juga pernah terbantu dengan terdongkraknya elektabilitas karena empati rakyat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H