Mohon tunggu...
Farras MD
Farras MD Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Ibnu Khaldun Bogor

listening music

Selanjutnya

Tutup

Film

Menggali Pesan Moral dalam "Twinklin Watermelon" Peran Komunikasi Massa dalam Membangun Empati dan Kesadaran Sosial

18 Januari 2025   07:43 Diperbarui: 18 Januari 2025   08:04 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan : 

Di tengah perkembangan pesat media digital dan komunikasi massa, drama Korea "Twinkling Watermelon" muncul sebagai salah satu karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang mendalam. Dalam konteks sosial yang semakin kompleks, di mana isu-isu seperti inklusi, toleransi, dan empati menjadi semakin relevan, drama ini berhasil menarik perhatian penonton dengan narasi yang kuat dan karakter yang relevan. Twinkling Watermelon tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk membangun kesadaran sosial dan mendorong dialog yang konstruktif di kalangan masyarakat. Pesan moral yang terkandung dalam "Twinkling Watermelon" sangat penting untuk dipahami, terutama dalam konteks komunikasi massa. Melalui menampilkan pengalaman hidup karakter-karakter yang beragam, drama ini mengajak penonton untuk menampilkan tantangan yang dihadapi oleh individu dengan latar belakang yang berbeda. Dengan cara ini, "Twinkling Watermelon" berfungsi sebagai jembatan empati, memungkinkan penonton untuk melihat dunia dari perspektif orang lain dan memahami kompleksitas kehidupan yang sering kali terabaikan.

Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang pesan moral yang disampaikan dalam "Twinkling Watermelon" dan bagaimana komunikasi massa berperan dalam membangun empati dan kesadaran sosial. Dengan menganalisis elemen-elemen naratif, karakter, dan konteks sosial yang dihadirkan dalam drama ini, diharapkan dapat memberikan wawasan tentang dampak media dalam membentuk sikap dan perilaku masyarakat. Melalui pendekatan ini, kita dapat lebih memahami bagaimana cerita yang disampaikan melalui media dapat menjadi alat yang kuat untuk perubahan sosial dan peningkatan kesadaran di kalangan audiens.

hasil tinjauan terhadap drakor "twinkling watermelon" sebagai berikut :

Drama Korea "Twinkling Watermelon" menjadi sorotan bukan hanya karena alur ceritanya yang menarik, tetapi juga karena kemampuannya dalam menyampaikan pesan moral yang mendalam melalui komunikasi massa. Dalam refleksi ini, kita akan membahas secara rinci peran komunikasi massa dalam drama ini, dengan fokus pada beberapa aspek kunci: penyampaian pesan moral, pembangunan kesadaran sosial, dorongan untuk dialog dan diskusi, pengaruh terhadap opini publik, serta penciptaan koneksi emosional.

1.  Penyampaian Pesan Moral

Salah satu peran utama komunikasi massa dalam "Twinkling Watermelon" adalah kemampuan untuk menyampaikan pesan moral yang kuat. Drama ini mengangkat isu-isu sosial yang relevan, seperti inklusi, toleransi, dan empati, melalui karakter-karakter yang beragam dan situasi yang realistis. Misalnya, karakter yang memiliki keterbatasan dalam mendengarkan tantangan sehari-hari yang sering kali diabaikan oleh masyarakat. Dengan menggambarkan pengalaman ini, drama ini tidak hanya mengedukasi penonton tentang realitas yang dihadapi oleh individu dengan latar belakang yang berbeda, tetapi juga mendorong penonton untuk memikirkan nilai-nilai kemanusiaan yang penting. Pesan moral yang disampaikan dalam drama ini berfungsi sebagai panggilan untuk bertindak, mengajak penonton untuk lebih peka terhadap isu-isu sosial dan berkontribusi pada perubahan positif di masyarakat. Dengan cara ini, "Twinkling Watermelon" berfungsi sebagai alat komunikasi yang efektif untuk menyebarkan kesadaran dan pemahaman tentang isu-isu yang sering kali terabaikan.

2.  Membangun Kesadaran Sosial

Komunikasi massa dalam "Twinkling Watermelon" juga berperan penting dalam membangun kesadaran sosial. Drama ini menciptakan ruang bagi penonton untuk memahami tantangan yang dihadapi oleh individu dengan latar belakang yang berbeda. Dengan menampilkan karakter-karakter yang berjuang dengan stigma sosial, diskriminasi, dan kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat, drama ini mengajak penonton untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Melalui penggambaran yang realistis dan emosional, penonton didorong untuk mengembangkan empati dan memahami kompleksitas kehidupan orang lain. Ini sangat penting dalam konteks masyarakat yang sering kali terpecah oleh perbedaan. Dengan membangun kesadaran sosial, "Twinkling Watermelon" berkontribusi pada penciptaan masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.

3.  Mendorong Dialog dan Diskusi

Drama ini juga berfungsi sebagai pemicu dialog dan diskusi di kalangan penonton. Dengan mengangkat isu-isu yang sering kali dianggap tabu atau diabaikan, "Twinkling Watermelon" menciptakan kesempatan bagi penonton untuk berdiskusi tentang tema-tema sosial yang dihadirkan. Diskusi ini dapat terjadi di berbagai platform, termasuk media sosial, di mana penonton dapat berbagi pandangan, pengalaman, dan refleksi mereka terkait isu-isu yang diangkat dalam drama. Melalui dialog ini, penonton tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga aktif berpartisipasi dalam diskusi sosial yang lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi massa tidak hanya berfungsi sebagai saluran informasi, tetapi juga sebagai alat untuk membangun komunitas dan memperkuat hubungan sosial di antara individu yang memiliki pandangan dan pengalaman yang berbeda.

4.  Pengaruh terhadap Opini Publik

Sebagai bagian dari komunikasi massa, "Twinkling Watermelon" memiliki potensi untuk mempengaruhi opini masyarakat. Dengan menyajikan narasi yang kuat dan karakter yang kompleks, drama ini dapat membentuk cara pandang penonton terhadap isu-isu sosial. Misalnya, dengan menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh individu tuli, drama ini dapat mengubah persepsi masyarakat tentang kemampuan dan potensi individu dengan keterbatasan. Pengaruhnya tidak hanya terbatas pada penonton individu, tetapi juga dapat meluas ke masyarakat secara keseluruhan. Ketika penonton mulai memahami dan menerima pesan-pesan yang disampaikan, mereka dapat menjadi agen perubahan yang mendorong kesadaran dan tindakan di komunitas mereka. Hal ini menunjukkan bahwa media memiliki kekuatan untuk membentuk persepsi dan sikap masyarakat, serta mendorong perubahan sosial yang positif.

5.  Menciptakan Koneksi Emosional

Komunikasi massa dalam "Twinkling Watermelon" juga menciptakan koneksi emosional yang kuat antara penonton dan karakter. Melalui gambaran pengalaman yang mendalam dan realistis, penonton dapat merasakan emosi yang dialami oleh karakter-karakter tersebut. Koneksi emosional ini penting untuk membangun empati dan meningkatkan kesadaran sosial, sehingga penonton lebih terbuka terhadap pengalaman orang lain. Ketika penonton terhubung secara emosional dengan karakter, mereka lebih cenderung memikirkan dan mempertimbangkan pesan-pesan moral yang disampaikan. Ini menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan berarti, di mana penonton tidak hanya menonton drama, tetapi juga terlibat dalam proses refleksi dan pembelajaran.

Hasil tinjauan berdasarkan proses perkembangan komunikasi :

1.  Penyampaian Pesan

Penyampaian pesan dalam "Twinkling Watermelon" dilakukan melalui narasi yang kuat dan karakter yang kompleks. Drama ini mengangkat isu-isu sosial yang relevan, seperti inklusi, toleransi, dan empati, dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.

Narasi dan Karakter : Penulis dan produser drama menyusun cerita yang menggugah, di mana karakter-karakter yang beragam menghadapi tantangan yang mencerminkan realitas sosial. Misalnya, karakter yang memiliki keterbatasan dalam mendengar gambaran tentang stigma dan kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Penyampaian pesan ini tidak hanya bergantung pada dialog, tetapi juga pada unsur visual dan emosional yang kuat, seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh.

Media dan Saluran : Drama ini disiarkan melalui televisi dan platform digital, menjangkau audiens yang luas. Dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi, "Twinkling Watermelon" dapat menyampaikan pesan-pesan moral kepada penonton dari berbagai latar belakang. Penyampaian pesan yang efektif ini membantu menciptakan kesadaran akan isu-isu sosial yang diangkat.

2.  Menerima Pesan

Setelah pesan disampaikan, tahap berikutnya adalah penerimaan pesan oleh penonton. Penerimaan pesan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk latar belakang, pengalaman, dan perspektif individu penonton.

Interpretasi Individu : Setiap penonton mungkin memiliki cara yang berbeda dalam memahami dan menginterpretasikan pesan yang disampaikan. Misalnya, penonton yang memiliki pengalaman langsung dengan isu-isu yang diangkat mungkin lebih mudah terhubung dengan karakter dan situasi yang ditampilkan. Sebaliknya, penonton yang tidak memiliki pengalaman tersebut mungkin memerlukan waktu untuk memikirkan dan memahami pesan yang disampaikan.

Konteks Sosial dan Budaya : Penerimaan pesan juga dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya penonton. Drama ini berhasil menjangkau audiens yang luas, termasuk mereka yang mungkin tidak memiliki pengalaman langsung dengan isu-isu yang diangkat, sehingga menciptakan ruang bagi penonton untuk membuka pikiran dan hati mereka terhadap pengalaman orang lain.

3.  Umpan Balik

Umpan balik adalah tahap penting dalam proses perkembangan komunikasi, di mana penonton memberikan respon terhadap pesan yang diterima. Dalam "Twinkling Watermelon", umpan balik dapat terjadi melalui berbagai saluran.

Diskusi dan Interaksi : Penonton dapat berbagi pandangan, pengalaman, dan refleksi mereka terkait isu-isu yang diangkat dalam drama melalui media sosial, forum online, dan diskusi di komunitas. Umpan balik ini sangat berharga karena dapat mempengaruhi cara penulis dan produser dalam menciptakan konten di masa depan.

Resonansi Emosional : Ketika penonton terhubung secara emosional dengan karakter dan cerita, mereka lebih cenderung memberikan umpan balik yang positif. Umpan balik ini dapat berupa dukungan terhadap pesan moral yang disampaikan, serta dorongan untuk lebih memahami dan mendukung isu-isu sosial yang diangkat.

4.  Dampak Jangka Panjang

Dampak jangka panjang dari proses perkembangan komunikasi dalam "Twinkling Watermelon" dapat dilihat dalam perubahan sikap dan perilaku penonton.

Perubahan Sikap : Dengan menyampaikan moral pesan yang kuat dan membangun kesadaran sosial, drama ini memiliki potensi untuk mempengaruhi cara pandang penonton terhadap isu-isu sosial. Penonton yang terhubung secara emosional dengan karakter dan cerita mungkin lebih cenderung untuk mengambil tindakan positif dalam kehidupan sehari-hari, seperti meningkatkan empati dan dukungan terhadap individu dengan latar belakang yang berbeda.

Pengaruh terhadap Masyarakat : Dampak ini tidak hanya terbatas pada penonton individu, tetapi juga dapat meluas ke masyarakat secara keseluruhan. Ketika semakin banyak orang yang terlibat dalam diskusi dan refleksi tentang isu-isu sosial, hal ini dapat mendorong perubahan sosial yang lebih luas dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan empatik.gan komunikasi.

Model komunikasi Lasswell, yang dikembangkan oleh Harold D. Lasswell pada tahun 1948, adalah salah satu model komunikasi yang paling terkenal dan sering digunakan untuk menganalisis proses komunikasi. Model ini sering diringkas dalam pertanyaan: "Siapa yang mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dan dengan efek apa?" Dalam konteks drama Korea "Twinkling Watermelon," kita dapat menganalisis elemen-elemen ini untuk memahami bagaimana komunikasi berlangsung dan dampaknya terhadap penonton.

1.  Siapa (Who): Pengirim Pesan

Dalam "Twinkling Watermelon," pengirim pesan terdiri dari beberapa elemen:

Penulis dan Sutradara: Mereka bertanggung jawab untuk menciptakan narasi dan karakter yang menyampaikan pesan-pesan sosial. Penulis menggunakan pengalaman dan pengetahuan mereka untuk menggambarkan isu-isu seperti inklusi, empati, dan tantangan yang dihadapi oleh individu dengan keterbatasan. Keahlian mereka dalam menulis dialog dan membangun karakter yang relatable sangat penting untuk menyampaikan pesan dengan efektif.

Aktor: Para aktor berperan sebagai pengirim pesan melalui peran yang mereka mainkan. Mereka menghidupkan karakter dan situasi, memberikan nuansa emosional yang mendalam yang dapat mempengaruhi cara penonton menerima pesan. Misalnya, seorang aktor yang memerankan karakter dengan keterbatasan fisik dapat memberikan gambaran yang kuat tentang tantangan yang dihadapi, sehingga meningkatkan empati penonton.

2.  Mengatakan Apa (Says What): Isi Pesan

Pesan yang disampaikan dalam "Twinkling Watermelon" mencakup tema-tema sosial yang penting:

Inklusi dan Toleransi: Drama ini mengangkat isu-isu tentang bagaimana individu dengan keterbatasan sering kali terpinggirkan dalam masyarakat. Melalui cerita dan karakter, penonton diajak untuk memahami pentingnya inklusi dan penerimaan terhadap perbedaan.

Empati: Pesan moral yang kuat dalam drama ini adalah pentingnya empati. Karakter-karakter yang berjuang dengan stigma sosial dan tantangan sehari-hari memberikan contoh nyata tentang bagaimana empati dapat mengubah hidup seseorang. Dialog dan interaksi antar karakter sering kali menyoroti momen-momen di mana empati ditunjukkan, baik dalam bentuk dukungan maupun pengertian.

3.  Melalui Saluran Apa (In Which Channel): Saluran Komunikasi

"Twinkling Watermelon" disiarkan melalui berbagai saluran komunikasi:

Televisi: Drama ini ditayangkan di saluran televisi, yang memungkinkan jangkauan yang luas kepada penonton. Saluran ini penting karena dapat menjangkau berbagai demografi, termasuk mereka yang mungkin tidak aktif di platform digital.

Platform Streaming: Selain televisi, drama ini juga tersedia di platform streaming, yang memberikan fleksibilitas bagi penonton untuk menonton kapan saja. Ini meningkatkan aksesibilitas dan memungkinkan penonton untuk terlibat dengan konten lebih dalam, termasuk diskusi di media sosial.

Media Sosial: Diskusi dan interaksi di media sosial juga berfungsi sebagai saluran komunikasi tambahan. Penonton dapat berbagi pandangan, pengalaman, dan refleksi mereka tentang isu-isu yang diangkat dalam drama, menciptakan dialog yang lebih luas di luar tayangan itu sendiri.

4.  Kepada Siapa (To Whom): Penerima Pesan

Penerima pesan dalam "Twinkling Watermelon" adalah penonton yang beragam:

Demografi Penonton: Drama ini menjangkau berbagai kelompok usia dan latar belakang, termasuk remaja, dewasa, dan orang tua. Setiap kelompok mungkin memiliki cara yang berbeda dalam memahami dan merespons pesan yang disampaikan, tergantung pada pengalaman hidup dan konteks sosial mereka.

Penonton dengan Pengalaman Pribadi: Penonton yang memiliki pengalaman langsung dengan isu-isu yang diangkat, seperti individu dengan keterbatasan atau anggota keluarga mereka, mungkin lebih terhubung secara emosional dengan karakter dan cerita. Ini dapat meningkatkan dampak pesan yang disampaikan.

5. Dengan Efek Apa (With What Effect): Dampak Pesan

Dampak dari pesan yang disampaikan dalam "Twinkling Watermelon" dapat dilihat dalam beberapa aspek:

Kesadaran Sosial: Drama ini berpotensi meningkatkan kesadaran sosial di kalangan penonton tentang isu-isu yang dihadapi oleh individu dengan keterbatasan. Dengan menggambarkan tantangan yang mereka hadapi, penonton mungkin lebih peka terhadap stigma dan diskriminasi yang ada di masyarakat.

Perubahan Sikap: Melalui penggambaran karakter yang kuat dan momen-momen emosional, drama ini dapat mempengaruhi sikap penonton terhadap individu dengan keterbatasan. Penonton mungkin lebih cenderung untuk menunjukkan empati dan dukungan setelah melihat representasi yang kuat dalam drama.

Dialog dan Diskusi: Efek lain dari drama ini adalah mendorong dialog dan diskusi di kalangan penonton. Dengan mengangkat isu-isu yang relevan, penonton dapat terlibat dalam percakapan tentang inklusi, toleransi, dan empati, baik di media sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan :

Drama Korea "Twinkling Watermelon" berhasil menyampaikan pesan moral yang mendalam melalui penggunaan komunikasi massa yang efektif, berfokus pada pentingnya empati dan kesadaran sosial. Salah satu inti dari drama ini adalah penekanan pada empati terhadap individu dengan latar belakang yang berbeda, terutama mereka yang memiliki keterbatasan. Melalui karakter-karakter yang relatable dan situasi yang realistis, drama ini menunjukkan bagaimana pemahaman dan dukungan dapat mengubah hidup seseorang, mendorong penonton untuk lebih peka terhadap pengalaman orang lain. Selain itu, "Twinkling Watermelon" membangun kesadaran sosial dengan mengangkat isu-isu seperti stigma dan diskriminasi yang dihadapi oleh individu dengan keterbatasan. Dengan cara ini, drama ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengedukasi penonton, menciptakan ruang untuk refleksi dan diskusi tentang isu-isu sosial yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Peran media dalam drama ini sebagai alat untuk mendorong perubahan sosial sangat signifikan. Dengan menyampaikan pesan-pesan moral yang kuat, "Twinkling Watermelon" berfungsi sebagai jembatan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong penonton untuk terlibat dalam dialog yang konstruktif. Interaksi antara penonton dan konten drama juga menjadi aspek penting, di mana umpan balik dari penonton melalui media sosial dan diskusi komunitas memperkaya pengalaman mereka dan memungkinkan mereka untuk berbagi pandangan serta pengalaman pribadi. Dampak jangka panjang dari pesan moral yang disampaikan dalam drama ini berpotensi mengubah sikap dan perilaku penonton. Dengan meningkatkan empati dan kesadaran sosial, penonton mungkin lebih cenderung untuk mengambil tindakan positif dalam kehidupan sehari-hari, seperti mendukung individu dengan keterbatasan dan berkontribusi pada masyarakat yang lebih inklusif. Secara keseluruhan, "Twinkling Watermelon" berfungsi sebagai contoh yang kuat tentang bagaimana komunikasi massa dapat digunakan untuk membangun empati dan kesadaran sosial. Dengan menyampaikan pesan-pesan yang relevan dan menggugah, drama ini tidak hanya menghibur, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih empatik dan inklusif, mengajak penonton untuk merenungkan peran mereka dalam menciptakan perubahan sosial yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun