Mohon tunggu...
Muhammad Panji Romdoni
Muhammad Panji Romdoni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Learner a new thing.. Student of Quranic Science UIN SGD Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilukada 2015: Dibawah Bayang-bayang Pragmatisme

7 Desember 2015   21:11 Diperbarui: 7 Desember 2015   21:22 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hal-hal seperti ini merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Jika seorang calon telah memberi uang dan rakyat menerima dengan sukarela, maka ini merupakan bentuk keridhoan rakyat jika suatu saat pemimpin tersebut berlaku korup. Wajar saja jika mereka korup, terpilihnya juga dengan cara suap.

Money politic dalam masyarakat dan bahkan di kalangan ulama sudah berubah dengan berbagai istilah. Terkadang, istilah-istilah ini merupakan pembenaran akan penerimaan uang itu. Anjing tetaplah anjing walaupun dikalungi emas. Begitulah kira-kira pepatah. Jika diresapi, pemberian uang macam apapun pada masa pemilu, yang datang dari calon kepala daerah itu merupakan hal yang buruk dan tidak boleh diterima.

Terkadang, rakyat karena desakan ekonomi dan kesadaran politik yang kurang, menerima saja uang yang diberikan itu. Di sinilah seharusnya para alim ulama dan akademisi bersikap netral dan membimbing umat untuk bersikap seperti seharusnya. Jangan sampai, yang dinamai kyai atau dosen yang justru pertama kali menerima uang-uang seperti itu.

Jangan sampai kita terbelenggu oleh kenikmatan sesaat. Kita menerima uang, katakan saja misalkan 50.000. Kita hanya berfikir instan, tak melihat efek yang akan ditimbulkan dari perilaku kita. Kita akan menderita selama lima tahun. Hanya karena menerima 50.000. Bayangkan itu!

Selain money politic tadi, yang menjadi masalah dalam demokrasi kita adalah adanya black campaign, atau kampanye hitam. Kampanye yang biasanya dilakukan dengan menjelek-jelekan pihak lawan dengan cara yang tidak baik. Seperti fitnah, rasisme, dan mempermasalahkan agama seseorang.

Jika kampanye hitam terus dibiarkan, maka semakin lama akan menjadi karakter rakyat. Rakyat akan mudah saling memfitnah. Sehingga akan terjadi konflik di mana-mana. Ini akan menyebabkan kestabilan bangsa runtuh.

Bukti adanya kampanye hitam di negara kita bisa kita saksikan pada pemilu presiden kemarin. Dua calon presiden yang diajukan banyak mendapat celaan dan fitnah-fitnah keji. Pasangan Jokowi-JK difitnah antek-antek asing, keturunan tidak jelas, tidak berpendidikan, dan tidak berpengalaman. Pasangan Prabowo-Hatta difitnah akan membangkitkan kembali orde baru, tak bisa mengurus rumah tangga, satria berkuda, dan tak pantas memimpin Indonesia. Fitnah-fitnah seperti ini, tak layak kita dengar apalagi kita ikut menyebarkannya. Akan hancur bangsa kita jika sikap-sikap seperti ini terus dibiarkan.

Di bawah bayang-bayang pragmatisme

Pragmatisme berbanding terbalik dengan idealisme. Pragmatisme bisa diartikan sebagai pemikiran yang selalu mengutamakan aspek manfaat secara instan, dan tak melihat aspek-aspek lain dari tindakan yang akan dilakukan. Idealis justru sebaliknya yakni, jalan berfikir yang mengutamakan aspek tujuan yang sempurna dalam setiap tindakan. Di zaman sekarang, orang-orang telah banyak terjangkit pemikiran pragmatis ini. Bagaimana tidak, setiap hari kita lihat banyak orang yang selalu mementingkan kepentingan dirinya sendiri atau kepentingan kelompoknya, tanpa melihat kemaslahatan yang didapat oleh umat.

Islam mengajarkan bahwa hidup di dunia itu bukanlah untuk mengutamakan kepentingan pribadi. Segala sesuatu yang dilakukan ada konsekuensinya di akhirat. Islam selalu mengajarkan bahwa kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi. Dalam Islam dikenal adanya dua fardhu:; fardhu ain dan fardhu kifayah. Bobot antara kedua fardhu ini sangatlah berbeda. Fardhu ain itu kewajiban untuk diri sendiri. Sedangkan fardhu kifayah adalah kewajiban untuk umum. Kewajiban umum harus diutamakan, mengingat jika fardhu kifayah atau kewajiban umum ini tidak dilaksanakan, maka semua orang akan ikut berdosa. Berbeda dengan fardhu ain, ini hanya kewajiban personal saja, jika tidak dikerjakan yang akan terkena dosa hanya orang yang bersangkutan.

Islam mengajarkan kehidupan idealis. Kehidupan yang damai aman dan sentosa. Dimulai dari sikap bertetangga sampai pada sikap bernegara. Dalam hal bertetangga, Islam mengajarkan untuk berbuat baik, siapapun tetangganya, apapun agamanya. Bahkan, kesempurnaan iman seorang muslim tak akan terwujud jika tetangganya tidak dihormati hak-haknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun