Mohon tunggu...
Abdul Razaq
Abdul Razaq Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aktivis Sosial dan Keagamaan

Memanfaatkan Hidup untuk Hidup Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Mana Saja, Jadilah Orang yang Istimewa, tetapi Jangan Minta Diistimewakan

30 April 2024   08:00 Diperbarui: 30 April 2024   08:09 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kombinasi Koleksi Gambar Pribadi dan gambar dari AI

Setiap individu memiliki potensi dan keunikannya masing-masing. Keistimewaan ini dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti bakat, talenta, kemampuan, atau bahkan kontribusi yang diberikan kepada orang lain. Menjadi istimewa berarti memiliki sesuatu yang berbeda dan mampu memberikan nilai tambah bagi lingkungan sekitar.

Namun, menjadi istimewa bukan berarti lebih baik dari orang lain. Keistimewaan yang dimiliki tidak boleh dijadikan alasan untuk menuntut perlakuan khusus atau bahkan merendahkan orang lain. Justru, keistimewaan harus diiringi dengan rasa rendah hati dan sikap saling menghormati.

Dalil Al-Qur'an dan hadits Rasulullah SAW banyak mengajarkan tentang pentingnya kerendahan hati dan kesetaraan di antara manusia. Misalnya dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan diri terhadap orang lain, dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong."

Rasulullah SAW pun pernah bersabda:

Rasulullah SAW bersabda: "Laa fadhla li-arabiyyin ala ajamiyyin wa laa li-ajamiyyin ala arabiyyin wa laa li-ahmara ala aswada wa laa aswada ala ahmara illa bi-ttaqwa,". Yang artinya: "Tak ada kelebihan orang Arab dari yang bukan Arab (ajam), yang bukan Arab dari orang Arab, yang berkulit merah dari yang berkulit hitam, dan yang berkulit hitam dari yang berkulit merah, selain dari ketakwaannya,".

Keistimewaan yang dimiliki seseorang tidak boleh menjadikannya sombong dan merendahkan orang lain. Justru, keistimewaan tersebut harus diiringi dengan rasa syukur dan tanggung jawab untuk memberikan manfaat bagi orang lain, karena "Orang yang terbaik adalah orang yang memberikan manfaat kepada orang lain".

Keistimewaan manusia adalah kesempurnaan hati dan jiwa, yang terpancar dari akhlak mulia dan perbuatan yang terpuji. Orang yang istimewa adalah mereka yang selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menjalani hidupnya dengan berakhlak mulia dan beramal sholeh. Menjadi istimewa adalah sebuah perjalanan yang tidak mudah, diperlukan tekad dan keteguhan hati serta proses pengenalan diri yang mendalam dan pengabdian kepada Allah SWT., tanpa terjerat dalam keinginan akan pengakuan atau pujian dari dunia luar. Namun, bagi mereka yang berhasil mencapainya, mereka akan merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang hakiki.

Menjadi istimewa di mana saja berarti mampu memberikan kontribusi positif di setiap lingkungan dimanapun berada. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain bekerja keras dan cerdas, menunjukkan sikap yang baik, selalu berusaha untuk membantu orang lain, mampu menjalani kehidupan dengan penuh kesabaran, kejujuran dan kasih sayang dan perbuatan baik lainnya. Namun, keistimewaan yang dimiliki tersebut, tidak perlu dipamerkan untuk mendapatkan pujian dari orang lain.

Pengasuh Pondok Pesantren Bihaaru bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah (Biba'a Fadlrah), sananrejo, Turen, Malang, Romo KH. Ahmad Mafdholuddin Sholeh Al Mahbub Rahmat 'Alam dalam suatu kesempatan memberikan nasehat "Teng pundi mawon, dadoso tiyang sing istimewa, tapi pun nyuwun diistimewaaken" (Dimana saja jadilah orang yang istimewa, tetapi jangan minta diistimewakan). Dengan niat dan ikhtiar menjadi yang terbaik untuk memberikan manfaat kepada makhluk Allah yang lain, dengan dasar iman dan cinta kepada Allah SWT., maka insyaAllah akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi yang pelakunya dan akan berdampak positif bagi lingkungannya.

Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah belajar dari keistimewaan orang lain. Kita dapat melihat bagaimana mereka mengembangkan potensi dan mencapai kesuksesan serta memberikan manfaat bagi orang lain. Dengan demikian akan menjadi inspirasi bagi kita, untuk terus berkembang dan mencapai potensi penuh dalam diri kita sendiri. Melihat kesuksesan orang lain, akan menjadi spirit bagi kita untuk terus menggali dan mengembangkan potensi diri untuk kemanfaatan bagi pihak lain. Namun, melihat orang yang berada di bawah kita, baik secara materi maupun potensi dan kesuksesan, maka kita akan bersyukur kepada Allah SWT, atas keistimewaan yang kita miliki.

Beberapa alasan mengapa mempraktikkan "Dimana Saja, Jadilah Orang yang Istimewa, Tetapi Jangan Minta Diistimewakan", ini bisa memberikan dampak positif dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :

  • Memperkuat rasa percaya diri, yang didasarkan pada keunggulan internal, bukan pada pengakuan eksternal;
  • Mengajarkan untuk memupuk kemandirian dan tanggung jawab atas diri sendiri;
  • Menghindarkan dari kesombongan dan keserakahan;
  • Mendorong untuk menghargai proses daripada hasil akhir;
  • Membuka pintu bagi kolaborasi dan harmonisasi hubungan sosial;
  • Mengajarkan pentingnya integritas dan kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain;
  • Mengembangkan sikap rendah hati dan empati terhadap orang lain;
  • Membantu mengurangi tekanan dan stres yang berasal dari harapan akan pengakuan eksternal;
  • Membantu menjaga keseimbangan antara kerendahan hati dan ambisi;
  • Memotivasi untuk terus belajar dan berkembang sebagai individu, dan cenderung untuk tetap rendah hati.

Menyadari bahwa di mana saja kita bisa menjadi orang yang istimewa, tetapi tidak perlu minta diistimewakan, akan membawa kita pada kehidupan yang lebih bahagia dan bermakna. Kita akan selalu bersyukur atas apa yang kita miliki dan terus berusaha untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Manusia yang terbaik adalah manusia yang dapat memanfaatkana hidup untuk hidup bermanfaat. (KangRozaq)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun