Kelompok marxis ortodoks macam Kautsky yang menolak revisi pada marxisme, merasa bahwa realitas eksternal yang matang otomatis berarti kesadaran revolusioner yang tumbuh, ketika kaum proletar sudah makin menderita di bawah kapitalisme, maka mereka akan memberontak.Â
Sedangkan bagi sosial-demokrat, seperti Rosa, realitas internal atau kesadaran adalah apa yang butuh ditempa terlebih dahulu. Kematangan situasi eksternal, kenyataan yang kita hadapi, tidak seiring dengan kesadaran revolusioner yang terdapat di dalam pemikiran proletariat.Â
Di Jerman, keduanya terpecah menjadi Partai Sosial-Demokrat Jerman dan Partai Komunis Jerman. Buntut dari perpecahan keduanya ini turut melahirkan apa yang kita kenal sebagai Teori Kritis dari Institut Penelitian Sosial Frankfurt yang berisikan Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Mercuse, dan sejumlah intelektual lain (Saeng, 2012).
 Irelevansi Marx yang nantinya juga menjadi perhatian Mazhab Frankfurt adalah bahwa marxisme dianggap terjebak pada determinisme ekonomi.Â
Yang mana mereduksi segala faktor yang ada hanya menjadi persoalan ekonomi, yang mana membuat para pewaris Marx ini dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membiarkan ide-ide itu tenggelam atau berusaha menyelamatkannya. Determinisme ekonomi yang menjadi persoalan ini juga membuat penghilangannya nanti akan membuat ciri pemikiran Marx hilang.Â
Tetapi, menempatkan ekonomi sebagai pendorong besar akan membuat marxisme terbuka pada determinisme ekonomi (Jones, dkk, 2016). Hingga akhirnya yang kita lihat, salah satu hasilnya adalah Mazhab Frankfurt yang selain dipengaruhi Marx dan Hegel, juga dipengaruhi Sigmund Freud dan lain-lain (Saeng, 2012).
 Tetapi dalam perkembangannya, pada akhirnya sejarah menunjukkan bahwa di antara keempat pendapat yang dianut, dari Lenin, Bernstein, Kautsky, dan Rosa Luxemburg, hanya dua yang benar-benar terjadi. Menurut Magnis-Suseno, yang pertama adalah aliran Bernstein yang bahkan disebut sebagai saka guru "Demokrasi Barat" dan yang kedua adalah komunisme Lenin (Magnis-Suseno, 2017).Â
Selain yang telah dijelaskan tadi, sebenarnya ada banyak pemikir marxis yang mengambil jalan-jalan lain seperti Gramsci, Bertolt Brecht, Louis Althusser, dan lain-lain, tetapi sekiranya keempat perbedaan pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya dapat sedikit mewakili dinamika marxisme pasca-Marx.
Daftar Pustaka
Ansary, T. (2019). The Invention of Yesterday. Diterjemahkan oleh Anshor, Zia. Tangerang: Penerbit BACA.
Gombert, Tobias, dkk. (2016). Buku Bacaan Sosial Demokrasi 1: Landasan Sosial Demokrasi. Diterjemahkan oleh Hadar, I.A, dkk. Bonn: Friedrich-Ebert-Stiftung-Akademie fur Soziale Demokratie.