Mohon tunggu...
Abdul Razak M.H. Pulo
Abdul Razak M.H. Pulo Mohon Tunggu... -

Seorang dokter, kini bertugas di Bener Meriah, Prov. Aceh. Akan menjalani Residen Ilmu Penyakit Dalam di FK Unsri Palembang Juli 2011. Mantan Pengurus Forum Lingkar Pena Aceh, Alumni Sekolah Menulis Do Karim. Anggota Forum Penulis Aceh DIWANA.Cerpen dan Puisi dimuat media lokal dan nasional.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Payung Merah

15 September 2010   14:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:13 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PAYUNG MERAH Payung merah menaungi altarmu, berlatar bunga-bunga. Dua kursi besi mengingatkanku lagi pada kisah celotehan camar, yang dulunya gemar melempar ucap samar-samar. Camarmu itu burung pengintai. Celotehannya detil Gerakanmu yang terlalu vulgar di mata mereka :Kau telah menyuburkan rumput-rumput di bawah payung, sobat. Di bawah payung merah ini, darahmu bercecer di antara letusan bedil dari balik dinding yang penuh lumut itu. Aku tahu kau terluka, bersandar pada kursi ini: hampir mati? Lalu, kau dibalut kelebat hitam yang melepaskan bola-bola api Nyeri sekali. Payung merah akan terus memayungi dua kursi yang mulai lapuk. Kusut rerumput menyemak di bawahnya, menjalari kaki-kaki kursi. Dua kursi itu singgasana yang ditaburi bunga-bunga. Sepuluh tahun silam, sepasang kekasih bertukar daging di bawah payung merah, saat bulan enggan tersenyum pada serigala liar yang lapar daging segar. Payung merah itu kini telah kusam. Terpaan air seni masam yang dipancar kemaluan peradaban, Menghapus segala kenangan yang terlukis Di dinding waktu Di atas dua kursi besi Dan rumput lebih subur di bawah payung merah. Aceh, 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun