Mohon tunggu...
Rayyan Yasser
Rayyan Yasser Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Manusia Biasa-Biasa Saja

Sedikit berbagi tulisan atau cerita yang semoga saja bisa memberikan manfaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sarekat Islam: Organisasi Massa Islam Tertua di Indonesia

26 Oktober 2024   08:05 Diperbarui: 26 Oktober 2024   08:07 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Wikipedia/Sarekat Islam/Oleh Respublika Narodnaya - Karya sendiri, Domain Publik, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=68569972

Sejarah Lahirnya Sarekat Islam

Sejak tahun 1870, Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda membuat beberapa poin peraturan baru, yakni diubahnya sistem penjajahan VOC ke sistem liberal. Dimana modal-modal swasta diberikan izin untuk membuka industri-industri. Pada tahun 1900-1922 pemerintah kolonial Hindia-Belanda menerapkan sistem politik etis yakni politik kesejahteraan. Akan tetapi, kebijakan tersebut tidak membawa pada perubahan dan perbaikan nasib rakyat Indonesia dan justru untuk mementingkan kepentingan mereka di negara koloninya. Tak hanya dalam bidang ekonomi dan politik, mereka juga menetukan kebijakan-kebijakan Indonesia dalam bidang sosial dan budaya. Dalam bidang eknomi mereka membuat sebuah kebijakan dengan diberikan kebijakan kebebasan berdagang bagi orang-orang China. Disamping itu, berkembangnya kontrakolonialisme memasuki fase baru, yaitu adanya perubahan corak gerakan rakyat yang terstruktur dan terorganisir pada abad ke-20 muncul organisasi Islam modernis Indonesia untuk melawan penjajahan secara politik maupun ekonomi. Salah satunya adalah Sarekat Islam (SI)/ Sarekat Dagang Islam (SDI) yang lahir pada tahun 1912 di Solo dipelopori H. Samanhudi bergerak di bidang sosial, ekonomi rakyat, dan pada bidang politik. Sebetulnya terdapat beberapa versi tentang kapan pastinya pendirian Sarekat Dagang Islam, tergantung pada siapa versi pendirinya. Jika berdasarkan pada H. Samanhudi, SDI berdiri pada tahun 1905, tetapi jika berdasarkan pada Tirtoadisurjo, SDI berdiri di tahun 1909. 

Pada tahun 1909, seorang jurnalis bernama Tirtoadisurjo lulusan Opleiding School Voor Indlandsche Ambretanen (OSVIA( mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Selanjutnya, tahun 1910 ia juga mendirikan organisasi semacam itu di Buitenzorg (Bogor) keduanya didirikan untuk membantu pedagang-pedagang Indonesia. Dalam novel Sang Pemula karya Pramoedya Ananta Toer, Tirtoadisurojo pada tahun 1911 mengajak H. Samanhudi seorang pedagang batik dari Surakarta untuk mendirikan Sarekat Dagang Islam sebagai suatu koperasi pedagang batik. Sarekat Islam yang bercorak sosial-ekonomis didorong oleh dasar semangat kebangsaan dan keagamaan merupakan perkembangan lanjutan dari gerakan Sarekat Dagang Islam di kota Solo. Berdirinya organisasi ini dikarenakan adanya persaingan hebat diantara pedagang Jawa dan Tionghoa serta pemerintah kolonial yang menganak tirikan pedagang Jawa.  Tirtoadisurojo terlibat perselisihan dengan Samanhudi, akibatnya H. Samanhudi mencari orang baru yakni H.O. S. Tjokroaminoto untuk menyusun anggaran dasar organisasinya. H. Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam sebagai wadah perkumpulan para pedagang pribumi juga sebagai upaya proteksi ekonomi para pedagang Islam untuk menandingi para pedagang Tionghoa serta monopoli Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

H O. S.  Tjokroaminoto pada tanggal 10 September 1912 di hadapan Notaris B. ter Kuile di Surabaya telah membuat Anggaran Dasar (statute) Sarekat Dagang Islam baru, yakni mengubah nama  Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat `Islam (SI) atas dasar prakarsa H. O. S. Tjokroamnioto, dengan gaya politiknya yang diarahkan pada kolonial Belanda. Anggaran Dasar yang baru itu menggaris bawahi tujuan Sarekat Islam, diantaranya:

  • Memajukan kemauan dagang;
  • Menolong anggota-anggota yang mendapatkan kesusahan, bukan karena kesalahannya sendiri dan tidak dengan sengaja, (untuk memperkuat rasa persatuan);
  • Mengajukan kecerdasan, budi pekerti dan keperluan penghidupan orang Bumiputra, (ini sudah menuju kepada rakyat);
  • Menghilangkan pikiran yang menyalahi Agama Islam dan memajukan perikehidupan menurut jalan Agama itu;

Dibuatnya anggaran dasar yang baru itu tidak menutup kemingkinan untuk mendirikan cabang-cabang baru Sarekat Islam (SI) diberbagai jumlah wilayah dengan anggota sekurang-kurangnya berjumlah 50 orang, dibawah pinpinan Pengurus Besar yaki H. Samanhudi (Ketua) dan H. O. S. Tjokroaminoto (Komisaris)

Perkembangan Sarekat Islam

Tanggal 26 Januari 1912 diadakan Kongres pertama Sarekat Islam dibawah pimpinan H. O. S. Tjoktoaminoto, dihadiri puluhan ribu orang di lokasi terbuka. Dalam kongres tersebut ditetapkan susunan organisasi Sarekat Islam, yakni: 

  • Yang boleh menjadi anggota yaitu sekalian orang Islam, yang terkenal baik adat kelakukannya.;

  • Ditiap-tiap tempat yang dianggap yang dianggap cukup banyaknya anggota. Terdiri dari suatu cabang (afdeeling), beberapa ranting (kring), anak ranting (groep);

  • Di Jawa Barat dan di pulau Sumatra dan pulau kecil-kecil disekitar Sumatra, mendirikan Departemen diberi nama Departemen Sarekat Islam Jawa Barat dan dimpimpin oleh Pengurus Besar/Pusat (Hoofdbestuur);

  • Di Jawa Tengah dan di pulau Borneo Kalimantan mendikan Departemen Sarekat Islam Jawa Tengah;

  • Cabang di Jawa Timur dan di pulau Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa, dan seterusnya ke arah Jawa Timur mendirikan Departemen Sarekat Islam Jawa Timur dipimpin oleh pengurus bear/pusat;

  • Segenap organuisasi Sarekat Islam Hindi-Timur dikemudikan oleh suatu komite bernama "Central Comite Sarekat Islam Hindia Timur", berkedudukan di Surakarta. Yang semula menjadi ketuanya adalah H. Samahundi dan H.O. S. Tjokroaminoto menjadi wakil ketuanya;

  • Selain dari pada itu H. O. S. Tjokroamninoto juga menjadi ketua Pengurus Besar (Voorzitter Hoofdbestuur) Sarekat Islam Jawa Timur."

Pada kongres ini disebutkan bahwa "Perhimpunan Sarekat Islam ialah suatu organisasi yang mempunyai daerah segenap Hindia-Timur (Indonesia)". Dalam kongres ini pula Tjokroaminoto berkata, "Sarekat Islam bukanlah partai politik, bukan pula partai yang menginginkan revolusi seperti yang dipikrkan banyak orang." Selain itu ada juga agenda dari kongres pertama tersebut ialah menghapuskan beberapa stigma negatif dari berbagai oknum yang tidak suka terhadap Sarekat Islam. Organisasi ini dianggap organisasi politik yang akan membangkang negeri. 

Kongres kedua diadakan di Surakarta di Taman Sriwedari 25 Maret 1913. Tujuan diadakannya untuk pemilihan pengurus besar yang akan menjadi Central Comite. Kongres kedua di ketuai oleh H. Samanhudi dan H. O. S. Tjokroaminoto sebagai wakilnya, dihadiri ribuan sampai puluhan ribu orang. Pada kongres ini pula hadirnya Dr. Rinkes sebagai Wakil Urusan Penasehat Pribumi, M. Dahlan, M. Ng. Dwijosewojo, dan Asisten Residen Surakarta. 

Kongres ketiga dilaksanakan pada 18-20 April 1914 di Yogyakarta dihadiri kurang lebih 80 orang dari berbagai utusan setempat. Hasil dari kongres ini adalah terpilihnya H. Samanhudi sebagai Ketua Kehormatan SI, Tjokroaminoto menjadi Ketua, dan Gunawan sebagai Wakil Ketua. 

Kongres tahunan ini diadakan oleh Sarekat Islam pada 26 & 27 Juni 1915 di Surabaya. Pada kongres ini telah timbul ke permukaan sebagian kecenderungan bersifat sentrifugal di dalam tubuh organisasi Sarekat Islam. Sehingga berbagai kecurigaan di sebagian cabang Sarekat Islam terkhusus di Jawa Barat terhadap CSI.

Tanggal 14-27 Juni 1916 diadakan Kongres Nasional pertama di Bandung dimpimpin oleh H.O. S. Tjokroaminoto. Kata nasional dimaksudkan bahwa Sarekat Islam menuju arah persatuan yang teguh dari semua golongan bangsa Indonesia. Diadakannya kongres ini untuk menyusun konsep mengenai parlemen dari tingkat pusat sampai di tingkat daerah. Dari sini nampak jelas bahwa Sarekat Islam mulai memasuki ke ranah politik. Pada kongres berskala nasional ini didukung dari berbagai lapisan masyarakat dan menjadikannya organisasi massa Islam pertama di Indonesia. Kongres Nasional kedua di Jakarta yang diselenggarakan 20-27 Oktober 1917, dengan sangat jelas adanya perubahan kearah tendensi sosilitik yang revolusioner melalui campur tangan Semaoen. Ia diperalat oleh Indische Sociaal Demokratische Vereeniging (ISDV), yakni Asosiasi Sosial Demokrat Hindia-Belanda yang didirikan oleh komunis asal Belanda H. J. F. M. Sneevliet di Semarang pada tahun 1914. Permasalahan pada kongres kedua ini menyinggung mengenai tanah partikelir, perkebunan tebu, Volksraad dan masalah nasib buruh. Dalam kongres ini Semaoen dan pengikutnya mencoba mempengaruhi para peserta kongres mengenai konsepsi tentang masalah perbaikan sosial. Ia menyebarkan ide-ide mengenai Marxisitis yang berhadapan dengan Abdoel Moeis, namun Moeis menolak mentah-mentah. Mereka juga berselisih paham terkait Indie Weerbaar dan Nasionalisme.  Kemudian pada tanggal 29 September - 6 Oktober 1918 diadakan kembali Kongres Nasional ketiga di Surabaya denga inti pembahasannya yaitu agama, nasionalisme dan kapitalisme. Selain itu  ditahun ini juga H. O. S. Tjokroamnoto diangkat menjadi Dewan Rakyat (Volksraad) melalui pemilihan suara anggota SI Jawa dan Madura sebagai perwakilan dari Sarekat Islam yang ditetapkan SK No. 2, tanggal 23 Februari 1918. Tahun berikutnya 1919 diadakan lagikongres keempat di Surabaya oleh Central Sarekat Islam diselenggarakan pada 26 Oktober-2 November 1919. Tupoksi Dalam kongres ini perihal organisasi sentral kaum buruh yang dipengaruhi oleh Sarekat Islam Semarang. Hasil dari kongres ini timbulnya Serikat Sekerja (S. S Pabrik Gula, S.S. Pegadaian, & S.S Kereta Api).

Pengaruh Komunisme dalam Tubuh Sarekat Islam

Masuknya komunis di Indonesia yang dikenalkan oleh H. J. F. M. Sneevliet telah sedikit disinggung pada pembahasan diatas. Ia dan kawannya Adolf Bars mendirikan ISDV untuk menyebarkan paham Marxisme. Awal tahun 1920, ISDV menerima surat dari Haring agar bergabung dengan anggota Komunis Internasional. Semaoen dan 40 0rang lainnya dalam Kongres Istimewa menyatakan secara resmi ISDV tergabung dalam Comintern dan nama ISDV diganti menjadi Perserikatan Komunis Hindia. Akibatnya, terjadi perpecahan dalam tubuh SI. Puncak perpecahan terjadi pada Kongres Luar Biasa Sarekat Islam di Surabaya tanggal 6-10 Oktiber 1921. Semaoen dan H. Agus Salim saling berdebat, mereka saling melontarkan pendapat dan argumen masing-masing. Hingga pada akgirnya Samaoen dan anggota SI yang tergabung di PKI dikeluarkan dari SI. Akibat peristiwa di Kongres Luar Biasa itu Sarekat Islam terpecah menjadi dua aliran yakni; Sarekat Islam Merah yang dipimpin Semaoen berasaskan sosial-komunis yang berpusat di Semarang dan Sarekat Islam Putih dipimpin H. Agus Salim berasaskan kebangsaan dan keagamaan yang berpusat di Yogyakarta.

Sarekat Islam merupakan organisasi Islam Modernis yang terbentuk secara terorganisir untuk melawa penjajah Belanda. Pada mulanya Organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam dari sekumpulan pedagang Batik di Solo yang dipelopori H. Samanhudi. Kemudian setelah dibuatntya Anggaran Dasar namanya diganti menjadi Sarekat Islam. Dalam perkembangannya Sarekat Islam melakukan beberapa kali kongres. Kemudian, Sarekat Islam melebarkan sayapnya ke Kongres bertaraf Nasional. Kongres pertamanya diadakan di Bandung, kongres kedua di Jakarta, Kongres ketiga dan empat diadakan di Surabaya juga. Pamornya Sarekat Islam menjadi sebuah kesempatan Komunis untuk memecah belah organisasi. Akibatnya Sarekat Islam terpecah menjadi dua aliran, yakni Sarekat Islam Merah danSarekat Islam Putih.

Referensi 

Absiroh, Ulil, et al. "Sejarah Pemahaman 350 Tahun Indonesia Dijajah Belanda." Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau  Vol. 4  No. 1 (2017) 1-15.

Ahmad, Tsabit Azinar. "Sarekat Islam dan Gerakan Kiri di Semarang 1917-1920" dalam Jurnal Sejarah dan Budaya Vol. 8 No. 2 (2014) 225-231.

Bambang Suwondo, dkk. (1978). Sejarah Kebangkitan Nasonal Daerah Jawa Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.

Gie, Soe Hok (1999). Di Bawah Lentera Merah. Yogyajarta: Yayasan Bentang Budaya.

Rickfles, M. C. (2007). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Yasmis. "Sarikat Islam dalam Pergerakan Nasional Indonesia (1912-1927)" dalam Jurnal Sejarah Lontar Vol. 6 No. 1 (2017) 21-32.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun