Mohon tunggu...
Rayyan Yasser
Rayyan Yasser Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah - Manusia Biasa-Biasa Saja

Sedikit berbagi tulisan atau cerita yang semoga saja bisa memberikan manfaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Biografi Singkat serta Pemikiran Islam dan Pancasila Mohammad Natsir

12 Oktober 2024   08:01 Diperbarui: 12 Oktober 2024   08:15 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohammad Natsir (KOMPAS/William Ciputra)

Asas Keyakinan Agama Kami (1984)

  • Bahaya Takut (1991)

  • Marilah Shalat (1999)

  • Karya Mohammad Natsir tentang Dakwah

    • Fiqhud Dakwah (1965)
    • Kumpulan Khutbah Dua Hari Raya (1978)
    • Buku PMP dan Mutiara yang Hilang (1982)
    • Kubu Pertahanan Umat Islam dari Abad ke Abad (1982)
    • Pancasila akan Hidup Subur sekali dalam Pengakuan Islam (1978)
    • Mencari Modus Vivivindi antara Umat Beragama di Indonesia (1983)

    Karya Mohammad Natsir tentang Politik

    • Indonesia di Persimpangan Jalan (1984)
    • Tempatkan Kembali Pancasila pada Kedudukannya yang Konstitusional (1985)
    • Demokrasi di Bawah Hukum (1986)
    • Pendidikan, Pengorbanan, Kepemimpinan, Primordialisme, dan Nostalgia (1987)
    • Agama dan Negara dalam Perspektif Islam (2001)

    Karya Lainnya

    • Kapita Selekta I (1954)
    • Kapita Selekta II (1957)

    Tulisan-tulisan Natsir di kumpulkan oleh D.P. Sati Alimin dalam Kapita Selekta sebagai seleksi dari lebih 90 karangannya yang ditulis sejak 1935 sampai 1941. Dalam buku itu, Natsir berbicara tentang kebudayaan pendidikan, agama, ketatanegaraan, kemasyarakatan dan filsafat. Natsir juga menulis di berbagai surat kabar dan majalah Islam yang terbit pada masa itu seperti Pandji Islam, Pedoman Masjarakat, Pemandangan, Al-Manar dan Al-Lisan.

    Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

    Hubungan Natsir dan Pancasila bisa dikatakan memiliki hubungan yang rumit. Hal ini bisa dilihat dari perubahan sikap Natsir terhadap Pancasila yang awalnya tidak menentang Pancasila sebagai dasar negara, namun di Konstituante berubah menjadi orang yang paling menentang Pancasila. Terdapat tiga periode yang menjadi pokok utama dalam pemikiran Natsir termasuk pandangannya mengenai Pancasila. Tiga periode tersebut adalah Periode 1930-1940, Periode Pasca Kemerdekaan dan Periode Konstituante. Periode Pertama yaitu Periode 1930-1940 merupakan Periode polemik pemikiran antara Natsir dan Soekarno yang salah satunya mengenai posisi agama dalam negara. 

    Periode kedua adalah periode pasca kemerdekaan. Dalam periode ini, Natsir menerima pancasila sepanjang inti dan hakekat dari semua sila yang terkandung di dalamnya dipenuhi secara memadai dan dilaksanakan secara tepat, walaupun sebenarnya Natsir cukup kecewa dikarenakan dihapusnya sila pertama di dalam piagam Jakarta. Beliau berpandangan bahwa pancasila tidak bertentangan dengan Islam karena nilai-nilai Islam terdapat didalamnya. Pancasila adalah suatu perumusan dari lima cita kebijakan sebagai hasil permusyawaratan antara pemimpin-pemimpin kita dalam satu taraf perjuangan 9 tahun yang lalu. Beliau, sebagai perumusan, tidak bertentangan dengan Al-Quran kecuali kalau diisi dengan apa-apa yang memang bertentangan dengan Al-Quran itu.

    Islam dan Pancasila dalam pandangan awal Natsir bukanlah suatu yang bertentangan, bahkan Pancasila dan Islam memiliki hubungan yang erat berdasarkan nilai-nilai pancasila yang merupakan bagian kecil dari nilai-nilai Islam. Namun Natsir juga mengatakan bahwa bukan berarti Pancasila itu Islam, namun Pancasila mengandung tujuan Islam. Pancasila akan hidup subur dalam Islam karena sila pertama yang berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa" yang akan menentukan berjalan atau tidaknya sila-sila selanjutnya akan tumbuh dalam Islam. Beliau juga berpendapat bahwasannya semua sila tidak akan ada artinya kalau sila Ketuhanan Yang Maha Esa hanya sekedar buah bibir saja bagi orang yang skeptis terhadap agama, diaman dalam langkah sila pertama tidak berjalan, maka sila-sila selanjutnya tidak akan berjalan karena pada hakikatnya sila pertama adalah urat tunggal bagi sila-sila selanjutnya sehingga Pancasila tersebut menjadi hampa dan tidak terbentuk dan tinggal hanyalah kerangka Pancasila tersebut.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun