Mohon tunggu...
rayyan buftiem
rayyan buftiem Mohon Tunggu... Mahasiswa - Honorable Mention of PSNMHII 36 Diplomatic Course, Received the Outstanding Student Award 2023 of Science and Political Faculty External Campus, LSMUN 2023 Best Position Papers, UNEP Council, FPCI and China Embassy top 20 awardee of best video award, VETAMUN Honorable Mentions UNESCO Council, SNMUN Best Delegates UNHCR Council

Mahasiswa 2021, hobi berdiskusi, olahraga, dan bermain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nuklir di Semenanjung Korea, Akankah Ancaman dapat Pecah bagi Ketegangan Dunia?

14 September 2024   15:34 Diperbarui: 14 September 2024   15:35 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Russia dan China adalah dua variabel penting yang merupakan rival amerika serikat, namun pada masalah ini Russia cenderung akan mengutamakan diplomasi dan mendesak dialog serta penyelesaian damai melalui forum internasional seperti PBB. Sementara Cina akan menekankan pentingnya stabilitas regional dan mengarahkan perhatian pada pembicaraan damai, sambil menekan Korea Utara untuk menahan diri dan berupaya menghindari eskalasi konflik lebih lanjut. Hal ini dapat menjadi argumentasi mengingat peran yang dimainkan Russia dan China pada agenda Six Parties Talk, dimana, Rusia dan Cina dalam Six-Party Talks berusaha untuk mengatasi isu nuklir Korea Utara melalui pendekatan diplomatik, dengan Rusia berfokus pada mediasi dan keseimbangan antara tekanan dan insentif, sementara Cina mengutamakan stabilitas regional dan menawarkan insentif ekonomi serta mediasi untuk mendorong dialog. Hal ini menyebabkan korea utara kehilangan dua kekuatan utamanya dalam berkancah pada politik internasional.

Nuklir di korea utara

Program nuklir Korea Utara umumnya dianggap sebagai alat deterensi (detterence) daripada alat serangan untuk menyerang sebuah negara. Korea Utara, di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, telah menyatakan bahwa senjata nuklirnya berfungsi untuk mencegah intervensi atau serangan dari negara-negara lain, khususnya dari Amerika Serikat dan sekutunya. Dalam konteks ini, keberadaan senjata nuklirnya dirancang untuk memperkuat posisi tawar dan keamanan negara tersebut, dengan harapan bahwa ancaman balasan nuklir yang dirasakan dapat menghalangi potensi agresi terhadapnya. Meskipun ada potensi untuk penggunaan senjata nuklir dalam situasi yang ekstrem, fokus utama dari program nuklir Korea Utara adalah untuk menciptakan efek deterensi yang kuat untuk melindungi regime dan kedaulatan negara mereka dari ancaman eksternal.

  • Apakah benar eskalasi ini akan berlangsung dan bagaimana korea menjadi penentu perdamaian dunia?

Mari melihat mengenai perdamaian dunia terlebih dahulu, tentu dunia saat ini tidak berada pada perdamaian yang mutlak, berbagai peperangan masih terjadi, krisis kemanusiaan yang masih berlangsung, dan hal lainnya menjadi faktor impian perdamaian negara hanyalah hal yang utopis, namun eskalasi dan besarnya ketegangan itu lah yang dapat menjadi penentu sebaik apa perdamaian yang terletak di regional (seperti asia timur) ataupun dunia. isu nuklir ini sejatinya dapat mempengaruhi perdamaian dunia, Situasi ini akan melibatkan perdamaian dunia ketika korea utara benar-benar menggunakan teknologi nuklirnya untuk melakukan serangan. namun analisa peneliti dalam melihat kekuatan serta dukungan internasional, korea utara masih tertinggal daripada korea selatan yang didukung amerika, di lain sisi negara seperti Russia dan China yang merupakan rival Amerika, justru memberikan indikasi bahwa yang dilakukan oleh korea utara adalah salah dan tidak berfokus terhadap kestabilan regional. Maka dari itu sulit untuk korea utara dapat bertindak. Kembali pada perdamaian dunia, bahwa perdamaian nuklir ini akan dibebankan kepada pemangku jabatan di semenanjung korea dan negara yang terlibat, langkah itu yang kemudian menjadi penting dan menarik untuk dikaji.

  • Kesimpulan

Apa yang terjadi pada semenanjung korea dapat berdampak terhadap kestabilan dunia, contoh saja pada ekonomi yang berkaitan pada komoditas gas, atau bahkan krisis kemanusiaan akibat gencatan nuklir yang jika saja benar-benar terjadi. Namun tentu tak semudah itu untuk mengkaji masalah ini. Berbagai faktor pihak ketiga seperti Amerika, Russia, dan China ataupun kebijakan deterensi (detterence) korea utara juga dapat menjadi pertimbangan. Tentu semua hal dapat terjadi, namun, akankah korea utara akan menggancarkan ancaman nuklirnya dengan mengetahui russia dan china lebih memilih korea utara untuk berfokus pada kestabilan regional, meskipun juga mereka memiliki kedekatan khusus. Sehingga menurut penulis, ancaman ini sejatinya bentuk deterensi korea utara dalam menghadapi unjuk gigi amerika serikat di wilayah asia timur, khususnya semenanjung korea.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun