Hallo semuanya
Perkenalkan nama saya Rayosama M. Raheshy seorang pemuda Kerinci,Jambi yang sedang menempuh pendidikan S1 mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas.
Dalam proses berkomunikasi tentunya kita memakai perasaan sebagai tanggapan dalam mendengar dan berbicara,perasaan identik dengan emosional yang mana dalam proses komunikasi ini dapat menggambarkan suasana hati atau yang sedang dirasakan.
Tapi,pernahkah kita merasakan kesulitan dalam menggambarkan perasaan yang sedang dirasakan?tentu pernah bukan! Dalam dunia psikologi ini dikenal dengan istilah "Alexithymia". Berdasarkan sumber kemunculannya ini dibagi menjadi 2,yaitu :
1. Primer,terjadi karena memang sudah masuk dalam kepribadiannya
2. Sekunder,terjadi karena adanya traumatik dan bersifat sementara
Ciri dari Alexithymia :
- berpikir terlalu logis dan tidak berperasaanÂ
- ketidakmampuan mengungkapkan emosi
- minim empatiÂ
- tidak mampu berimajinasi mengenai masa depannyaÂ
- kesulitan menjawab pertanyaan sederhanaÂ
- terkadang mengidap gangguan fisik seperti wajah memerah,sakit kepala,dan perut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi Alexithymia:
1. Attachment style,gaya interaksi individu dengan orang lain yang telah mereka pelajari dari lingkungan semasa kecil,hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana seseorang akan berkomunikasi dan merespon serta menyesuaikan emosinya.
Contohnya : seorang anak yang tumbuh dan dibesarkan dilingkungan keluarga Melayu,dari logat bahasa yang mendayu-dayu dalam berkomunikasi akan terbawa ketika seorang anak ini yang masa besarnya di negeri Minangkabau ,karena lingkungan masa kecilnya dilingkungan keluarga Melayu yang mana notabene ada nada tinggi rendahnya setiap kata yang diucapkan.
Ketika di Minang akan terjadinya culture shock dalam komunikasi karena bahasa Minang cenderung cepat dalam berkomunikasi. Sehingga akan membuat kebingungan dan sulit dalam komunikasi karena bahasa yang jauh berbeda
2. Kecerdasan emosi,Jika seorang mampu mengerti kecenderungan emosi dirinya sendiri maka mereka juga akan memahami bagaimana menjaga hubungan dengan orang lain dengan menyalurkan emosi yang lebih positif.
Tapi,ketika seorang individu terbiasa ketergantungan terhadap keputusan emosi individu lainnya maka kepercayaan diri, prinsip dirinya sendiri juga akan memudar sehingga sulit dalam menyalurkan emosi atau menjadi pribadi yang bersifat people pleaser dan mudah stress sehingga mati rasa
3. Post Traumatic disorder, Alexithymia juga dapat terjadi karena adanya trauma yang terjadi di masa lalu.
Misalnya saja ketika setiap seorang individu mengekspresikan sesuatu atau berpendapat selalu ada celaan, sehingga kepercayaan diri seorang individu terganggu atau rusak, berdampak menjadi individu yang mulanya reaktif menjadi tidak berempati dan tidak mengenal jati diri.
Apa yang harus dilakukan?
1. Self LoveÂ
Sayangi diri simak dan pahami apa yang membuat kamu senang dalam melakukan sesuatu dan kenapa serta apa alasannya,kelebihan diri sendiri juga dapat di evaluasi dari pengakuan pihak lain sehingga secara bertahap kita bisa mengembangkan apa yang kita suka.
2. Percaya diri dan berani dalam berpendapat
Jangan biarkan individu lain memegang kendali atas apa yang kamu rasakan dan rasanya penting untuk dibicarakan.karena mental health it's very important
3. Berbagi cerita dan minta Pendapat sama orang lain
Hal ini dapat mengatasi masalahmu dari masukan mereka dan saringlah apa yang bisa kamu terima untuk bertindak dan kejujuran perasaanmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI