Mohon tunggu...
Raymond J Kusnadi
Raymond J Kusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah sebuah keberanian

http://www.unite-indonesia.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Rasisme di Renang Olimpiade Tokyo

3 Agustus 2021   00:44 Diperbarui: 3 Agustus 2021   00:48 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alice Dearing dilarang menggunakan topi renang dalam Olimpiade 2020 di nomor renang maraton 10.000 meter perempuan.  Penutup rambut (hair cap) yang dipakainya dinyatakan tidak sesuai standar.

Dearing adalah perenang perempuan kulit hitam pertama di Tim Olimpiade Inggris.  Ia memiliki jenis rambut yang sangat tebal.  Topi renang biasa yang selama ini dipakai, tidak bisa menutupi rambutnya karena saking tebalnya. 

Sebagai gantinya, ia menggunakan topi renang lain yang berukuran besar.  Topi yang bernama Soul Cap yang digunakannya adalah topi renang berbahan silikon dengan ukuran ekstra besar. 

Penutup rambut ini dirancang khusus untuk melindungi rambut keriting, gimbal, kepang, dan jenis rambut lainnya yang memiliki ketebalan lebih dibandingkan rambut lurus biasa.

Adalah Federasi Renang Internasional (FINA) yang melarang penggunaan penutup rambut tersebut di Olimpiade Tokyo.  

Induk olahraga renang dunia itu menyatakan bahwa tidak ada perenang sebelumnya yang memakai "topi dengan spesifikasi dan ukuran seperti itu."

Pelarangan ini segera menjadi viral di media sosial dan di kalangan perenang kulit hitam.  Petisi protes langsung mendapat banyak dukungan melalui kanal Change.org yang sudah mencapai 74.800 dari target 75.000 tanda tangan.

Dearing, sebagai duta Soul Cap sekaligus pendiri Asosiasi Perenang Kulit Hitam menyatakan kekecewaannya.  Dan bagi orang kulit hitam, kasus ini tidak sekedar mengenai larangan topi renang tapi mencerminkan bentuk ketidakadilan dari aspek yang lain.

Kurangnya partisipasi perenang kulit hitam

Perenang perempuan dunia bisa dihitung dengan jari.  Sebutlah nama Simone Manuel, perenang perempuan kulit hitam pertama yang berhasil memenangkan emas Olimpiade. Selain Manuel, Tim Renang Amerika hanya memiliki dua perempuan kulit hitam, satu lagi adalah Natalie Hinds.

Dari Zimbabwe, ada Donta Katai yang menjadi perenang kulit hitam pertama yang mewakili negaranya. Pada hampir setiap ajang kompetisi renang tingkat dunia, perenang perempuan kulit hitam sangat jarang.

Kurangnya tingkat partisipasi perempuan kulit hitam dalam kompetisi renang dunia disebabkan oleh rasisme yang telah mengakar sepanjang sejarah masyarakat.

Manuel dan Hinds turut prihatin dengan praktik rasis yang menimpa Dearing. Mereka memakai topi renang dari perusahaan yang berbeda dengan Dearing, Soul Cap. 

Namun mereka menyatakan kekecewaannya atas pelarangan Soul Cap yang adalah perusahaan milik orang kulit hitam yang memproduksi topi renang untuk rambut perenang kulit hitam yang berkarakter tebal.  Bagi Manuel, pelarangan itu bukan langkah yang terbaik dalam memajukan inklusivitas dalam dunia olahraga.

Akar rasisme di kolam renang 

Claire Sisco King, editor Jurnal Studi Perempuan Komunikasi Internasional, mengatakan bahwa dominasi perenang kulit putih adalah contoh utama dari perbedaan rasial dalam olahraga yang dikaitkan dengan sejarah rasisme yang telah melembaga.

Menurut King, rendahnya akses ke kolam renang umum turut menjadi hambatan.  Belum lagi ditambah dengan ketimpangan ekonomi yang membuat olahraga mahal seperti renang tidak dapat diakses.

King berpendapat bahwa pelarangan Soul Cap akan melanggengkan stigma rasis bahwa atlet kulit hitam tidak layak dalam olahraga berenang."

Menurut data USA Swimming Foundation, sebanyak 64% anak-anak kulit hitam tidak tahu cara berenang dibandingkan dengan 40% anak-anak kulit putih Amerika. Selain itu, 79% anak-anak dalam keluarga Amerika yang berpenghasilan kurang dari $ 50.000 setahun tidak tahu cara berenang.

Sementara itu, Centers for Disease Control and Prevention menemukan bahwa antara 1999 dan 2010, tingkat kasus tenggelam fatal yang tidak disengaja untuk perenang kulit hitam secara signifikan lebih tinggi dari pada kulit putih.  Untuk setiap anak kulit putih yang berusia antara 5 dan 18 tahun yang tenggelam, sebanyak 5,5 anak kulit hitam tenggelam.

Danielle Obe, sejawat Dearing yang turut mendirikan Asosiasi Perenang Kulit Hitam menemukan bahwa 95% orang dewasa kulit hitam di London tidak bisa berenang dan 80% anak-anak kulit hitam lulusan sekolah dasar belum bisa berenang.

Respon terakhir FINA

Banyaknya kritik atas pelarangan berbau rasisme ini, membuat FINA berjanji akan mengkaji ulang aturan tentang topi renang yang diperbolehkan dalam olahraga renang.

FINA dalam pembicaraan terakhir dengan Soul Cap akan meninjau kebijakannya pada akhir tahun ini.  Mereka menyatakan pentingnya pemahaman tentang inklusivitas dan keterwakilan. 

Mengenai penggunaan Soul Cap, FINA menambahkan bahwa hal itu adalah bagian dari inisiatif yang lebih luas yang bertujuan untuk memastikan tidak ada hambatan untuk berpartisipasi dalam renang, baik sebagai olahraga maupun aktivitas keseharian masyarakat.

Sementara itu Olimpiade 2020 akan berakhir beberapa hari lagi.  Kita tunggu saja komitmen dari FINA, apakah masih tetap melanggengkan rasisme atau menghapuskannya dari dunia renang.

(Raymond J Kusnadi)

Artikel lain:

Simone Biles Menang Melawan Stigma di Olimpiade Tokyo 2020

Eksploitasi Seks Mengintai Atlet Olimpiade Tokyo

Go Green ala Olimpiade Tokyo: Ranjang Kardus dan Medali Gadget Bekas

Kekerasan Atlet Anak Jepang: Demi Medali Olimpiade

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun