Mohon tunggu...
Raymond J Kusnadi
Raymond J Kusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah sebuah keberanian

http://www.unite-indonesia.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Eksploitasi Seks Mengintai Atlet Olimpiade Tokyo

28 Juli 2021   22:53 Diperbarui: 28 Juli 2021   23:14 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kim Bui atlet senam Jerman (AP Photo/Gregory Bull)

Olimpiade Tokyo dituntut untuk menghapuskan eksploitasi seks terhadap atlet dalam setiap siaran olahraga. 

Dalam wawancara dengan Associated Press, Kepala Eksekutif Penyiaran Olimpiade, Yiannis Exarchos mengatakan bahwa tayangan yang hanya menggambarkan detail tubuh dalam jarak dekat akan dihapuskan.  Tayangan yang mengekspos seks yang telah berlangsung lama, dipastikan tidak akan muncul lagi dalam setiap siaran olimpiade kali ini.

Terkait dengan eksploitasi tubuh atlet, para pesenam dari Kontingen Jerman telah membuat terobosan dengan seragam senam yang tertutup dari atas hingga mata kaki. 

Sebelumnya seragam senam lebih terbuka seperti bikini dalam satu potongan dan hanya menutup tubuh dari bagian leher hingga bagian selangkangan.

Melalui baju senam ini, Tim Jerman telah mengirimkan pesan kepada dunia bahwa mereka menolak eksploitasi seks atas tubuh mereka selama bertanding di Olimpiade Tokyo.

Bentuk penolakan terhadap penggunaan seragam olah raga seperti bikini juga terjadi pada bulan ini di luar ajang olimpiade. 

Dalam ajang Bola Tangan Pantai di Eropa, Tim Perempuan dari Norwegia mempersiapkan untuk menggunakan celana pendek yang ketat ketimbang bikini saat bertanding. 

Namun yang terjadi justru sebaliknya, karena menolak memakai bikini, mereka dilarang melanjutkan pertandingan dan malah didenda karena dianggap melanggar aturan tentang cara berpakaian.

Sayangnya Komite Olimpiade Internasional (IOC) belum memiliki aturan baku mengenai tayangan yang menjurus kepada eksploitasi seks.  Namun setidaknya masih memiliki wewenang untuk memantau siaran yang akan ditayangkan ke milyaran pemirsa di seluruh dunia. 

Komite bekerja keras untuk merespon isu ini dengan melakukan pembaruan terhadap Pedoman Pencitraan.  Pedoman mengatur semua cabang olahraga Olimpiade dan pemegang hak siarnya untuk siaran olahraga yang setara dan adil secara gender.

Untuk menghargai atlet yang bertanding, pedoman tersebut menyarankan agar setiap pengambilan gambar untuk tidak menonjolkan tampilan fisik, pakaian atau bagian tubuh intim. 

Komite menyatakan bahwa tujuan olimpiade adalah untuk mengakhiri siaran olahraga yang eksploitatif secara seksual.  Proses ini terus berjalan selama kurun waktu 15 tahun untuk memperbaiki diri secara terbuka dari setiap kritik yang masuk. 

Naoko Imoto sebagai Penasihat Kesetaraan Gender mengatakan bahwa siaran olahraga menjadi bias dalam hal gender.  Para atlet perempuan dipandang sebagai anak perempuan atau ibu dan tidak dilihat sebagai seorang atlet. 

Karena sudut pandang yang bias itu mengarahkan tayangan olahraga untuk cenderung memfokuskan pada penampilan fisik untuk menggambarkan seorang perempuan yang cantik atau seksi.

Olimpiade Tokyo kali ini dapat menjadi momen penting dalam perubahan menghapus eksploitasi seks pada tayangan olahraga.  Melalui siaran olahraga yang mengedepankan perspektif gender maka atlet perempuan mendapat tempat terhormat dan dihargai sebagai seorang atlet.

(Raymond J Kusnadi)

Artikel lain:

Go Green ala Olimpiade Tokyo: Ranjang Kardus dan Medali Gadget Bekas

Kekerasan Atlet Anak Jepang: Demi Medali Olimpiade

Seks Di Balik Layar Olimpiade Tokyo

Pentingnya Prenuptial Agreement bagi Kaum Perempuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun