Walaupun belum sempurna, tapi setidaknya akses-akses transportasi darat, laut, udara sudah mulai ditata dengan baik. Dari segi sosial-ekonomi, seluruh mata orang Indonesia akan dihantar kepada pulau di timur Indonesia. Di sana orang akan melihat bahwa tanah Papua adalah tanah yang subur. Di sanalah emas, hutan, dan kearifan lokalnya tumbuh subur bak jamur. Bisa di makan tapi juga bisa membawa racun.
Para pendatang yang datang ke Papua pada umumnya hanya ingin menikmati jamur tersebut. Tapi ingat, jamur itu bisa menyehatkan tapi sekaligus bisa membunuh. Hal itu tampak pada salah satu bait lagu dari Doddie Latuharhary “Tanah Papua tanah yang kaya.
Surga kecil jatuh ke bumi. Seluas tanah sebanyak madu. Adalah harta harapan..” Harapan bahwa tanah yang luas ini dapat dinikmati oleh mereka sendiri. Harapan bahwa ‘surga kecil’ ini dapat memberi kedamaian dan kehidupan bagi mereka. Harapan bahwa dengan kekayaan alam yang ada, masyarakat pribumi yaitu orang Papua, tidak lagi ‘ditipu’ atau bahkan ‘dimanipulasi’ dengan janji-janji yang pada akhirnya dapat membunuh jiwa mereka sendiri.
Maka dari itu, kehadiran PON sekiranya dapat menjadi wadah harapan bagi masyarakat Papua. Tapi masyakarat seperti apa? Masyarakat yang kurang diperhatikan oleh pemerintah. Pekan Olahraga Nasional harus menjadi momentun untuk semakin mencerahkan sistem kehidupan di sana.
Misalnya, dalam hal pendidikan bagi anak-anak Papua. PON XX yang akan berlangsung di tanah Papua ini diharapkan akan mampu mengangkat wajah Papua ke kancah nasional maupun internasional. Para atlet boleh bertarung untuk mengangkat nama daerahnya masing-masing, tapi jangan sampai melupakan rumah di mana mereka berpijak agar dapat mencapai kemenangan tersebut.
Papua bukan sebuah tanaman benalu. Tapi Papua adalah pupuk yang mampu memberi hidup bagi seluruh tanaman yang ada. Dia adalah tempat di mana sang mentari pertama kali menampakkan wajahnya. Di sanalah harapan itu bangkit. Karena dalam sejarahnya, tahun ini (2021), Papua akhirnya menjadi tuan rumah untuk pertama kali dalam pelaksanaan PON XX, yang merupakan kegiatan akbar se-Indonesia.
Memang, sempat dipikirkan untuk memilih Makassar, akan tetapi zona waktunya masih tergolong berada pada Waktu Indonesia Tengah (WITA), bukan berada pada Waktu Indonesia Timur (WIT). Dan sebagai wajah orang timur yang lahir dan dibesarkan di timur Indonesia, saya sangat bersyukur karena pada akhirnya wajah harapan itu mulai dihadirkan. Iya, Papua adalah wajah harapan tersebut.
Sudah cukup lama mereka berdiam dan bisu dalam keramaian negara kita. Sudah saatnya mereka berjuang untuk suatu nilai yang lebih luhur yakni persaudaraan. Persaudaraan dalam bangsa dan bahasa Indonesia. Semoga, kegiatan PON XX 2020 di tanah Papua dapat berjalan dengan baik. Ada pandemi, kita tahu itu.
Tapi bukankah dulu bangsa kita juga pernah berada dalam keadaan yang hampir persis yakni ketegangan. Hanya saja, dulu mereka berada dalam keadaan was-was karena masih ada sejumlah penjajah, kalau saat ini kita semua tegang, cemas karena virus ini masih berada di antara kita.
Tidak mengapa, yang terpenting kita mampu untuk menjaga kesehatan dan memperjuangkan apa yang seharusnya torang (kita) perjuangkan sebagai manusia untuk memanusiakan sesama manusia. Semoga tulisan sederhana ini sedikit membangkitkan semangat kecintaan kita pada bangsa ini. Terakhir, semoga kamu sesudah ini semakin tertarik untuk dekat dan mengenal orang-orang Papua. Torang pasti bisa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H