Mohon tunggu...
Raymond Liauw
Raymond Liauw Mohon Tunggu... -

Anak rantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hanya Kamu dan Aku

18 Desember 2014   14:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:04 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kasus ditutup. Susan dan Rosa menjadi ahli waris.

Semenjak Tuan David tidak ada, usaha perkebunan terbengkalai dan pabrikpun mengalami kemunduran. Kedua kakak beradik Susan dan Rosa menjual seluruh asset perusahaan berikut para karyawannya kepada salah seorang pengusaha yang sedang menanjak daun, dengan total keseluruhan mendekati Rp. 800 Milyard.

Karena usianya yang sudah tua dan sering sakit sakitan, Gladys dan Linda mengundurkan diri lalu pulang kembali ke kampung halamannya hingga kemudian mereka meninggal dunia.

Kebiasaan Rosa keluar malam mabuk bersama teman temannya semakin menjadi dan selalu memberikan alasan untuk menghilangkan tekanan hidup.

Berulang kali Susan menegur adiknya mulai dari kata kata halus sampai kata kata kasar tapi Rosa menganggapnya hanya angin lalu. Hingga suatu saat Susan tidak dapat lagi menahan emosinya.

Rosa, aku sangat berharap ayah dan ibu masih ada karena hanya mereka lah yang bisa melarangmu untuk keluar malam” “apakah kamu ingin terus keluar malam seperti perempuan jalang ?” “kini hanya kamu dan aku, jadi kamu harus sadar dan memperbaiki cara hidupmu” bentak Susan kepada Rosa yang siang itu baru bangun tidur.

Susan.......Susan.......Susan..... aku yakin kamu adalah kakak terbaik yang pernah ada di dunia ini. Namun banyak hal yang tidak pernah kamu lihat dengan hati dan pikiranmu, atau mungkin kamu terlalu bodoh untuk mengerti” ujar Rosa yang beranjak bangun dari pembaringan dengan liukan tubuh sexy-nya di balik piyama sutra tipis berwarna jingga muda.

Rosa berjalan gemulai menuju jendela kamar lalu memandangi gunung yang ada di hadapannya. “Aku sangat merindukan Gladys dan Linda. Mereka banyak membantuku saat pengadilan mencecar mereka dengan sejuta pertanyaan. Namun, mereka terlalu lugu untuk mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi pada keluarga kita ini” lanjut Rosa yang kemudian memalingkan wajahnya ke arah Susan.

kamu tidak pernah tau betapa nikmatnya melihat seorang ibu yang kepalanya hancur kena hantaman kapak, atau menatap seorang ayah yang kepalanya terpisah dari badannya dimana darah memuncar membasahi sekujur tubuhnya, apalagi bila mereka adalah orang tua kandung kita”.

Seperti yang baru saja kamu katakan, kini hanya kamu dan aku” sambung Rosa sambil tersenyum iblis kepada Susan yang sejak tadi menyimak ocehannya.

Seketika saja Susan merasakan darahnya mengalir sangat cepat, kepalanya terasa berat dengan mata berkunang kunang setelah mendengar pengakuan langsung dari bibir adik kandungnya yang sangat dicintainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun