Ismoyo, samar maya. Semar diidentifikasikan sebagai Ismoyo, yang berarti sesuatu yang samar, tidak nyata, atau maya. Hal ini menunjukkan bahwa Semar berhubungan dengan alam gaib dan spiritual, melambangkan kekuatan yang tidak terlihat namun nyata dalam kehidupan manusia.
Badranaya Berasal dari kata Badra atau Babadra yang bermakna membangun dari dasar. Nama ini juga terkait dengan peran Semar sebagai utusan dari bumi (orang biasa) yang mampu menantang kekuasaan langit (kahyangan). Semar memiliki keberanian untuk menegur kekuasaan, yang dikenal dengan istilah Semar Gugat Kekuasaan.
Dualitas Manusia dan Dewa. Semar adalah perwujudan dari dualitas antara manusia biasa dan nabi/rasul. Ia dikenal memiliki senjata andalan, yaitu kentut, yang sangat ampuh melawan kekuatan besar, bahkan dewa sekalipun. Filosofi ini menunjukkan bahwa kebenaran yang sederhana dapat mengalahkan kekuatan yang zalim.
Pemandu Ksatria. Semar atau Ismoyo juga diposisikan sebagai pembimbing para ksatria yang adil di Tanah Jawa. Ia merupakan simbol kekuatan moral yang menentang kekuasaan yang lalim, seperti yang terjadi saat kepemimpinan Presiden Soeharto.
Gaya Kepemimpinan SemarÂ
Bijaksana dan Berbasis Rakyat
Kepemimpinan Semar didasarkan pada konsep "Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe", yang berarti bekerja keras tanpa pamrih. Ini menggambarkan bahwa seorang pemimpin harus berfokus pada pengabdian kepada rakyat, bukan pada ambisi pribadi. Dalam kepemimpinan modern, ini dapat diterjemahkan sebagai kepemimpinan yang melayani (servant leadership), di mana seorang pemimpin bertindak sebagai pelayan bagi masyarakat, dengan mengutamakan kesejahteraan publik daripada kepentingan pribadi atau golongan.
Salah satu prinsip dasar yang dipegang oleh Semar adalah Ojo Dumeh atau jangan merasa lebih dari yang lain. Semar selalu mengajarkan pentingnya kerendahan hati dalam kepemimpinan. Pemimpin yang sombong dan merasa lebih baik daripada orang lain cenderung terpisah dari realitas rakyat dan akhirnya menjadi otoriter.
Semar sebagai Simbol Ratu Adil
Semar sering kali diidentifikasi sebagai "Ratu Adil," sosok pemimpin yang ditunggu-tunggu untuk membawa keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dalam konteks ini, Semar bukanlah pemimpin yang mengandalkan kekuatan fisik atau kekuasaan, melainkan pada kebijaksanaan dan kemampuannya untuk memahami kebutuhan rakyat. Kepemimpinan Ratu Adil berakar pada prinsip keadilan sosial, di mana setiap tindakan yang diambil oleh pemimpin harus berdasarkan pertimbangan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat.