Mohon tunggu...
Pranandya Rayhan Likomakata
Pranandya Rayhan Likomakata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hobi sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Darah, Keringat, dan Air Mata: Cerita Dibalik Rivalitas Suporter Tim Sepak Bola

29 Desember 2024   11:55 Diperbarui: 29 Desember 2024   11:55 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HARUS KEHILANGAN PENGLIHATAN: Nurkiman jadi saksi kebrutalan aksi suporter 

Suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sokongan, dan sebagainya dalam pertandingan. Suporter sepak bola merupakan orang yang memberikan dukungan, sokongan dan semangat kepada Tim sepak bola kecintaan mereka secara langsung di Stadion maupun diluar Stadion. Suporter yang sering dijuluki sebagai pemain ke 12 sangatlah berperan penting dalam perjalanan klub Sepak Bola maupun Tim Nasional. Setiap Tim sepak bola pastinya memiliki suporter dan biasanya suporter tersebut memiliki sebutan khas. Adapun suporter pertama di Indonesia adalah suporter dari tim sepak bola Persebaya Surabaya yang dikenal dengan nama Bonek. Di indonesia sendiri terdapat banyak kelompok-kelompok suporter yang memiliki massa yang banyak dan dikenal militan seperti Aremania suporter Arema, The Jack Mania suporter Persija Jakarta, Bobotoh dan Viking suporter Persib Bandung dan Masih banyak lagi.

Kecintaan suporter pada klub sepak bola di Indonesia sering kali menyebabkan munculnya rivalitas antara dua tim sepak bola, baik pemain maupun penggemarnya. Salah satu rivalitas klub sepak bola di Indonesia yang terkenal Adalah antara Arema Fc dan Persebaya Surabaya. Rivalitas Arema vs Persebaya sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Mungkin salah satu penyebab terjadinya rivalitas antara suporter Arema vs Persebaya adalah berebut gelar klub sepak bola terbaik si wilayah Jawa Timur. Ada beberapa insiden yang diduga menjadi pemicu awal rivalitas Arema vs Persebaya, yaitu:

1.  Insiden Nurkiman 

Tanggal 26 Desember 1995 mungkin tidak akan dilupakan Persebaya dan Bonek. Tanggal itu bisa dibilang merupakan satu di anatara penyebab perseteruan Bonek dengan suporter asal Malang. Pada tanggal tersebut, Persebaya melakoni partai tandang menantang Persema Malang dalam lanjutan Liga Indonesia 1995/1996. singkat cerita, pertandingan yang berakhir dengan skor 1-1 itu tampaknya kurang memuaskan suporter tuan rumah. Bus pemain Persebaya yang akan bertolak menuju Surabaya tiba-tiba dihadang sekelompok suporter dari Persema Malang. Kaca-kaca pun pecah dan salah satu pemain persebaya, M. Nurkiman, mengalami luka pada mata bagian kiri. Akibat insiden itu, mata kiri Nurkiman mengalami cacat permanen dan tidak bisa berfungsi seperti sedia kala. 

Sampai saat ini, hubungan kurang harmonis masih menghiasi antara Bonek dengan Aremania, suporter dari Arema. Insiden yang menimpa Nurkiman ini disinyalir menjadi cerita awal rivalitas dua kelompok suporter ini. 

2. Semifinal Galatama Tahun 1992

Semifinal Galatama, Arema vs Semen Padang 
Semifinal Galatama, Arema vs Semen Padang 

Semifinal Galatama pada tahun 1992 yang mempertemukan Arema Malang vs Semen Padang. Laga tersebut diselenggarakan di Stadion Tambaksari, Surabaya. Saat itu banyak Bonek (Suporter Persebaya) yang ikut menonton pertandingan itu. Ketika itu Arema kalah dan para suporternya berulah di stasiun Gubeng, Surabaya. Pada saat itu Kapolda Jawa Timur akhirnya mengumpulkan Aremania dalam 6 gerbong kereta api supaya mencegah keributan dengan Bonek. Imbas dari kejadian itu terjadi pada tahu 1993. Saat itu, Arema sedang ingin bertandang ke Gresik, namun Bonek dengan Cepat mencegat dan menyerang rombongan Aremania saat itu. 

Tidak hanya suporter Arema dan Persebaya saja, rivalitas suporter tim sepak bola di Indonesia juga terjadi pada tim Persija Jakarta dan Persib Bandung. 

Suporter The Jack Mania vs Bobotoh, viking 
Suporter The Jack Mania vs Bobotoh, viking 

Persija dan Persib sama-sama mempunyai kelompok pendukung yang fanatik. The Jack Mania suporter dari Persija Jakarta, Viking dan Bobotoh suporter dari Persib Bandung. Bentrokan pertama antara Persija vs Persib terjadi pada era Liga Indonesia musim 1998-1999. Saat itu, leg kedua derbi klasik Indonesia digelar di Stadion Siliwangi. Pada pertandingan itu, Persib kalah dengan skor 1-3 untuk keunggulan tim tamu, Persija Jakarta. Meskipun saat itu performa Maung Bandung sedang tidak diperhitungkan, namun animo Viking yang ingin menyaksikan pertandingan tersebut sangat membludak.

Sementara itu, Persija memiliki kelompok suporter yang baru berdiri pada tahu 1997. Eko Maung menduga, saat itu The Jack belum terbiasa dengan suasana stadion yang penuh oleh pendukung karena kelompok tersebut baru terbentuk. Situasi di Stadion Siliwangi yang dipenuhi Viking menjadi awal ricuh dua kelompok suporter tersebut. 

Pada tanggal 23 September 2018, Haringga Sirla, seorang suporter Persija Jakarta menjadi korban meninggal dunia karena kasus kerusuhan yang melibatkan Bobotoh suporter Persib Bandung dan The Jack Mania suporter Persija pada lanjutan Liga 1 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Tragedi tewasnya Harigga Sirla lalu menambah deretan kisah pilu dari fanatisme buta. Pria berusia 23 tahun itu ingin menyaksikan langsung tim kesayangan Persija berjumpa Persib kala itu. 

Mediang Haringga Sirla
Mediang Haringga Sirla

Haringga Sirla tak mengindahkan komentar rekan-rekannya untuk mengurungkan niat untuk konton langsung. Ia yakin dapat 'berkamuflase' diantara Bobotoh (Suporter Persib). Penyamaran itu berhasil untuk sementara waktu. Pria yang berdomisili di Cengkareng itu nyatanya tak puas. Konon, ia berani mengeluarkan kartu identitas suporter dan stiker Persija. Aksinya pun dilirik Bobotoh. Pengeroyokan tak terhindarkan. Bobotoh menghajar Haringga tanpa kenal ampun. Malang tak dapat ditolak. Haringga babak belur. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun, nyawa tak tertolong. Haringga tewas dengan luka sekujur tubuh. Kematian Haringga menambah daftar panjang rivalitas Persija dan Persib. 

Patutkah Rivalitas ini terus ada??

Rasanya memang susah menghapuskan luka dan dendam yang sudah ada. Memang permusuhan itu harus tetap ada tapi hanya di lapangan. Lihatlah Barcelonista dan Madridista, permusuhan mereka hanya di lapangan atau pun sebatas di website, hanya saling ejek. Tak ada bentrok fisik, suporter bisa datang ke Madrid tau Barcelona. Tak pernah ada bentrokan. Tapi mereka tetap bisa hidup rukun  dalam satu stadion. Kedua suporter bisa menonton dengan tenang. Mengapa begitu? karena di luar negeri berbeda dengan di sini. Disana yang dibenci klubnya, kalo disini yang dibenci suporternya.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun