Persija dan Persib sama-sama mempunyai kelompok pendukung yang fanatik. The Jack Mania suporter dari Persija Jakarta, Viking dan Bobotoh suporter dari Persib Bandung. Bentrokan pertama antara Persija vs Persib terjadi pada era Liga Indonesia musim 1998-1999. Saat itu, leg kedua derbi klasik Indonesia digelar di Stadion Siliwangi. Pada pertandingan itu, Persib kalah dengan skor 1-3 untuk keunggulan tim tamu, Persija Jakarta. Meskipun saat itu performa Maung Bandung sedang tidak diperhitungkan, namun animo Viking yang ingin menyaksikan pertandingan tersebut sangat membludak.
Sementara itu, Persija memiliki kelompok suporter yang baru berdiri pada tahu 1997. Eko Maung menduga, saat itu The Jack belum terbiasa dengan suasana stadion yang penuh oleh pendukung karena kelompok tersebut baru terbentuk. Situasi di Stadion Siliwangi yang dipenuhi Viking menjadi awal ricuh dua kelompok suporter tersebut.Â
Pada tanggal 23 September 2018, Haringga Sirla, seorang suporter Persija Jakarta menjadi korban meninggal dunia karena kasus kerusuhan yang melibatkan Bobotoh suporter Persib Bandung dan The Jack Mania suporter Persija pada lanjutan Liga 1 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Tragedi tewasnya Harigga Sirla lalu menambah deretan kisah pilu dari fanatisme buta. Pria berusia 23 tahun itu ingin menyaksikan langsung tim kesayangan Persija berjumpa Persib kala itu.Â
Haringga Sirla tak mengindahkan komentar rekan-rekannya untuk mengurungkan niat untuk konton langsung. Ia yakin dapat 'berkamuflase' diantara Bobotoh (Suporter Persib). Penyamaran itu berhasil untuk sementara waktu. Pria yang berdomisili di Cengkareng itu nyatanya tak puas. Konon, ia berani mengeluarkan kartu identitas suporter dan stiker Persija. Aksinya pun dilirik Bobotoh. Pengeroyokan tak terhindarkan. Bobotoh menghajar Haringga tanpa kenal ampun. Malang tak dapat ditolak. Haringga babak belur. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun, nyawa tak tertolong. Haringga tewas dengan luka sekujur tubuh. Kematian Haringga menambah daftar panjang rivalitas Persija dan Persib.Â
Patutkah Rivalitas ini terus ada??
Rasanya memang susah menghapuskan luka dan dendam yang sudah ada. Memang permusuhan itu harus tetap ada tapi hanya di lapangan. Lihatlah Barcelonista dan Madridista, permusuhan mereka hanya di lapangan atau pun sebatas di website, hanya saling ejek. Tak ada bentrok fisik, suporter bisa datang ke Madrid tau Barcelona. Tak pernah ada bentrokan. Tapi mereka tetap bisa hidup rukun  dalam satu stadion. Kedua suporter bisa menonton dengan tenang. Mengapa begitu? karena di luar negeri berbeda dengan di sini. Disana yang dibenci klubnya, kalo disini yang dibenci suporternya.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H