Tetapi keseharian kita untuk selalu menebarkan senyum, menghadirkan tawa, mengucapkan terima kasih dan minta tolong itu yang jadi kunci menghargai orang yang paling sederhana.
Suatu ketika saat saya berada di suatu zebra cross dekat mall di daerah Surabaya Timur. Saya hendak menyebrang sambil dibantu oleh Bapak Satpam yang bertugas menjaga zebra cross tersebut.
Saat saya menyeberang dan mengucapkan terima kasih kepada Bapak Petugas yang membantu saya, membuat saya tenggelam dalam pikiran saya sendiri.
Bagaimana kalau ucapan terima kasih kita akan menjadi suatu kebahagiaan tersendiri untuk orang lain. Karena saya yakin semua orang punya masalahnya masing-masing, tetapi dengan mengucapkan ucapan sederhana seperti terima kasih, akan memberikan kebahagiaan dan pelipur lara orang lain yang sedang punya masalah serupa.
Zaman mungkin berubah karena teknologi dan kemudahan komunikasi. Sosial media yang menjadi media sehari-hari kita terkadang membuat kita jauh dari lingkungan. Membuat kita jauh dari kata “sosialisasi” yang sebenarnya.
Teknologi boleh membuat kita lebih individualis. Menjauhkan kita dari keluarga, teman-teman dan tetangga yang seharusnya dekat dengan kita. Kurangnya sosialisasi terjadi di mana-mana khususnya kota-kota besar. Tidak heran apabila kita lupa menjadi pribadi yang menghargai orang lain.
Zaman boleh berubah. Smartphone dan teknologi lainnya boleh berada di genggaman. Melihat prospek investasi dan urusan pekerjaan boleh dikerjakan. Tetapi kepribadian kita untuk selalu menebarkan kebahagiaan untuk diri sendiri dan orang lain juga harus dipertahankan.
Marilah kita menjadi orang yang ngajeni atau menghargai sesama. Tidak perlu menghargai karya-karya mereka. Cukup dengan tersenyum atau mengucapkan terima kasih di keseharian kita akan memberikan sedikit kebahagiaan yang akan mewarnai hari orang lain tanpa kita duga.