Mohon tunggu...
Rayhana Syahidah
Rayhana Syahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Menulis seputar isu internasional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepentingan Rusia dalam Konflik Armenia dan Azerbaijan

8 Oktober 2022   09:44 Diperbarui: 8 Oktober 2022   09:46 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Russian Foreign Ministry Press Service

Rusia kembali sebagai negara adidaya setelah berakhirnya Perang Dingin dengan meningkatkan kekuatannya dalam sistem internasional multipolar. Rusia tidak hanya membentuk organisasi kolektif regional, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam berbagai konflik yang terjadi di bagian lain benua dan terutama di wilayah tersebut. Salah satunya adalah sengketa Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan. Kedua negara ini, bekas negara Uni Soviet di Kaukasus Selatan, adalah subyek utama dari perseteruan yang berlangsung lama selama masa Kekaisaran Rusia.

Armenia dan Azerbaijan telah lama berkonflik. Armenia dan Armenia adalah negara bekas Uni Soviet. Kedua negara berjuang untuk menguasai Nagorno-Karabakh dan wilayah lainnya selama periode singkat kemerdekaan mereka setelah Revolusi Bolshevik Rusia tahun 1917. Ini didasarkan pada etnis Armenia yang telah menduduki wilayah Nagorno-Karabakh selama 3000 tahun. Namun, wilayah itu diakui secara internasional sebagai bagian dari Republik Azerbaijan, yang semakin meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Pada tahun 1988, orang-orang Armenia di Nagorno-Karabakh mulai menuntut pemerintahan Armenia. Hal ini menyebabkan ketegangan etnis. 

Perang pecah antara Armenia dan Azerbaijan ketika wilayah tersebut secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1991. Perang merenggut sekitar 30.000 nyawa dan membuat ratusan ribu lainnya mengungsi dari rumah mereka. Rusia menanganinya dengan gencatan senjata pada tahun 1994 melalui Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) Minsk Group setelah Armenia menguasai sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh Azerbaijan dan sekitarnya. Konflik tersebut semakin memanas dan mengalami eskalasi pada tahun 2020. 

Serangan yang dilancarkan pada 27 September 2020 dan terus dilakukan oleh kedua belah pihak. Dalam eskalasi ini, Rusia mengerahkan pasukan penjaga perdamaian. Kesepakatan gencatan senjata akhirnya dicapai melalui negosiasi yang ditengahi oleh Rusia. Rusia juga mengumumkan bahwa pasukan penjaga perdamaian Rusia akan dikerahkan untuk berpatroli di garis depan. Berbeda dengan Uni Soviet, Rusia tidak selalu berpihak. Rusia telah menunjukkan sikap netral, tetapi tetap mendukung kedua belah pihak. Rusia membela Armenia begitu pula membantu Azerbaijan, dan menjadi mediator di antara keduanya.

Kepentingan Rusia

Rusia memiliki hubungan yang cukup kuat dan sektor keamanan maupun ekonomi dengan Armenia. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Armenia sudah mempunyai kepercayaan yang luas terhadap Rusia yang dianggapnya dapat melindungi dan mendapatkan jaminan keamanan dari tekanan Azerbaijan dan Turki. Sehingga Armenia masih mempertahankan hubungan baiknya dengan Rusia. 

Rusia sebagai penjamin keamanan dan mitra ekonomi ini banyak dipertanyakan posisinya oleh masyarakat Armenia. Setelah pergantian pemerintahan di Armenia pada 2018, kepemimpinan politik negara itu mengandalkan demokrasi dan reformasi pemerintahan, menciptakan ketegangan baru dalam hubungan dengan Rusia. Rusia dan Armenia tergabung dalam suatu organisasi CSTO (Collective Security Treaty Organization) dimana anggotanya memiliki komitmen untuk mempertahankan integritas teritorial anggota lainnya jika terjadi agresi. Selain itu, Rusia dan Armenia juga mempunyai perjanjian bilateral yang mengikat pasukan Rusia yang ditempatkan di Armenia untuk memastikan keamanan Armenia. 

Rusia dan Armenia adalah anggota dari CSTO, sebuah organisasi untuk kerja sama militer, yang mendekatkan Rusia dan Armenia. Secara historis, setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia melanjutkan upayanya untuk menyatukan negara-negara yang terpecah dan kemudian dimasukkan ke dalam CIS (Commonwealth of Independent States), bersama dengan Armenia dan Azerbaijan. Walaupun Rusia memiliki tujuan yang sama dalam satu organisasi tersebut, Rusia tetap menyalurkan bantuan senjata terhadap kedua negara. Rusia yang menjamin keamanan Armenia juga memiliki hubungan baik dengan Azerbaijan. Rusia memiliki kepentingan di sektor ekonomi yang terkait dengan penjualan sistem senjata utama kedua negara. Rusia memiliki hubungan baik dengan kedua negara karena mereka adalah pelanggan sehingga Rusia disini harus bisa menjaga dan mempertahankan hubungannya dengan Armenia dan Azerbaijan.

Dalam konflik tersebut tentu saja terdapat faktor domestik yang mempengaruhi keputusan atau kebijakan Rusia. Seperti yang kita ketahui bahwa Rusia adalah negara tetangga dengan perbatasan darat dengan Armenia, dan Armenia adalah bagian dari Uni Soviet selama era Soviet. Kesatuan dan lokasi geografis sebelumnya telah memunculkan sejumlah besar diaspora Armenia di Rusia, dan diaspora ini bahkan merupakan diaspora terbesar di Rusia. Dengan demikian tentu terdapat kemungkinan bahwa kebijakan Rusia ini berkaitan dengan etnis Armenia yang ada di Rusia serta kontribusi dan kesetiaan mereka terhadap Rusia. 

Selain itu juga terdapat faktor ekonomi yang mendorong Rusia melakukan suatu kebijakan. Dari sudut pandang ekonomi, Armenia dan Azerbaijan adalah mitra dagang Rusia. Pada tahun 2008, Rusia adalah mitra dagang terbesar Armenia, menyumbang 19,7% terakhir dari ekspor dan mengirimkan 19,1% dari impor negara itu ke Armenia. Armenia dan Rusia juga merupakan anggota EEU (Eurasian Economic Union), sebuah asosiasi yang berfokus pada perdagangan dan kerja sama ekonomi. 

Kemudian apabila dilihat dari sektor militer, Rusia juga mempertimbangkan kondisi militer dalam setiap kebijakannya. Dalam konflik ini Rusia banyak memasok senjata ke Armenia dan Azerbaijan dimana mereka juga memiliki akses untuk menggunakan peralatan Rusia maupun masa Uni Soviet yang terus dikembangkan seperti tank dan artileri. Menurut laporan dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dimana Rusia merupakan negara yang paling banyak mengekspor senjata ke Armenia dan Azerbaijan di rentang tahun 2011-2020. Rusia mengimbangi pembelian senjata canggih Azerbaijan dengan menyediakan senjata dan peralatan militer kepada Armenia melalui harga dan pinjaman yang disubsidi. Rusia memberi Armenia kemampuan canggih seperti pesawat tempur SU-30 SM. 

Begitu juga dalam sisi internasional dimana faktor yang mempengaruhi Rusia adalah keinginan Rusia untuk mempertahankan kekuasaannya terhadap negara-negara bekas Uni Soviet dan juga pengaruh Turki serta NATO yang meluas di wilayah kaukasus. Upaya Rusia untuk mempertahankan pengaruhnya sudah ada sejak lama salah satunya melalui CIS. Armenia dan Azerbaijan bergabung pada 1993 dan 1994 bersama sembilan negara lainnya. Beberapa ahli percaya pembentukan CIS adalah upaya Rusia untuk mempertahankan pengaruhnya di bekas Uni Soviet dan Kaukasus Selatan. Setelah berakhirnya Perang Dunia dan runtuhnya Uni Soviet Rusia mengambil sikap proaktif dan mulai membentuk beberapa organisasi regional untuk kerjasama kolektif dengan negara-negara bekas Uni Soviet. CIS adalah salah satu bentuk kerjasama dengan negara-negara anggota dalam bidang ekonomi, militer, perdagangan, dan keuangan. Selain itu Rusia juga membentuk beberapa organisasi lain, misal organisasi yang berkonsentrasi dalam bidang ekonomi ada EEU dan yang fokus pada bidang militer ada CSTO. Rusia, sebagai negara yang cukup kuat di kawasan ini, sangat aktif dalam mempromosikan organisasi ini di bawah pengaruhnya. 

Referensi:

Mustofa, A. Z. (2021). Analisis Kepentingan Rusia Dan Turki Dalam Konflik Armenia-Azerbaijan Pada Tahun 2020. Jurnal PIR: Power in International Relations, 6(1), 01-13.

Aliyev, N. (2018). Russia's Arms Sales: A Foreign Policy Tool in Relations With Azerbaijan and Armenia. Eurasia Daily Monitor, 15(47), 28.

https://www.themoscowtimes.com/2016/04/12/russia-will-continue-selling-weapons-to-azerbaijan-and-armenia-rogozin-a52489

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun