Mohon tunggu...
Rayhan Ahmad
Rayhan Ahmad Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Orang biasa yang menghabiskan hidupnya didepan komputer tenggelam dalam permainanya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penghuni di Balik Pintu Kamar Mandi

16 September 2024   21:46 Diperbarui: 16 September 2024   21:53 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.pinterest.com/ralgory_digital

Yana mundur satu langkah, tetapi tiba-tiba pintu kamar mandi tertutup dengan keras, menghempasnya ke tempatnya berdiri. Kini, dia terkunci di dalam ruangan itu, tanpa jalan keluar. Dia mencoba memutar gagang pintu, tetapi terasa terkunci dari luar, seolah ada yang menahannya di sisi lain.

Dengan gemetar, dia berbalik lagi menghadap cermin. Tapi kali ini, bayangannya di cermin tidak lagi menirukan gerakannya. Bayangan itu berdiri tegak, menatapnya dengan wajah kosong, mata hitam pekat, dan bibir melengkung membentuk senyuman mengerikan. "Aku sudah menunggumu..." bayangan itu berbisik, suaranya tidak lagi dari cermin---melainkan dari balik pintu kamar mandi yang kini terasa lebih dekat.

Yana terengah-engah, keringat dingin membasahi tubuhnya. Cahaya lampu semakin redup, berkelip semakin cepat hingga akhirnya padam sepenuhnya. Dalam kegelapan, dia bisa mendengar suara langkah kaki mendekat lagi, kali ini lebih cepat dan lebih berat. Suara napas itu terdengar tepat di belakang telinganya. Tiba-tiba, dia merasakan sentuhan dingin di lehernya---seperti tangan es yang perlahan merayap ke kulitnya.

Yana berteriak sekuat tenaga, tapi suaranya seperti teredam, tenggelam dalam kegelapan yang pekat. Di luar kamar mandi, seluruh rumah tetap sunyi. Tidak ada yang mendengar jeritannya, tidak ada yang datang membantu.

Pintu kamar mandi perlahan terbuka sendiri, tapi yang muncul bukanlah jalan keluar. Dari balik pintu, sesosok bayangan gelap muncul, tanpa wajah, tanpa bentuk yang jelas, namun tubuhnya tinggi menjulang. Sosok itu bergerak mendekat, napasnya terdengar berat dan berbau busuk, seperti sesuatu yang telah lama mati.

Yana mencoba bergerak, namun tubuhnya terasa lumpuh. Dia tidak bisa lari, tidak bisa menghindar. Sosok itu merentangkan tangannya yang panjang dan kurus, menarik Yana ke dalam pelukannya yang dingin. Di telinganya, suara itu terdengar lagi, kali ini lebih keras dan lebih jelas, "Aku sudah lama menunggumu, Yana..."

Dan pada saat itulah, semua menjadi gelap. Tidak ada lagi suara, tidak ada lagi gerakan. Hanya keheningan yang mengisi malam itu, dan Yana tak pernah terlihat lagi sejak malam itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun