Mohon tunggu...
Rayhan Ahmad
Rayhan Ahmad Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Orang biasa yang menghabiskan hidupnya didepan komputer tenggelam dalam permainanya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penghuni di Balik Pintu Kamar Mandi

16 September 2024   21:46 Diperbarui: 16 September 2024   21:53 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.pinterest.com/ralgory_digital

Yana terbangun di tengah malam dengan perasaan tidak nyaman. Perutnya bergejolak, memaksanya bangun dari kasur yang hangat. Dia melirik jam di ponselnya---2:45 pagi. Sudah lewat tengah malam, dan suasana di rumahnya begitu sunyi. Biasanya, dia mendengar deru kipas angin atau suara dengkuran dari kamar sebelah, tapi malam itu tidak ada apa-apa, hanya keheningan yang begitu pekat.

Dengan langkah malas, Yana turun dari tempat tidur. Matanya setengah terpejam, tubuhnya lesu, namun perasaan gelisah di dalam perut memaksa dia untuk ke kamar mandi. Lampu di koridor rumah menyala redup, memberikan sedikit cahaya, namun itu tidak cukup untuk menghilangkan rasa takut yang tiba-tiba muncul tanpa sebab.

Saat Yana sampai di depan pintu kamar mandi, tangannya meraih gagang pintu. Tapi sebelum dia memutarnya, telinganya menangkap sesuatu yang aneh---suara samar. Ia terdiam, menajamkan pendengarannya. "Yana..."

Suara itu sangat pelan, seperti bisikan yang berasal dari suatu tempat di dalam rumah. Rasa dingin menjalar di punggungnya. Dia menelan ludah, berpikir mungkin dia hanya berhalusinasi. Matanya berkeliling mencari sumber suara, tetapi koridor kosong dan hanya bayangannya sendiri yang tercipta di dinding karena cahaya lampu redup.

Dengan ragu, dia mencoba membuka pintu kamar mandi. Namun, saat gagang pintu berputar di tangannya, suara itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas, "Yana... jangan..." Suara itu datang dari dalam kamar mandi.

Jantungnya berdetak lebih cepat. "Siapa di sana?" tanya Yana, suaranya bergetar. Tidak ada jawaban. Perutnya kian sakit, namun rasa takut yang mulai merayap membuatnya ingin mundur. Namun, dia tak bisa mengabaikan dorongan untuk pergi ke kamar mandi.

Dengan napas tertahan, Yana memberanikan diri untuk membuka pintu perlahan. Hawa dingin menyambutnya dari dalam kamar mandi yang tampak kosong. Dia menyalakan lampu, namun cahaya yang biasanya terang kali ini redup dan berkelip-kelip seperti hampir mati. Cermin di atas wastafel terlihat buram, berembun, meski udara di dalam rumah tidaklah lembap.

Yana masuk, tapi langkah kakinya terasa berat. Ada sesuatu yang salah, tapi dia tak bisa menjelaskannya. Saat dia berdiri di depan wastafel untuk mencuci muka, bayangannya di cermin terlihat sedikit aneh, meskipun sekilas. Mata bayangannya seperti menatap lebih tajam dari seharusnya. Yana buru-buru menunduk, mencoba untuk mengabaikannya.

Saat dia hendak berbalik, suara langkah kaki terdengar dari belakang, di dalam kamar mandi. Langkah itu terdengar jelas, seperti seseorang yang sedang berjalan perlahan. Dengan jantung berdebar kencang, Yana menoleh. Tidak ada apa-apa. Ruangan itu tetap kosong, tapi langkah kaki itu belum berhenti. Suaranya makin dekat, seolah-olah ada sesuatu yang mendekatinya dari belakang tirai mandi.

Baca juga: Rumah Kaca

"Tok... tok... tok..." Langkah itu terdengar berat, disertai suara napas berat yang tak wajar. Yana mematung. Napasnya sendiri tertahan, tangannya gemetar hebat. Pikirannya berpacu, tetapi tubuhnya tak mampu bergerak. Perlahan, tirai mandi bergoyang sendiri, bergerak seperti ada sesuatu di baliknya yang mencoba meraih keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun