Potensi bisnis murai batu tidak hanya terbatas di dalam negeri. Permintaan dari luar negeri, terutama dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, juga semakin meningkat.Â
Burung-burung yang berkualitas tinggi bahkan diekspor ke negara-negara tersebut dengan harga yang lebih tinggi.Â
"Ekspor murai batu membuka peluang besar bagi para peternak dan pedagang di Indonesia," kata Hendra Gunawan, seorang eksportir burung. "Namun, kita harus memastikan burung yang diekspor memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan standar internasional."
Meskipun bisnis murai batu sangat menggiurkan, ada kekhawatiran mengenai konservasi dan keberlanjutan spesies ini. Beberapa tahun terakhir, populasi murai batu di alam liar mengalami penurunan akibat perburuan liar dan kerusakan habitat.Â
Oleh karena itu, penting bagi semua pihak yang terlibat dalam bisnis ini untuk memastikan bahwa mereka juga berkontribusi pada upaya konservasi. "Kita harus memastikan bahwa bisnis ini tidak merugikan populasi murai batu di alam liar," tegas Dr. Rini Susanti, seorang ahli biologi konservasi dari Universitas Indonesia. "Pemeliharaan dan penangkaran yang baik bisa menjadi solusi untuk menjaga keberlanjutan spesies ini."
Murai batu bukan hanya burung kicau biasa. Keindahan dan suara merdunya telah menciptakan perpaduan unik antara seni dan bisnis. Dengan perawatan yang tepat, burung ini bisa menjadi sumber kebahagiaan sekaligus penghasilan yang menguntungkan. Namun, semua ini harus diimbangi dengan upaya konservasi yang berkelanjutan agar murai batu tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Dalam hal ini, seni dan cuan harus berjalan beriringan dengan menjaga kelestarian alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H